nusabali

Teliti Limbah Gurami untuk Bantu Penyembuhan Luka bakar, Tim Penelitian SMAN 3 Denpasar Raih Emas dan Perak di OPSI 2022

  • www.nusabali.com-teliti-limbah-gurami-untuk-bantu-penyembuhan-luka-bakar-tim-penelitian-sman-3-denpasar-raih-emas-dan-perak-di-opsi-2022

DENPASAR, NusaBali
Murid-murid SMA Negeri 3 Denpasar baru-baru ini meraih prestasi membanggakan di dua ajang tingkat nasional.

Dua ajang bergengsi tersebut yakni Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) jenjang SMA Tahun 2022 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) 2022 yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Pada ajang OPSI yang rangkaian lombanya berlangsung sejak Juni 2022, dua siswi SMAN 3 Denpasar, Ni Kadek Lakshmi Amrithalinggam Putrinata (kelas XII MIPA2) berpasangan dengan Gusti Ayu Putu Widya Pratiwi (XII MIPA 1) diumumkan meraih medali emas pada kategori Matematika, Sains, dan Teknologi, yang diumumkan pada 26 November 2022 lalu.

Penelitian mereka mengambil judul ‘Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Gurami dalam Sediaan Patch Transdermal sebagai Antiinflamasi Penyembuhan Luka Bakar dengan Penambahan Kolagen dari Sisik Ikan Gurami’.  

Pada ajang ini, dua murid lainnya, Ni Wayan Sahya Pavita Nariswari (XII MIPA 3) berpasangan dengan Kadek Cahyani Krishna Dewi (XII IPS 1) meraih medali perak dalam kategori Ilmu Sosial dan Humaniora. Mereka melakukan penelitian berjudul ‘Kajian Pengaruh Etnomatematika Dalam Jejahitan Bali sebagai Media Pembelajaran Matematika Bangun Datar pada Anak Sekolah Dasar untuk Mendukung Pengembangan Dimensi Kearifan Lokal dalam Kurikulum Merdeka’.

Pasangan Ni Kadek Lakshmi Amrithalinggam Putrinata dan Gusti Ayu Putu Widya Pratiwi sebelumnya juga sukses meraih juara II dalam ajang LKIR Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik yang diumumkan 30 Oktober 2022. Kali ini mereka melakukan penelitian berjudul ‘Analisis Pengaruh Variasi Suhu dan Konsentrasi Katalis Cangkang Kerang Darah dalam Reaksi Transesterifikasi Antifoam Agent dari Limbah Minyak Jelantah’.

Pada ajang yang sama siswa SMAN 3 Denpasar Putu Sekarasri Upadani (XI MIPA 2) berpasangan dengan Luh Budi Dharmaningtyas (XI MIPA 1) meraih juara III pada kategori LKIR Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan. Mereka mengajukan penelitian berjudul ‘Ketika Laki-laki Bali Bercerita: Memahami Konstruksi Identitas Laki-laki dan Toxic Masculinity dalam Budaya Patrilineal’.

Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 3 Denpasar Kadek Dwi Rustinawati SPd MPd, bangga dengan pencapaian yang diraih siswanya. Di tengah masa pandemi mampu berkreativitas dan menghasilkan prestasi.

“Anak-anak memang sedari awal dilatih berpikir kritis dan penuh rasa ingin tahu. Di sini ada program karya tulis ilmiah, setiap anak melakukan penelitian baik itu bidang sosial maupun bidang sains,” ujarnya, Jumat (9/12/2022).

Mereka dibimbing oleh para guru yang membidangi penelitian yang dilakukan para siswa. Nantinya, hasil penelitian tersebut, menjadi salah satu prasyarat kelulusan. Mereka juga dapat memperdalam kemampuan mereka dengan mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik dan karya tulis. Di samping mereka juga diberikan kesempatan melakukan riset di luar sekolah seperti di perguruan tinggi.
“Kalau ada kompetisi pasti akan lebih intens lagi dukungannya,” kata Dwi Rustinawati.

Pembimbing Ekstrakurikuler KIR SMAN 3 Denpasar Made Rai Rahayu,  mengungkapkan prestasi ini diperoleh dari proses yang panjang hingga bisa pada tahap final. Ada berbagai kendala yang harus anak didiknya lalui.

“Anak-anak harus bisa membagi waktu dan fokus dengan baik. Sering kali saat pengerjaan penelitian, lab untuk pengerjaan penelitiannya tidak support sampai kami harus menggunakan laboratorium lain untuk bisa melakukan tahap pengujian. Biaya penelitian juga cukup mahal, karena penelitian ini tingkatannya seperti penelitian S1,” kata Rai Rahayu, Jumat (9/12/2022) siang.

Walaupun menghadapi banyak kendala, kata Rai Rahayu, beberapa tahap pengujian penelitian diupayakan oleh pihak sekolah dengan support dana komite sekolah. Sedangkan untuk pengujian di luar sekolah, pihaknya telah mengajukan MoU dengan penyedia layanan, sehingga pengujian tersebut bisa dapat diringankan.

“Saya sangat salut dan bangga dengan semangat anak-anak, karena bisa menyelesaikan kompetisi penelitian ini dengan baik. Harapan saya, penelitian anak-anak tidak selesai sampai di sini saja. Tetapi nanti bisa dicarikan HKI dengan support sekolah, sehingga hasil penelitiannya juga diupayakan bisa dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat,” tuturnya.

