nusabali

Sempat Diganggu Endek Printing, Kualitas Kain Endek Tradisional Bali Memang Beda

  • www.nusabali.com-sempat-diganggu-endek-printing-kualitas-kain-endek-tradisional-bali-memang-beda

SEMARAPURA, NusaBali.com - Kain Endek asal Bali memang bisa memikat hati siapa saja. Apalagi saat kain endek dipakai oleh para petinggi dunia saat perhelatan KTT G20 di Bali, Selasa (15/11/2022) silam.

Berkat konsistensi kualitas produk yang diberikan, kain endek memiliki penggemar yang tidak terbatasi usia. Kalangan apa saja bisa menggunakan dan memiliki kain endek.

Namun pasang surut eksistensi kain endek pun sempat tergoyah karena mencuatnya kain-kain endek printing atau motif cetak  yang menyerupai motif kain endek. 

Sehingga persaingan harga pasar pun menjadi kendala bagi perajin-perajin kain endek di kota Semarapura, Kabupaten Klungkung.

Seperti diungkapkan oleh owner Mujur Sari, Wayan Arsadana, 62, yang telah merintis usaha kain tenun endek Bali sejak tahun 1995 sampai saat ini. 

Ia mengatakan selama proses perjalanan tersebut, Wayan Arsadana pernah mengalami pasang surut karena menghadapi krisis ekonomi akibat Bom Bali pada tahun 2002 dan juga saat pandemi Covid-19 pada 2020 silam. 

“Walaupun pernah mengalami pasang-surut, tetapi saya tetap bersyukur bisa kembali bangkit menekuni usaha ini sampai sekarang,” ujar Wayan Arsadana, Kamis (1/12/2022) sore.

Tidak cukup sampai di situ, melesatnya kain motif cetak seperti kain endek pun menyusul keresahan para perajin kain endek, salah satunya Wayan Arsadana. 

“Karena ada motif kain cetakan saat ini yang datangnya dari luar Bali otomatis ada persaingan baru. Memang permasalahan itu dari segi harga jadi bersaing. Oleh karena itulah masyarakat mencari produk yang lebih murah dari pada aslinya,” paparnya lirih.

Wayan Arsadana sempat merasa pernah mengalami penurunan dalam pemasaran akibat persaingan harga yang lebih murah. 

Namun, faktanya saat ini kain endek tradisional masih memiliki penggemar di hati para penikmatnya. Pihaknya pun tidak perlu khawatir akan kain motif cetak yang menyerupai kain endek. 

“Tidak kenapa, karena orang yang ingin memiliki endek asli pasti akan lebih menyukai barang yang dibuat secara tradisional seperti ini. Harganya memang agak sedikit mahal tetapi dari segi kualitas tidak bisa diragukan lagi,” tandasnya.

Dikonfirmasi secara terpisah, perajin kain endek, Wayan Sujani, 43, mengungkapkan kecintaannya kepada kain endek yang memang masih dibuat secara tradisional.

“Kalau saya lebih memilih produk tradisional ini dari pada kain motif cetak. Karena hasilnya lebih bagus dan ini harus dipertahankan,” ujar Wayan Sujani yang juga warga Desa Sampalan Klod, Dawan, Klungkung.

Namun ia tetap berharap, ke depan kerajinan kain endek bisa mendapat respons dari masyarakat. Sehingga dari respons masyarakat tersebut para perajin kain endek bisa semangat untuk melanjutkan usaha turun-temurun ini.

Memiliki hampir 10 perajin di rumah produksinya yang terletak di Dusun Ulunsui, Desa Sampalan Klod, Dawan, Klungkung, Bali, seluruh proses pembuatannya masih berbau tradisional dengan alat tenun kayu dan bahan baku benang tradisional yang diimpor  dari India. 

“Masalah bahan baku ini memang asalnya dari India tetapi ada distributor dari Bali yang berlokasi di Denpasar, jadi sudah ada langganan,” ujarnya.

Dalam satu bulan, Wayan Arsadana bisa menjual rata-rata hingga 50 lembar kain endek atau lebih tergantung dari pada pemesanan para pelanggannya.

Soal regenerasi perajin kain endek, Wayan Arsadana melihat situasi generasi muda saat ini jarang mau terjun ke bidang keterampilan menenun. 

Ia membeberkan jika generasi muda Bali saat ini sebagian besar lebih memilih untuk terjun ke dunia pariwisata bahkan sampai saat ini tenaga dari perajinnya tergolong dari kalangan orang tua. 

“Bagaimana kelanjutannya ke depan tergantung tenaganya nanti. Kalau orang tua sudah tidak ada, generasi tidak mau melanjutkan, kan akhirnya mentok. Harapannya bagaimana caranya untuk melestarikan dari pada kebudayaan-kebudayaan yang sudah memiliki nilai.”

“Saya akan tetap melestarikan ini karena ini merupakan peninggalan dari nenek moyang. Mau tidak mau bagaimana kita bisa melestarikan apa yang harus diwariskan. Dengan cara bagaimanapun kita akan melakukannya,” pungkasnya. *ris

Komentar