nusabali

Kedelai Lokal Tak Kalah dengan Kedelai Impor, Ini Kelebihannya

  • www.nusabali.com-kedelai-lokal-tak-kalah-dengan-kedelai-impor-ini-kelebihannya

MANGUPURA, NusaBali.com – Pasar kedelai tanah air cenderung didominasi oleh kedelai impor terutama dari Amerika Serikat. Padahal kualitas kedelai tanah air tidak kalah, bahkan lebih tinggi jika diolah menjadi berbagai jenis pangan.

Menurut pendiri iniTempe, Benny Santoso, 27, pengusaha teknologi pengolahan tempe yang bermarkas di Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, kualitas olahan kedelai lokal menjadi pangan seperti tempe, susu kedelai, dan tepung, jauh lebih tinggi.

“Dari segi warna kedelai lokal ini lebih cerah dibandingkan kedelai impor yang sudah disimpan lebih dari setahun di dalam gudang,” ujar Benny, dijumpai Jumat (2/12/2022) di tempat produksi rumahan iniTempe.

Meskipun kedelai lokal hanya mampu bertahan lima bulan, hal itu dikarenakan kedelai produksi petani ini tidak diberikan pengawet pangan sehingga lebih segar. Sedangkan kedelai impor memiliki tampilan kusam lantaran selain lama disimpan di gudang juga karena ada reaksi bahan pengawet.

Selain lebih segar dari segi warna, kedelai lokal memiliki bentuk lebih pipih dan lonjong dibandingkan kedelai impor terutama yang berasal dari Amerika Serikat. Kedelai produksi Negeri Paman Sam ini memiliki bentuk lebih bulat.

Foto: Benny Santoso, pendidi iniTempe. -NGURAH RATNADI

“Kedelai lokal ini cenderung memiliki rasa lebih manis dan gurih. Sangat cocok jika dijadikan tempe, tahu, dan susu kedelai,” kata Benny.

Keunggulan kedelai lokal dari segi rasa ini, kata Benny, berasal dari testimoni langsung para wisatawan mancanegara yang mengikuti kelas pembuatan tempe di tempatnya. Para wisatawan luar negeri tersebut menyatakan bahwa mereka sudah mencicipi tempe yang dibuat di negara mereka namun tidak senikmat yang dibuat langsung di negeri asalnya.

Sayangnya, kedelai lokal cenderung lebih mahal di pasaran lantaran produksinya tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Walhasil, pemerintah mengimpor kedelai, di mana harga kedelai impor ini lebih murah di pasaran. Namun, situasi ini membunuh petani kedelai lokal.

“Sebelum pandemi, memang harga kedelai lokal itu jauh lebih mahal di pasaran. Namun, ketika pandemi dan banyak terjadi gagal panen di Amerika selatan, harga kedelai impor tinggi. Sekarang kedelai lokal dan impor itu head-to-head di kisaran Rp 14.000,” tutur Benny.

Sejauh ini, Benny mengambil pasokan kedelai lokal dari tiga lokasi di Bali. Lokasi tersebut tersebar di daerah Pulaki di Kabupaten Buleleng, di daerah Tabanan, dan daerah Kusamba di Kabupaten Klungkung. Apabila kekurangan pasokan, Benny mengambilnya dari Pulau Jawa. *rat

Komentar