nusabali

Ditagih Rumah Sakit Rp 267 Juta, Keluarga Korban Tertimpa Batu di Blangsinga Angkat Tangan

  • www.nusabali.com-ditagih-rumah-sakit-rp-267-juta-keluarga-korban-tertimpa-batu-di-blangsinga-angkat-tangan

DENPASAR, NusaBali.com –  Seorang wisatawan asal Surabaya, Jawa Timur, Noer Alifah, 61, meninggal dunia setelah kepalanya tertimpa batu saat beriwisata di objek wisata Warterfall Blangsinga, Desa Saba, Kecamatan Blahbatu, Gianyar.

Pada peristiwa yang terjadi pada Sabtu (15/12/2022), korban sempat dirawat di RS Kasih Ibu, Desa Saba, Gianyar. Namun takdir berkehendak lain. Korban  dinyatakan meninggal dunia pada 27 Oktober 2022.

Korban menjalani operasi pada bagian kepalanya yang pecah akibat tertimpa batu yang tiba-tiba jatuh dari atas tebing. 

Setelah hampir dua bulan meninggal dunia, keluarga korban kebingungan untuk membayar biaya rumah sakit yang totalnya Rp 267 juta. Tagihan ratusan juta rupiah itu hingga kini baru dibayar Rp 108 juta. 

Uang Rp 108 juta itu pun dikeluarkan untuk bisa memulangkan jenazah ke Surabaya. Sementara sisanya kini masih berstatus utang. Menghadapi utang sebesar itu keluarga korban kebingungan untuk mendapatkan uang sebanyak itu. 

Sepupu korban, I Made Malik Adnyana, 54, kepada wartawan di Denpasar, Minggu (18/12/2022), menjelaskan uang Rp 108 juta yang telah dibayarkan itu adalah gabungan dari uang asuransi, pengelola objek wisata, dan uang dari keluarga. 

Made Malik merincikan, uang asuransi sebesar Rp 25 juta, dari desa adat selaku pengelola sebesar Rp 2,5 juta, dari Detukad yang juga sebagai pengelola sebesar Rp 25 juta, dari keluarga korban Rp 55,5 juta. Selain itu ada keringanan dari RS sebesar Rp 11 juta.  Jadi, sisa utang sebesar Rp 148 juta. 

"Objek wisata Warterfall Blangsinga itu dikelola oleh Desa Adat setempat, Detukad, dan Krisna Oleh-Oleh Khas Bali. Awalnya kami keluarga korban hanya mendapatkan uang sebesar Rp 52,5 juta. Waktu itu saya bersama keluarga meminta agar pengelola bayar semua biaya RS tersebut, karena kami tidak punya uang," ungkap Made Malik. 

Setelah itu, lanjut Made Malik, Krisna Oleh-Oleh menyiapkan uang Rp 20 juta, sedangkan dari desa adat tambah Rp 7,5 juta, dan dari Detukad tambah Rp 10 juta lagi. Uang puluhan juta itu oleh pihak keluarga korban diminta untuk ditunda (belum diterima), sebab uang sebanyak itu masih tidak cukup menutupi semua utang di RS. “Kami ingin supaya tutup semua utang,” kata Made Malik. 

"Uang yang kami tunda itu bukan berarti kami tolak. Kami pihak keluarga korban berharap agar semua uang biaya RS itu terkumpul lunas baru kami terima untuk diserahkan langsung ke RS. Kami tidak minta lebih, selain sejumlah kuitansi dari RS," ungkap Made Malik. 

Made Malik menceritakan, adik sepupunya (korban) itu datang dari Surabaya bersama rombongan sebanyak satu bus. Rombongan sebanyak 50 orang lebih orang itu menginap di Jimbaran, Kuta Selatan, Badung. 

Pada Sabtu (15/10/2022) sore, korban bersama rombongan menuju lokasi. Mereka dipandu oleh guide Ketut Subrata dari Gopala Tour. 

"Sesampai di lokasi, korban bersama rombongan turun ke air terjun. Entah kenapa, tiba-tiba ada batu jatuh dari atas tebing dan menimpa kepala korban hingga pecah. Korban dilarikan ke RS Kasih Ibu Saba. Di sana dioperasi. Sayangnya 12 hari kemudian korban meninggal dunia. Sampai saat ini pihak Gopala Tour juga tidak ada mengeluarkan uang untuk biaya RS," tandasnya. 

Dikonfirmasi terpisah pihak pengelola Warterfall Blangsinga, Made Suanta mengatakan sudah melakukan kewajiban sesuai dengan aturan yang ada, yakni uang biaya perawatan Rp 2,5 juta dan uang asuransi Rp 25 juta. 

Sementara Detukad dan Krisna Oleh-Oleh Khas Bali juga sudah memberikan uang santunan dan uang duka. 

"Kecelakaan itu bukan karena kelalaian dari pengelola, tetapi itu murni kecelakaan alami. Sesuai dengan aturan yang ada kami sudah laksanakan kewajiban kami. Kami tak hanya memberikan uang, tetapi juga menjenguk korban," ungkap Made Suanta. 

Sementara Ketut Subrata selaku guide yang memandu korban dan rombongan enggan berkomentar banyak. Ditanya berapa orang dalam satu bus yang dipandunya itu Subrata mengaku tidak tahu. "Maaf Pak saya lagi sibuk kerja," tutur Ketut Subrata dan mematikan telepon.
 
Dikonfirmasi terpisah Direktur RS Kasih Ibu,  Saba, Gianyar, dr Made Ary Puspitasari SKed, Selasa (20/12), mengkonfirmasi sempat merawat pasien atas nama Noer Alifah. 

Kondisi pasien disebutnya mengalami cedera kepala berat sehingga harus dilakukan operasi bedah saraf. Selain itu perawatan pasien cukup panjang di ruang intensif dengan obat dan peralatan untuk menunjang kondisi pasien. 

Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan pasien diakui sangat besar. Meski demikian, lanjut dr Made Ary Puspitasari, pihak RS memberikan kemudahan, berupa diskon, mulai dari kamar, obat, penunjang, dan lain-lain. Dikatakannya, diskon ini untuk memberikan keringanan kepada keluarga pasien. 

"Kami juga membantu pasien untuk melengkapi persyaratan sehingga jaminan kematian dari Jasa Raharja Putra yang menanggung pasien bisa diurus. Kami memaklumi kondisi keluarga pasien, sehingga kami juga memberikan kesempatan untuk menyicil," ungkap dr Made Ary. *pol

Komentar