nusabali

Produk Anyaman Kalimantan Tengah Digemari Turis di Bali

  • www.nusabali.com-produk-anyaman-kalimantan-tengah-digemari-turis-di-bali

MANGUPURA, NusaBali.com – Produk anyaman Indonesia diminati wisatawan mancanegara. Berapa pun harga yang dibanderol, jika produk sudah memiliki kualitas apalagi dibuat langsung oleh tangan para perajin, niscaya laku keras di pasaran.

Fakta ini dibuktikan Rusita, 41, yang meneruskan usaha mertuanya yang sudah berdiri sejak tahun 1995 di Jalan Bypass Nusa Dua Nomor 12X, Kuta, Kabupaten Badung, Bali.

“Jadi mertua yang pertama punya usaha ini dan memang pertama memilih Bali karena tempatnya strategis dan dia (mertua) tahu prospeknya lebih bagus di Bali,” ujar Rusita saat ditemui, Sabtu (12/11/2022) sore.

Toko yang diberi nama UD Kuala Kapuas menjual dan menerima pesanan segala macam kerajinan rotan dari Kalimantan Tengah dan bahan bangunan atap sirap, papan balok, dari kayu ulin dan juga bengkirai.

Wanita asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah itu kini sudah menetap di Bali untuk meneruskan usaha miliki ibu mertuanya sejak tahun 2001. Pelanggannya pun kebanyakan wisatawan mancanegara yang berasal dari Jepang dan juga Eropa. 

“Lebih banyak dari turis mancanegara karena mereka suka handmade. Kalau lokal jarang, tetapi ada saja yang beli,” ujarnya.

Produk yang dijualnya pun beragam, mulai dari jenis tas, topi, perabotan, hingga tikar. Namun, produknya didominasi oleh anyaman berbahan dasar rotan yang terkenal akan kualitasnya yang tidak cepat rusak walau terkena air dan lebih awet dari bahan yang lainnya. 

Dari segi harga, produk yang dijualnya bervariasi tergantung ukuran, jenis, serta motif yang digunakan. Adapun motif yang terdapat pada tas anyaman rotan yang dikombinasikan dengan warna hitam di sela-sela rotan yang berwarna putih. 

Motif-motif itu kata Rusita seperti ada dare tulang dan tabuhi, dare mata bilis, saluang murik, dan lainnya.

Karena bahan baku rotan saat ini sedang tinggi akibat lahan yang kian hari menipis, produk tas yang ia jual kini dibanderol dengan harga Rp 55.000 sampai Rp 65.0000 paling murah atau Rp 300.000 lebih untuk tas yang dikombinasikan dengan kulit. 

Produk yang paling best seller atau paling banyak diganduringi oleh turis, kata Rusita, adalah produk tas berbahan rotan dengan motif polos seharga Rp 80.000.

Produk yang dijual di tokonya ia dapatkan langsung dari Kalimantan Tengah dengan mengajak beberapa produsen untuk membuat produk anyamannya. Hal ini menurutnya dapat membantu perekonomian perajin anyaman di Kalimantan Tengah.

Namun, sayangnya penjualan tahun ini dirasa melemah dibandingkan saat sebelum pandemi. Dulu, ia bisa mendapat pesanan tas anyaman sampai 1.000 pieces untuk dijual ke luar negeri, kini ia hanya mendapat paling tidak 200 pieces.

“Turis dari Jepang sebelum pandemi itu order hampir 1.000 lebih. Tetapi saat ini hanya 200 pieces saja. Tetapi tidak kenapa, syukuri saja berapa pun hasilnya,” ujar Rusita.

Dari pantauan,  lokasi toko yang strategis di pinggir jalan dekat dengan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai itu, membuat para mata pengendara khususnya bule terpikat. Terlihat produk yang ditawarkan terpampang jelas dari pinggir jalan itu tidak hanya berasal dari bahan rotan saja, melainkan terdapat beberapa bahan lainnya seperti purun, produk basket dari bamban, hingga anyaman dari bambu.

“Kualitas yang bagus itu rotan lebih bagus dari pada purun karena kalau purun terkena air itu cepat hancur tetapi rotan tidak. Namun, segi harga hanya selisih Rp 30.000 saja antara purun dan rotan,” jelas Rusita.

Soal pendapatan, Rusita tidak dapat memprediksi angka pasti berapa pieces produk yang laku terjual setiap harinya. Namun, rata-rata tiap bulan ia bisa menjual 300 pieces produk anyaman bahkan lebih tergantung banyaknya konsumen yang datang. 

“Paling ramai itu di bulan saat libur sekolah. Kalau tahun ini yang paling ramai di bulan September,” papar Rusita.

Meski tahun ini pandemi sudah landai dan juga pariwisata kembali bangkit berkat perhelatan KTT G20 di Bali mendatang, Rusita tetap berharap setelah momen KTT G20 perekonomian bisa kembali bangkit menyeluruh.

“Mudah-mudahan setelah G20 ini lebih baik lagi agar semua bisa merasakan juga karena dua tahun pandemi. Jadi semoga pariwisata bisa meningkat dan perekonomian bisa balik lagi seperti dulu,” harap Rusita. *ris

Komentar