nusabali

Guru Senior SMAN 1 Bangli yang Meninggal Kecelakaan, Salah Satu Muridnya Bupati Sedana Arta

  • www.nusabali.com-guru-senior-sman-1-bangli-yang-meninggal-kecelakaan-salah-satu-muridnya-bupati-sedana-arta

BANGLI, NusaBali
Guru SMAN 1 Bangli, I Nengah Sugita,58, meninggal pasca mengalami kecelakaan di ruas Jalan Kusumayuda, tepatnya di Banjar Penatahan, Desa/Kecamatan Susut, Bangli, Sabtu (7/1) malam.

Guru asal Banjar/Kelurahan Kawan, Kecamatan/Kabupaten Bangli ini dikenal mudah bergaul. Almarhum yang merupakan pamangku merajan ini telah diupacarai makinsan ring Wisnu (jenazah dibakar dan abunya dihanyutkan) pada Redite Wage Kuningan, Minggu (8/1) pukul 24.00 Wita.

Sejak menjalani profesi guru, Nengah Sugita hanya bertugas di SMAN 1 Bangli saja. Salah satu anak didiknya adalah Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta. Bupati Sedana Arta saat diminta komentarnya mengatakan jika almarhum memang dikenal akrab dengan para siswa. Dirinya pun merasa kehilangan atas meninggalnya Nengah Sugita.

"Masih ingat masa-masa beliau mengajar dulu yang bawaannya kalem sehingga akrab dengan para siswa. Semoga beliau mendapat tempat di sisi Tuhan Yang Maha Esa serta keluarga diberikan kekuatan dan tegar," ungkap Bupati Sedana Arta singkat, Senin (9/1).

Di sisi lain, salah satu rekan sesama guru di SMAN 1 Bangli, I Nengah Subrana masih teringat pesan almarhum Nengah Sugita yang mengatakan jika menjadi seorang guru harus memiliki karakter dan terbangun sebuah image. "Cening, jani wak be dadi guru, melahang gen pang sing campahine jak murid, bangun karakter dan image-mu di sekolah," kenang Nengah Subrana.

Disebutkan jika almarhum terlihat seperti orang judes, tetapi itu hanya balutan luar. Almarhum sangat perhatian, baik dan peduli dengan juniornya. "Saya sendiri sempat menjadi anak didiknya, dan kini menjadi junior sebagai seorang guru. Saat bergabung dalam kepanitiaan, almarhum juga sering menawari untuk dibelikan makan. Beliau ini orangnya perhatian," sebut Subrana.

Sementara itu salah satu siswa SMAN 1 Bangli, Komang Laura mengatakan jika dirinya baru bertemu almarhum Nengah Sugita pada awal kelas XII. Mengingat sebelumnya kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, almarhum berprinsip, benar-benar mencerminkan bagaimana seorang guru Bahasa Indonesia. "Saya kagum dengan bapaknya, sampai umur ini beliau bisa ingat kosakata dan istilah di pelajaran Bahasa Indonesia apalagi kata-kata bukan istilah yang lumrah. Setiap mengisi pelajaran di kelas beliau melontarkan istilah yang kita pun sebagai siswa ingin mencari tahu lagi artinya," kata Laura. Almarhum dikenal dekat dengan siswa, banyak siswa yang sering diajak bercanda. "Bapaknya komunikatif, bener bisa memposisikan dirinya saat mengajar dan di luar kelas," ujarnya.

Sementara Istri almarhum Nengah Sugita, yakni Ni Ketut Sukardani menuturkan jika pada Sabtu (7/1) malam mendapat kabar dari anaknya jika suaminya mengalami kecelakaan. Awalnya tidak mengira jika luka yang dialami suaminya parah. "Saya dikabari anak, kebetulan saat itu anak saya sedang kerja di RSJ," jelasnya.

Saat itu dirinya langsung menghubungi pihak RSU Bangli untuk dikirimkan ambulance. Disampaikan jika saat itu suami pergi memancing bersama beberapa temannya. Lokasi mancing ada di wilayah Kecamatan Susut. Setelah mancing mereka hendak pulang dengan mengendarai sepeda motor masing-masing.

Awalnya posisi almarhum ada di tengah-tengah. Kemudian disalip oleh rekannya yang lain, sehingga posisi paling terakhir. "Setelah melewati lokasi kejadian, temannya mendengar suara motor jatuh. Tapi saat itu mereka masih jalan. Sampai akhirnya sadar kalau bapak tidak ada," ungkap Sukardani. Saat kejadian kondisinya memang tidak menggunakan helm. Pihak keluarga memperkirakan awalnya akan mancing di wilayah Banjar Kawan, sehingga tidak menggunakan helm. Biasanya kalau memancing di luar Banjar Kawan pasti menggunakan helm dan juga jaket. "Salah satu kegiatan bapak usai mengajar adalah mancing. Bapak juga senang olahraga. Bapak ini suka bergaul, temannya dari berbagai kalangan," ucap Ketut Sukardani.

Ketut Sukardani yang didampingi anak sulungnya Gede Wahyu Herma Jayadi mengatakan setelah almarhum dievakuasi dari lokasi langsung dilarikan ke RSU Bangli. Saat itu kondisi sudah banyak mengeluarkan darah termasuk dari hidung. Saat diajak komunikasi masih bisa merespon. Setelah mendapat penanganan beberapa jam, dilakukan proses rujukan ke RS Klungkung. Hanya saja saat di RS Klungkung dinyatakan meninggal dunia. "Sempat mau dirujuk ke RS Sanglah atau Bali Mandara tapi di sana penuh. Bapak perlu penangan untuk CT Scan," ucapnya.

Pihak keluarga mengaku tidak ada firasat apa-apa dan keluarga ikhlas akan kepergian almarhum. Ditambahkan pula, jenazah almarhum sudah diupacarai makingsan ring Wisnu. Rencana akan dilaksanakan upacara Ngaben pada 10 Februari mendatang.

Seperti diberitakan sebelumnya keluarga besar SMA Negeri 1 Bangli berduka. Seorang guru seniornya, I Nengah Sugita,58, mengalami kecelakaan di ruas Jalan Kusumayuda, tepatnya di Banjar Penatahan, Kecamatan Susut, Bangli pada, Sabtu (7/1) malam pukul 22.45 Wita. Guru asal Banjar/Kelurahan Kawan, Kecamatan/Kabupaten Bangli ini sempat larikan ke RSU Bangli, namun akhirnya meninggal dunia.

Informasi yang dihimpun, kejadian berawal saat korban pergi memancing ikan di wilayah Kecamatan Susut. Saat itu Nengah Sugita memancing ikan bersama beberapa temannya. Setelah puas memancing, Nengah Sugita yang mengendarai sepeda motor jenis Yamaha Xeon dengan nomor polisi DK 3158 PV lantas pulang. Namun naas sesampai di tempat kejadian di Jalan Kusumayuda yang bersangkutan tidak bisa menguasai laju kendaraannya. Nengah Sugita terjatuh dari sepeda motornya. *esa

Komentar