nusabali

Kembang Kempis Usaha Pemotongan Babi di Abiansemal

Bersyukur di Hari Biasa, Raup Untung Jelang Galungan

  • www.nusabali.com-kembang-kempis-usaha-pemotongan-babi-di-abiansemal
  • www.nusabali.com-kembang-kempis-usaha-pemotongan-babi-di-abiansemal
  • www.nusabali.com-kembang-kempis-usaha-pemotongan-babi-di-abiansemal

MANGUPURA, NusaBali.com - Meskipun mayoritas warga Bali beragama Hindu, daging babi tidak jadi protein utama hidangan sehari-hari. Daging babi biasanya dihidangkan pada jamuan khusus dan hari besar keagamaan seperti Galungan.

Kecamatan Abiansemal sebagai salah satu sentra pemasok babi dan daging babi di Kabupaten Badung pun tidak konstan untung. Usaha pemotongan babi kempis di hari biasa untuk memenuhi pasokan segelintir individu dan pengusaha maupun pedagang daging.

Untung berlipat ganda baru muncul enam bulan sekali, tepatnya di hari-hari pertama wuku Dungulan. Pasalnya, semua orang di belahan Bali tengah hingga selatan merayakan hari besar yakni Hari Raya Galungan dengan meriah. Salah satu hajatannya adalah mebat, tradisi meramu persembahan dan hidangan dengan bahan daging babi.

Para jagal babi yang biasanya memotong 4-5 ekor per hari bisa naik berkali-kali lipat. Meskipun ada tradisi mapatung, di mana warga secara berkelompok memotong dan berbagi daging babi, pasca pandemi tradisi ini juga masih lesu dan mulai berkurang.

“Setelah Corona, sekarang orang sudah jarang mapatung, lebih memilih membeli bersih,” kata Pande Subawa, 35, salah seorang konsumen jagal babi ketika ditemui di salah satu usaha jagal di Abiansemal pada Senin (2/1/2023) sore.

Pria asal Banjar Belawan, Desa Abiansemal Dauh Yeh Cani ini menjelaskan bahwa dengan membeli di tempat pemotongan babi, ia bisa menyesuaikan dengan kebutuhan daging. Akan tetapi, apabila keperluan dagingnya banyak, Subawa lebih memilih mapatung karena cenderung lebih murah.

Masyarakat kini memang sudah beralih ke pola yang lebih praktis yakni membeli paket mapatung di pemotongan babi. Kalau pun dilakukan tradisi mapatung, opsi praktisnya adalah membeli babi bersih, kemudian dibedah, dipotong, dan dibagikan bersama ala mapatung.

Fenomena ini pada akhirnya tetap menguntungkan pengusaha pemotongan babi seperti I Wayan Ella Humiarta, 28, yang meneruskan usaha jagal babi milik ayahnya sejak lima tahun lalu.

Pria yang menjalankan bisnis pemotongan babi di rumahnya, Banjar Aseman, Desa/Kecamatan Abiansemal ini mengaku tersenyum lebar begitu Hari Raya Galungan datang. Bagaimana tidak, ia bisa memotong babi sedikitnya 90 ekor pada hari-hari menjelang penampahan Galungan.

“Perbandingan omzet dari hari biasa tentu naik berkali-kali lipat, bisa naik 80 persen dari hari biasa,” ungkap Ella ketika ditemui di kediamannya sekaligus tempat penjagalan babi milik keluarga pada Senin sore.

Kata pria yang juga guru olahraga ini, omzet jelang Hari Raya Galungan bisa mencapai Rp 60 juta. Dengan demikian, pada hari-hari biasa dapat diasumsikan Ella masih mampu membukukan omzet Rp 30 jutaan, itu pun dihitung dalam sebulan.

Dengan 10 orang pekerja dalam suasana menjelang Galungan, Ella melayani konsumen dengan berbagai kebutuhan. Ada yang mencari bagian khusus seperti samsam (pork belly), ada yang mencari iga, kulit, dan lain-lain. Namun ada pula yang memesan paket mapatung entah itu berupa babi bersih maupun daging potong dengan komponen yang biasa didapat saat mapatung.

“Kalau hari raya seperti ini, harga daging bisa meningkat juga. Beberapa komponen daging babi itu bisa dijual minimal seharga Rp 80.000 per kilogram. Untuk paket mapatung di sini mulai dari Rp 300.000 sampai Rp 500.000 tergantung pesanan dan beratnya,” tutur Ella.

Walaupun demikian, pada hari-hari biasa Ella pun tetap bersyukur lantaran pemasukan masih bisa didapat ketika menjadi pemasok daging ke beberapa food processing. Daging babi yang dipelihara sendiri oleh Ella dan beberapa mitranya ini ketika sampai ke food processing bisa menjadi bacon, daging potong dalam kemasan, dan iga bakar madu yang identik dengan Bali.

Kata Ella, tantangan terbesar saat menjalankan usaha pemotongan babi ini adalah masalah kesehatan hewan. Ia pun hampir gulung tikar saat merebaknya kasus African Swine Fever (ASF). Oleh karena itu, sebagai pengusaha milenial, Ella berharap ada perhatian khusus dari dinas terkait untuk menyosialisasikan langkah tepat menghadapi masalah kesehatan hewan. *rat

Komentar