nusabali

Berencana Buka Pasar Oleh-oleh Hasil Karya Penyandang Disabilitas

Yayasan Bunga Bali Libatkan 32 Komunitas dalam 'Festival Karya Seni Disabilitas'

  • www.nusabali.com-berencana-buka-pasar-oleh-oleh-hasil-karya-penyandang-disabilitas

Seusai festival, Yayasan Bunga Bali bekerjasama dengan Asita, PHRI, dan komunitas pariwisata berencana membuka pasar oleh-oleh yang khusus memasarkan hasil karya penyandang disabilitas.

DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 32 komunitas penyandang disabilitas dari seluruh Bali mengikuti gelaran Festival Karya Seni Disabilitas, di Kantor Yayasan Bunga Bali, Jalan Bypass Ida Bagus Mantra Nomor 111 Denpasar. Dalam festival yang berlangsung dari Senin (9/1) hingga 8 Februari 2023 mendatang, para penyandang disabilitas memamerkan berbagai produk kerajinan.

Sekretaris Yayasan Bunga Bali I Nyoman Dana, Rabu (11/1), mengatakan festival ini melibatkan sebanyak 32 komunitas penyandang disabilitas di seluruh Bali. Kegiatan ini dilakukan untuk pemberdayaan para penyandang disabilitas.

Produk yang mereka pamerkan dan dijual berupa aksesoris, baju kaos, lukisan, hingga mainan untuk penyandang disabilitas. “Kami gelar festival ini untuk meningkatkan kreativitas penyandang disabilitas, termasuk memamerkan karya mereka sendiri,” ujar Nyoman Dana.

Dia mengatakan, kegiatan ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak. Sebab, selain pameran dan penjualan produk, juga ada stand kuliner dan juga pentas seni. Nantinya, menurut Nyoman Dana, juga akan dibuat pasar oleh-oleh yang khusus menjual hasil karya penyandang disabilitas.

“Setelah selesai festival ini kami akan membuat pasar oleh-oleh hasil karya penyandang disabilitas dan bekerjasama dengan Asita, PHRI, dan komunitas pariwisata,” katanya.

Menurut dia, selama ini penyandang disabilitas identik dengan kemiskinan dan pendidikan rendah. Dengan kegiatan ini dia berharap agar penyandang disabilitas memiliki hak yang sama dengan orang lain yang normal.

Nyoman Dana mengemukakan selama ini penyandang disabilitas masih sulit untuk mendapatkan aksesibilitas mencari pekerjaan. Meskipun sudah ada aturan terkait pelibatan penyandang disabilitas untuk mendapatkan kesempatan kerja, namun jumlahnya masih sedikit.

Berdasarkan data terakhir ada 26.000 penyandang disabilitas di Bali. Namun baru 1 persen yang diterima bekerja di sektor formal, informal, maupun non formal. Hal ini dikarenakan diperlukan perlakuan khusus untuk masing-masing penyandang. Seperti penyandang tuna wicara, di tempat bekerjanya harus ada yang bisa bahasa isyarat.

“Sehingga dengan upaya ini kami ingin mengurangi pengangguran penyandang disabilitas, memperluas pola pikir mereka, dan menemukan jati dirinya,” tandasnya.

Festival Karya Seni Disabilitas dibuka oleh Ketua Dekranasda Provinsi Bali Ny Putri Suastini Koster, Senin (9/1). Ny Putri Koster mengatakan, Festival Karya Seni Disabilitas ini merupakan ajang yang sangat berguna bagi anak-anak difabel yang memiliki kelebihan. Meskipun secara fisik mereka terlahir dengan kekurangan, namun mereka tetap memiliki kelebihan. Misalnya, secara fisik terlahir tanpa memiliki tangan tetapi memiliki bakat melukis dengan menggunakan kaki yang sulit dilakukan oleh orang normal.

“Keistimewaan dan talenta yang mereka miliki ini harus kita asah sehingga anak-anak istimewa ini bisa menyalurkan bakat yang mereka miliki,” ujar perempuan yang akrab disapa Bunda Putri, ini.

Ny Putri Koster juga mengungkapkan saat ini Gubernur Bali Wayan Koster tengah membangun Pusat Kebudayaan Bali di Gunaksa, Kabupaten Klungkung dan diharapkan rampung di tahun 2025. Di Pusat Kebudayaan Bali tersebut akan disediakan lokasi khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
“Katakanlah namanya Kampung Difabel,” ujar Ny PutriKoster.

Kehadiran Kampung Difabel ini diharapkan dapat menjadi tempat pengembangan bakat dari anak-anak penyandang disabilitas yang memiliki kelebihan khusus. Anak-anak yang tuna rungu yang bisa menari, misalnya, nantinya bisa menari di atas panggung, meskipun mereka tidak bisa mendengarkan gamelan tetapi bisa dilatih sehingga mereka bisa menari dengan baik sesuai iringan gamelan.

Tidak hanya itu, kehadiran Kampung Difabel nantinya juga akan memberi ruang kepada anak difabel untuk bekerja di Pusat Kebudayaan Bali. Untuk itu, sejak dini anak-anak difabel yang masih bisa produktif akan dipersiapkan dan dilatih dengan keterampilan seperti memasak, spa, desain pakaian, dan sebagainya.

“Bahkan bila memungkinkan kita sertifikasi, sehingga nantinya mereka memiliki keterampilan dan dengan dilengkapi sertifikasi mereka nantinya akan siap bersaing di dunia kerja,” imbuh Ny Putri Koster. *mis

Komentar