nusabali

Raih Gelar Doktor Termuda di Undiksha di Usia 33 Tahun

Dr Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti MPd

  • www.nusabali.com-raih-gelar-doktor-termuda-di-undiksha-di-usia-33-tahun

SINGARAJA, NusaBali
Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti, dosen Undiksha Singaraja berhasil meraih gelar Doktor termuda di usia 33 tahun.

Dia baru saja menjalani ujian disertasi yang diuji oleh 10 orang penguji dan promotor di auditorium Pasca Sarjana Undiksha, Senin (9/1).  Hervina berhasil menyelesaikan studi S3 dengan mengambil Program Studi Ilmu Pendidikan, Konsentrasi Pendidikan IPA selama lima tahun. Dia yang juga Ketua Yayasan PKBM Widya Aksara ini mengaku berjuang keras untuk bisa sampai di tahap ini. Perjuangan menuntaskan studinya pun sempat terhambat satu tahun karena sedang mengandung anak ketiganya.  Ibu tiga anak ini memang terkenal lincah.

Selain sebagai dosen pengajar di Fakultas MIPA Undiksha, dia juga berjuang memfasilitasi pendidikan anak-anak yang terancam putus sekolah melalui jalur kejar paket, yakni Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM). Konsen di dunia pendidikan pada disertasi studi S3-nya Hervina memilih untuk mengangkat judul Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bermuatan Kearifan Lokal Bali untuk Meningkatkan Karakter dan Literasi Sains Siswa.

Doktor ke 55 Undiksha Singaraja ini pun melakukan penelitian di tiga sekolah yang berbeda, yakni di SMPN 1 Singaraja, SMPN 2 Singaraja dan SMPN 4 Sawan. Dia mengambil sampel penelitian pada siswa kelas VIII dalam fenomena kearifan lokal yang termotivasi pembelajaran IPA.  “Kebaruan pada model pembelajaran ini, adalah menyelipkan unsur muatan dan kearifan lokal yang dikaitkan dengan materi pembelajaran IPA. Misalnya pada topik pembelajaran tekanan, dibuktikan dengan proses pembuatan tuak salah satu kearifan lokal Bali. Kehidupan sehari-hari kearifan lokal ini yang dipakai untuk membuktikan teori,” ucap Hervina.  Perempuan kelahiran Desa Tigawasa 11 Oktober 1989 ini pun mengatakan pengembangan model pembelajaran ini ditelitinya untuk memudahkan pemahaman teori oleh anak didik. Sekaligus mengenalkan kearifan lokal yang wajib untuk dilestarikan.

Metode pembelajaran berbasis kearifan lokal Bali ini pun sudah dibukukannya pada akhir 2022 lalu. Sehingga dapat dipakai pegangan oleh guru-guru IPA di Buleleng. Anak sulung dari tiga bersaudara pasangan almarhum I Putu Miasa dengan Ni Luh Ayu Marhaeni ini berharap dengan hasil disertasinya dapat memberikan kontribusi pada pengembangan pendidikan di Buleleng. Terutama untuk pelajaran IPA pada satuan pendidikan.

Inovasi model pembelajaran yang ditemukannya diamininya dapat memotivasi dan menarik minat siswa untuk lebih senang belajar IPA. Model pembelajaran ini juga disebutnya bisa diimplementasikan pada kurikulum merdeka terutama pada pengiatan profil pelajar Pancasila. Sementara itu dalam menyelesaikan studi doktornya di usia muda, Hervina memiliki kiat khusus belajar sepanjang hayat. Dia berkomitmen untuk terus menerpa diri dengan pendidikan.

Hervina mengaku meneruskan pendidikannya untuk meningkatkan kompetensi diri. Dia sadar sebagai dosen pengajar harus terus update pada ilmu pengetahuan yang saat ini perkembangannya sangat cepat.

“Perjuangan memang tidak mudah, kemarin juga sempat tidak fokus setahun karena hamil, kalau masalah penelitian tidak masalah. Hanya saja tantangan dan tuntutan untuk mencapai gelar ini cukup berat juga seperti wajib memiliki terbitan jurnal, terbitan buku sesuai dengan penelitian yang dilakukan,” terang dosen asal Bali Aga ini. *k23

Komentar