Permintaan Ikan Meningkat tapi Nelayan Jarang Melaut

Salah seorang nelayan di Pulau Serangan, Made Mara, 50, menyampaikan dua pekan terakhir dirinya harus menepikan perahu karena tidak berani mengambil risiko menghadapi cuaca ekstrem. Dia akhirnya memberanikan diri melaut pada Jumat (30/12) kemarin, lantaran kondisi cuaca yang cukup bersahabat sejak pagi hari. 

Beruntung dia mendapatkan sedikit tangkapan. Ikan tersebut kemudian langsung dia jual kepada pengepul yang ada di Pulau Serangan. “Kalau bulan-bulan begini musimnya ikan dasaran, seperti jangki, kerapu,” ungkap Made Mara. Jenis ikan dasaran seperti jangki dan kerapu merupakan ikan yang cukup tinggi harga jualnya, mencapai Rp 80.000 per kilogramnya. 

Dia menuturkan, para nelayan di Serangan saat ini tidak bisa hanya bergantung dari hasil tangkapan ikan semata. Disebabkan jumlah tangkapan dalam beberapa tahun terakhir juga mengalami penurunan. Untuk menyiasati hal tersebut, Made Mara juga melayani jasa mengantar wisatawan ke tengah laut untuk memancing atau surfing. 

“Lumayan sekali antar mancing bisa sampai Rp 500 ribu,” ucap Made Mara. 

Salah seorang pengepul ikan di Pulau Serangan, Made Metra, 49, mengatakan ada peningkatan permintaan ikan jenis dasaran/karang jelang pergantian tahun. Namun karena cuaca yang cukup ekstrem, dia kesulitan memenuhi permintaan pasar. “Mau bagaimana lagi, ikan yang dijual tidak ada,” sebutnya. 

Sementara untuk memenuhi permintaan ikan tongkol, Metra harus memesan jauh hingga ke Karangasem untuk memenuhi permintaan pasar. Dia mengaku sudah menerima kiriman 1,5 kwintal ikan tongkol dari Karangasem untuk dijual kepada para pelanggannya. 

“Ikan tongkol di Serangan sifatnya musiman sampai bulan Oktober saja. Beda dengan di Karangasem, tidak mengenal musim,” kata Metra yang sudah belasan tahun jadi pengepul ikan. 7 cr78