nusabali

Bangkai Lumba-Lumba Terdampar di Penimbangan

  • www.nusabali.com-bangkai-lumba-lumba-terdampar-di-penimbangan

SINGARAJA, NusaBali
Seekor lumba-lumba jenis Fraser's Dolphin (lagenodelphis hosei) ditemukan mati terdampar di perairan Pantai Penimbangan, Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Senin (5/12) pagi.

Lumba-lumba dengan bobot sekitar 100 kilogram itu ditemukan, sudah dalam keadaan membusuk. Usai diperiksa, bangkai lumba-lumba itu langsung ditenggelamkan ke laut.

Kepala Resort Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Buleleng, Putu Citra Suda Armaya mengatakan bangkai lumba-lumba tersebut ditemukan oleh nelayan anggota Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Penimbangan Lestari. Mulanya bangkai mamalia laut itu ditemukan mengapung di perairan pantai kemudian dievakuasi ke bibir pantai oleh nelayan. Temuan itu kemudian dilaporkan ke pihaknya.

"Sekitar pukul 10.00 Wita, kami menerima laporan dari Pokmaswas Penimbangan Lestari ditemukan seekor lumba-lumba yang sudah mati, jenis betina. Kami lakukan identifikasi, pemeriksaan fisik luar dan dalam untuk mengetahui penyebab kematiannya. Kami ambil sampelnya untuk uji laboratorium," ujarnya.

Citra menyebutkan, lumba-lumba jenis Fraser's ini merupakan salah satu jenis spesies biota laut yang dilindungi. Begitu selesai diidentifikasi dan diperiksa, bangkai lumba-lumba itu langsung ditenggelamkan kembali ke laut. "Status lumba-lumba ini dilindungi. Setelah diperiksa, langsung ditenggelamkan. Ini suatu saat bisa diangkat lagi untuk sarana edukasi," jelasnya.  

Pemeriksaan bangkai lumba-lumba melibatkan Gede Iwan Setiabudi, akademisi Fakultas Mipa Jurusan Budidaya Kelautan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja dan drh Deny Rahmadani dari Tim Jaringan Satwa Indonesia. Iwan Setiabudi mengatakan, wilayah perairan Pantai Penimbangan memang menjadi salah satu daerah jalur perlintasan lumba-lumba.

Dari kajian yang dilakukan pihaknya, ada empat spesies lumba-lumba yang biasa melintas di perairan Bali utara. Selain lumba-lumba jenis Fraser's, ada juga lumba-lumba pemintal atau Spinner Dolphin, lumba-lumba hidung botol, dan lumba-lumba totol. "Perlintasannya biasanya pagi, setiap hari, seperti halnya wisata dolphin itu kan perlintasan lumba-lumba setiap pagi," ujarnya.

Pihaknya belum bisa memastikan apakah lumba-lumba yang melintas di perairan Penimbangan ini adalah kelompok yang sama. Yang pasti, lumba-lumba yang mati ini terpisah dari rombongan kelompoknya. Ia menyebutkan, temuan bangkai lumba-lumba di perairan Penimbangan juga pernah terjadi tahun 2017 lalu. Lalu pada 2019 juga pernah ada bangkai paus terdampar.

Sejatinya ada tiga upaya penanganan bangkai mamalia laut, yakni antara dikubur, dibakar, atau ditenggelamkan. "Kami sengaja tenggelamkan untuk memicu keberagaman biota laut. Daging bangkai lumba-lumba akan menjadi makanan biota laut, ini meningkatkan biodiversitas atau keragaman hayati. Jadi pemicu sumberdaya ikan melimpah, menyehatkan karang dan lamun," jelasnya.

Sementara itu, drh Deny Rahmadani menyebutkan, hasil pemeriksaan fisik bangkai lumba-lumba tersebut memiliki panjang sekitar 233 centimeter dengan diameter 172 centimeter. Lumba-lumba ini diperkirakan mengalami perubahan ukuran karena sudah mengalami pembusukan. "Perkiraannya sudah mati lebih dari satu hari dan mengalami pembusukan karena suhu panas air laut," ujarnya.

Bangkai lumba-lumba itu telah dilakukan nekropsi atau pemeriksaan medis. Namun karena sudah mulai masuk proses pembusukan tidak banyak informasi yang pihaknya dapatkan. "Paling tidak kami bisa periksa bagian lambung, karena beberapa kasus mamalia laut yang terdampar mati karena ada jaring atau sampah plastik yang menyebabkan kematian," jelasnya.

Dari hasil pemeriksaan tadi pihaknya memastikan tidak kami menemukan benda plastik ataupun jaring pada organ lumba-lumba. "Kemungkinannya ada indikasi sakit, sehingga lumba-lumba ini tenggelam kemudian terdampar ke pesisir. Namun untuk memastikan lagi kami akan lakukan uji sampel di laboratorium," tukasnya. *mz

Komentar