nusabali

Beli Daging Babi Kuningan di Pasar, Perhatikan Hal Ini Agar Aman

  • www.nusabali.com-beli-daging-babi-kuningan-di-pasar-perhatikan-hal-ini-agar-aman

MANGUPURA, NusaBali.com – Secara tradisi, Hari Raya Kuningan identik dengan pembuatan calon atau adonan sate biasa yang dibentuk bulat seperti bakso dan digoreng.

Hajatan panampahan untuk Hari Raya Kuningan ini sedikit berbeda dari Galungan. Daging yang dibutuhkan khusus untuk aci terbilang lebih sedikit sehingga daging potong di pasar terkadang jadi pilihan.

Namun, untuk membeli daging babi potong dari tangan kedua dan seterusnya, diperlukan ketelitian dan kehati-hatian. Daging yang dibeli haruslah dalam kondisi segar dan laik untuk dikonsumsi.

Oleh karena itu, ada beberap hal yang harus diperhatikan ketika membeli daging babi dari tangan kedua. Dua aspek ini sendiri dibagikan langsung oleh salah satu pengusaha pemotongan babi di Kecamatan Abiansemal, Badung dan seorang akademisi Ilmu dan Teknologi Pangan dari Univesitas Warmadewa (Unwar).

I Wayan Eko Nada Saputra, pengusaha supplier daging babi King Pork Bali, menyebutkan kesegaran daging babi berpengaruh besar terhadap kualitas daging. Secara kasat mata, daging babi yang masih merah merona dapat dipastikan masih segar.

“Tetapi kalau warnanya sudah pucat dan bahkan hitam, itu tandanya sudah tidak laik dikonsumsi,” kata Nada ketika ditemui di tempat usahanya di Banjar Aseman, Desa/Kecamatan Abiansemal, belum lama ini.

Sebagai supplier daging babi nasional, Nada berusaha mempertahankan kualitas produk daging babinya yang segar dan laik dikonsumsi. Kiat inilah yang ia terapkan sehingga masih aktif mengirimkan produk daging babi ke wilayah Jabodetabek dan ekspansi ke Kalimantan.

Secara keilmuan, pernyataan Nada sejalan dengan Ir I Putu Chandra MP, dosen Kimia Fisika Pangan di Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan dari Fakultas Pertanian Unwar.

Menurut akademisi asal Desa Adat Anggungan, Kelurahan Lukluk, Kecamatan Mengwi ini, tanpa prosedur teknis, kualitas daging dapat dilihat berdasarkan sifat-sifat organoleptiknya. Sifat organoleptik ini dapat dinilai secara panca indra.

Untuk mengecek sifat organoleptik daging babi di pasaran, setidaknya dapat dinilai dari tiga indra yakni penglihatan, penciuman, dan peraba.

“Bisa dicek secara organoleptik, misalnya dilihat dari warnanya yang masih merah daging,” ujar Chandra.

Karena daging babi termasuk jenis daging merah, dalam kondisi segarnya daging babi memiliki warna merah alami. Tidak semerah daging sapi, dan tidak sepucat daging unggas. Di samping itu, dagingnya yang segar terlihat cukup kesat dan tidak berlendir.

Selain itu, dari indra penciuman, daging babi yang masih laik konsumsi tidak berbau amis yang menyengat. Secara alami, daging memang memiliki bau yang terkesan amis namun baunya tidak semengganggu daging yang sudah tidak segar atau berbau anyir.

Dari segi indra peraba, daging segar memberikan kesan kenyal ketika disentuh. Misalnya ketika ditekan, bagian yang tertekan dari daging segar tersebut akan kembali ke posisi semula.

“Selain sifat-sifat organoleptik dari daging, kebersihan dari si pedagang juga harus diperhatikan. Termasuk di mana daging itu dipajang,” tutur Chandra.

Daging yang dipajang terbuka di ruangan dengan suhu cukup tinggi dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Berbeda dengan daging yang disimpan di ruangan yang sejuk, tingkat kesegarannya akan cukup terjaga. *rat

Komentar