nusabali

KTT G20 Jadi Angin Segar bagi Perajin Kipas di Bali

  • www.nusabali.com-ktt-g20-jadi-angin-segar-bagi-perajin-kipas-di-bali

JAKARTA, NusaBali
Badai pandemi COVID-19 membuat banyak pelaku usaha terdampak, tak terkecuali usaha Kipas Srikandi asal Bali yang sudah didirikan sejak 44 tahun silam.

Lebih dari dua tahun terdampak pandemi, Kipas Srikandi perlahan mulai bangkit berkat kehadiran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Pemilik Kipas Srikandi, Nyoman Benes (39) mengungkap usaha ini awalnya dikelola oleh ayahnya sejak 1978. Ia merupakan generasi kedua dari bisnis keluarga Kipas Srikandi ini.

Menurut Benes, KTT G20 di Bali memberi angin segar karena dirinya mulai punya harapan baru berkat permintaan kipas yang mulai berdatangan dalam jumlah tidak sedikit. Kipas Srikandi memang terbilang unik karena menciptakan produk kipas tangan hasil desainnya sendiri dan menyediakan jasa pesanan.

Kipas-kipas buatannya menawarkan model dan bahan yang beragam. Baik itu berupa brokat, lukis, lukis keemasan, kipas bunga, modifikasi kain endek dan brokat, atau polos. Semua kipas dari Kipas Srikandi menggunakan bahan dasar stik kayu eboni atau bisa juga dibuat menggunakan kayu cendana sesuai permintaan.

"Syukur di Bali ada kegiatan G20, jadi banyak permintaan. Tapi tidak hanya di Bali, kemarin juga kan sempat ada di Labuan Bajo, Jakarta. Kita ikuti perkembangan zaman, jadi bisa menyesuaikan permintaan, kayak motif logo G20 misalnya atau logo BNI custom, jadi setiap ada event kita bisa menawarkan sesuatu yang mempunyai nilai tambah," ungkap Benes dalam keterangan tertulis, Selasa (15/11/2022).

Meski bisnisnya sempat terseok-seok, Benes mengaku tidak sampai hati merumahkan para karyawannya yang kini berjumlah 25 orang. Benes merasa memiliki tanggung jawab moral untuk tetap mempekerjakan mereka.

Ia mengaku selama pandemi permintaan produknya sempat merosot. Namun pihaknya tetap melakukan produksi meskipun dengan skala kecil. Apalagi ada pelanggan setia yang memang masih membutuhkan produknya.

"Kita sekarang masih dalam tahap pemulihan. Kebetulan saya selama COVID tidak setop produksi, tidak merumahkan karyawan, saya pikir cuma beberapa bulan ternyata dua tahun lebih, saya punya tanggung jawab moral kepada karyawan, kalau setop produksi kasihan mereka karena menggantungkan hidupnya di sini," ucapnya.

Benes menambahkan di saat sisa limit keuangannya sudah mulai menipis, ia cukup beruntung karena pesanan mulai datang sejak dirinya bergabung dengan komunitas UMKM BNI. Komunitas ini fokus pada pemasaran produk-produk UMKM dengan mengusung tema Futures SMEs Village.

Adapun BNI terus berkomitmen mendorong pelaku UMKM binaan termasuk Kipas Srikandi asal Bali untuk dapat mengoptimalkan momentum positif G20 ini. Salah satunya melalui side event G20 Future SMEs Village.

Benes mengaku produk-produknya sempat menembus pasar dunia, seperti Australia, Amerika Serikat (AS) hingga Spanyol. Namun angka ekspornya masih rendah di kisaran 5-10 persen.

Ke depannya, ia tak menutup kemungkinan kegiatan ekspor akan kembali dilakukan dengan porsi lebih tinggi. Namun saat ini, kata dia, fokus utamanya adalah bagaimana mencari pasar untuk menjual produk-produknya.

"Kalau ada pendanaan dari BNI mungkin bisa meningkatkan ekspor. Dana dalam arti untuk ekspansi, memperluas area gudang, menambah mesin. Tapi sekarang yang lebih kita pentingkan support promosi yang lebih luas," imbuh Benes. *

Komentar