nusabali

Jualan Prostitusi Online Merebak

Dampaknya, Penyebaran HIV/AIDS Sulit Terdeteksi

  • www.nusabali.com-jualan-prostitusi-online-merebak

Banyaknya pengguna aplikasi Open BO ini kami kewalahan dan justru tidak bisa memantau. (Sekretaris BKKBN Provinsi Bali Made Arnawa)

SINGARAJA, NusaBali

Pergeseran akses prostitusi dari lokalisasi ke prostitusi online menjadi ganjalan baru dalam upaya memerangi kasus HIV/AIDS. Aplikasi pesan singkat yang makin ramai menjadikan sarana transaksi prostitusi online menyulitkan petugas dan konselor untuk mengawasi dan deteksi dini.

Layanan Open BO (booking out) pada prostitusi online yang bisa didapat dengan sangat mudah menjadi sangat liar dan sangat sulit terpantau. Hal ini memicu potensi penyebaran HIV/AIDS dari perilaku seks bebas sangat tinggi. Hal itu terungkap saat peringatan Hari AIDS Sedunia 2022 di Wantilan Sasana Budaya, Buleleng, Rabu (7/12).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, sepanjang tahun 2022 ditemukan total kasus baru 183 orang. 100 orang di antaranya terinfeksi HIV dan 83 orang terinfeksi AIDS. Pasien HIV/AIDS baru ini paling banyak diderita oleh kelompok umur usia produktif yakni dari usia 20-49 tahun.

Sekretaris Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali Made Arnawa mengatakan prostitusi online lebih rentan menularkan HIV/AIDS, dibandingkan prostitusi terpusat. “Tingkat kerentanan penularannya lebih tinggi karena dengan banyaknya pengguna aplikasi Open BO ini kami kewalahan dan justru tidak bisa memantau. Berbeda dengan lokalisasi masih mudah dipantau dan dicari,” ucap Arnawa,

Situasi tersebut membuat BKKBN memilih mengedepankan upaya pencegahan dengan menggandeng kelompok remaja. Mereka sebagai kelompok rentan, dilibatkan dalam langkah sosialisasi dan pencegahan penyakit menular seksual, terutama HIV/AIDS.

Konselor Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) Buleleng Made Ricko Wibawa mengatakan, dari situasi dan kondisi saat ini yang berpotensi sangat rentan tertular HIV/AIDS adalah remaja usia 15-16 tahun. Sebab dengan gempuran teknologi digital saat ini dengan masih minimnya pemahaman tentang penyakit menular dan HIV/AIDS, akan sangat mudah terjerumus.

“Diusia pubertas dan emosional labil ini sangat rentan sekali, terlebih pemahaman mereka terkait risiko seks bebas, sedikit kena bujuk rayu bisa terjerumus,”  jelas Ricko.

Dia mengatakan dengan akses digital yang sangat mudah, banyak remaja saat ini yang aktif di aplikasi Open BO. Bahkan belum lama ini Ricko menemukan remaja yang masih berstatus pelajar, aktif dalam aplikasi tersebut. Hal ini tentu bukan persoalan mudah. Penanganannya perlu dukungan seluruh pihak tidak hanya pemerintah tetapi juga orangtua sebagai garda terdepan keselamatan generasi muda.

Peringatan Hari AIDS sedunia juga diisi dengan kegiatan promosi genre dalam momentum peringatan hari AIDS juga hadir Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Buleleng Nyoman Riang Pustaka, siswa SMA/SMK dan mahasiswa di Buleleng.*k23

Komentar