Gusti Ayu Putu Widya Pratiwi dan Ni Kadek Lakshmi Amrithalinggam Putrinata yang membuat inovasi Patch Transdermal, merasa senang dan lega karena lomba dengan persiapan yang lama bisa membawa mereka mendulang emas di OPSI 2022 pada Bidang Matematika, Sains, dan Teknologi (MST).

“Persiapan lomba ini juga sudah berbulan-bulan digarap, selama masa-masa presentasi kita selalu kepikiran bagaimana hasil akhirnya. Tetapi saat sudah tahu dapat juara satu, sangat senang sekali dan lega,” ujarnya.

Lakshmi dan Widya menjelaskan, untuk menentukan ide yang akan digarap mereka pikirkan selama berhari-hari. Hingga akhirnya tercetuslah ide Patch Transdermal yang memiliki fungsi sebagai antiinflamasi membantu penyembuhan luka bakar.

“Jadi Patch Transdermal ini bentuknya semacam obat yang nantinya bisa ditempel pada kulit yang sedang iritasi akibat terbakar,” kata Lakshmi dan Widya.

Bahan-bahan yang mereka gunakan pun berupa limbah tulang dan sisik ikan gurami serta campuran daun nangka. Dalam proses pencarian limbah, mereka kompak mencari limbah tulang dan sisik ikan gurami pada sejumlah restoran ikan dan pasar ikan di Jimbaran, Kuta Selatan, Badung. Sementara, untuk pencarian daun nangka mereka dapatkan di kebun milik pribadi.

Keduanya menjelaskan kendala yang dihadapi adalah mencari komposisi yang pas untuk Patch Transdermal. “Patch Transdermal ini sebelum dibentuk, awalnya berupa adonan yang terkadang adonan itu terlalu kental atau terlalu cair, jadi lumayan juga kita mencari komposisi yang cocok. Kendala lainnya adalah pada pengujiannya, karena kita di sini menggunakan hewan mencit (tikus kecil) putih, jadi butuh penanganan dan waktu yang lumayan,” ucap Lakshmi dan Widya.

Walaupun telah berhasil mendapatkan medali emas, Lakshmi dan Widya tetap memiliki rencana untuk melakukan tahap penyempurnaan di penelitian Patch Transdermal. “Karena saat penjurian ada banyak masukan dari juri. Sehingga selanjutnya kita akan coba-coba lagi saran dari juri dan akan menyempurnakan kembali di tahap prosedurnya,” tandasnya.

Sementara pada tim lainnya, Kadek Cahyani Krishna Dewi dan Ni Wayan Sahya Pavita Nariswari membawa misi menggabungkan antara jejahitan Bali dan juga matematika untuk murid sekolah dasar di SDN 1 Sumerta.

Sahya dan Cahyani membeberkan proses penelitiannya dimulai pada Maret 2022. Pada saat itu masih dalam tahap awal penelitian berupa perumusan judul penelitian yang sempat berubah beberapa kali, karena masih merasa kurang sesuai dengan kondisi saat ini.

“Ide ini kami dapatkan karena dirasa di zaman yang serba modern ini kurang sekali perhatian generasi muda terhadap budaya Bali, yaitu majejahitan dan tentunya dari jejahitan tersebut kami juga melihat ada beragam bentuk bangun datar geometri. Dari sanalah kami berpikir untuk melakukan penelitian etnomatematika ini,” ujar Sahya.

Sejak diumumkan lolos menjadi finalis OPSI 2022, tahap selanjutnya mereka mengerjakan penelitian lebih lanjut berupa pengambilan data di SDN 1 Sumerta. Setelah rangkaian proses pengambilan data selesai, selanjutnya mereka merangkum keseluruhan data yang didapat dan melakukan tahap proses data tersebut ke dalam penelitian.

Bahan-bahan yang mereka gunakan dalam penelitian tersebut berupa busung (janur), steeples, semat, dan beberapa jejahitan Bali yang menggunakan bahan ental. Adapun alasan mereka melakukan penelitian di SDN 1 Sumerta karena letak geografis lebih dekat dengan SMAN 3 Denpasar.
Sahya pun mengakui kekuatan lawan-lawan dari SMA/MA terbaik di Indonesia.

“Tentunya perasaan saya dan partner saya sangat senang dan bersyukur, karena yang kami pikirkan saat itu sepertinya sangat sulit untuk menang. Hal itu dikarenakan saat penjurian kami sempat dibantai pada metode penelitian, sehingga kami sangat susah untuk menjawab dari berbagi pertanyaan juri yang menyudutkan kami. Tetapi semoga saya dan partner saya bisa terus bekerjasama dan melakukan yang terbaik,” paparnya.

Untuk memberikan apresiasi kepada siswa-siswinya, Kasek Dwi Rustinawati setiap Senin selalu mengumumkan prestasi anak didiknya baik di tingkat kabupaten hingga tingkat internasional.

“Apresiasinya kita umumkan kepada teman-temannya di hari Senin, dan juga kita sampaikan juga ke media sosial. Itu kan juga kebanggaan anak-anak. Tentu saja harapan kami semakin banyak anak-anak yang berprestasi mengharumkan nama baik sekolah. Tidak hanya di bidang penelitian, tetapi juga di bidang-bidang lain serta tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi mereka bisa memilik daya jual, sikap kompetitif, selalu berinovasi, dan selalu berpikir kritis,” kata Dwi Rustinawati. *cr78, ol3

Komentar