nusabali

Megawati Bicara Ide Tata Dunia Baru Bung Karno

Dalam ‘Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective'

  • www.nusabali.com-megawati-bicara-ide-tata-dunia-baru-bung-karno

JAKARTA, NusaBali
Presiden Kelima RI Prof Dr (HC) Megawati Soekarnoputri menjelaskan pentingnya ide membangun tata dunia baru yang disampaikan Proklamator RI Soekarno serta kebutuhan reformasi di PBB.

Megawati menyampaikan itu saat memberikan sambutan secara virtual dalam opening ceremony acara 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective', di Gedung ANRI, Jakarta, Senin (7/11).

"Gerak mewujudkan Tata Dunia Baru yang bebas dari segala bentuk penjajahan, tidak pernah mengenal kata akhir. Satu tahun sebelum Gerakan Non Blok, Proklamator RI, Dr. Ir. Soekarno, menyampaikan pidato di PBB yang dikenal dengan sebutan ‘To Build The World A New’ atau Membangun Tata Dunia Baru," ujar Megawati dalam keterangan tertulisnya.

Pidato itu mendapatkan standing ovation dari politisi internasional yang bermakna sebuah penghargaan yang luar biasa. Artinya, apa yang dikatakan Soekarno di dalam pidatonya diterima oleh banyak kalangan di dunia. Tapi persoalannya, kata Megawati, bagaimana mewujudkan apa yang diminta oleh Bung Karno itu. Bung Karno dengan gamblang mengusulkan restrukturisasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Lalu usul memindahkan Markas PBB ke negara netral, di luar wilayah ketegangan Perang Dingin pada waktu itu. Dan mengusulkan perubahan Piagam PBB dengan memasukkan prinsip-prinsip Pancasila. Menurut Megawati, kesetaraan antarnegara itu belum terwujud di PBB.

Dari satu contoh kecil saja, soal iuran negara ke PBB, yang pernah ditanyakannya langsung ke Sekjen PBB. Dijawab bahwa negara besar praktis memberikan bantuan lebih besar. Dengan begitu, tentunya wewenang negara besar jadi seakan lebih besar.

“Jadi negara besar, praktis itu yang memberikan bantuan yang lebih besar. Nah yang lain tentu seperti apa jadinya, seperti tidak ada kesamaan, tidak ada kesetaraan,” kata Megawati. Bung Karno juga menegaskan, bahwa masa depan dunia tidak boleh ditentukan hanya oleh negara yang memiliki Hak Veto di PBB. Setiap bangsa harusnya diberi kehormatan yang sama.

“Berbagai perubahan fundamental atas lembaga dunia PBB tersebut sangat diperlukan karena Perserikatan Bangsa-Bangsa dinilai sudah tidak mampu meredam konflik. Padahal kan sebenarnya, kalau bisa yang memutuskan itu PBB,” kata Megawati. Dia lalu memberi contoh, bagaimana dialognya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush Jr.

Bush mengatakan akan menyerang Irak dengan cara kilat. Megawati menjawab, AS seharusnya mendapatkan izin dari PBB. Megawati lalu mempertanyakan maksud serangan kilat oleh AS ke Irak. Apakah serangan kilat itu dalam waktu satu jam, satu hari, seminggu atau sebulan. “Jadi kata Presiden George Bush pada saya, katanya begini, ‘Kamu itu kok pintar ya Mega’. Saya diam saja, terus saya tanya, "kok kamu bilang begitu?" beber Megawati. Menurut Megawati, sebagai Presiden Republik Indonesia, dia tidak setuju sebuah negara akan melakukan sebuah penyerangan.

“Tapi pada keadaannya, waktu itu beliau agak sedikit marah. Dia bilang begini, "Kamu selalu bela Saddam Husein?". Saya nggak bela Saddam Husein, saya bela rakyat Irak, yang pasti apapun juga kan menderita. Jadi kalau kamu berpikir bahwa kamu nggak cocok dengan Saddam Husein, sudahkah ada ahli Islam-mu yang harusnya menerangkan, Saddam Husein itu siapa. Saya bilang begitu. Tapi akhirnya tetap saja toh diserang,” tegas Megawati.

Dari contoh itu, Megawati menilai, wajar jika dianggap PBB tidak bisa lagi meredam konflik. Apalagi dengan makin meningkatnya teknologi, termasuk sebagai ancaman senjata pemusnah. “Jadi, alatnya itu harus cepat dan akibatnya massal, seperti kita tahu Hiroshima-Nagasaki itu percobaan, tapi telak. Sampai hari ini dampaknya masih sangat terlihat. Seperti apa rakyat Jepang yang tidak berdosa harus menerima penderitaannya, akibat radiasi,” papar Megawati.

Lebih lanjut, Megawati mengatakan struktur PBB dianggap sudah tidak relevan, karena struktur Dewan Keamanan PBB tidak sesuai lagi dengan cara pandang seperti pada tahun 1960. Di mana solidaritas, kerja sama antar bangsa, dan pembangunan ekonomi lebih dikedepankan. Tidak lagi melihat siapa kamu, siapa dia, kamu harusnya begini, sana harusnya begitu. Sehingga, umat manusia itu juga bisa bersama.

"Saya berkeyakinan bahwa apa yang telah disampaikan oleh Bung Karno sebagai Bapak Bangsa itu, pikirannya itu lho sampai begitu multi dimention. Dia ikuti dan itu tentu perasan, gemblengan waktu keluar-masuk penjara, dibuang dan lain sebagainya juga bukan berarti mengecilkan founding fathers yang lain, tidak. Tapi kan kelihatan ekstraksinya, sehingga bisa memberikan sebuah jalan pikir,” beber Megawati. *k22

Komentar