nusabali

Buleleng Kembangkan Sorgum di Areal 30 Hektare

  • www.nusabali.com-buleleng-kembangkan-sorgum-di-areal-30-hektare

SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, terus mengembangkan pertanian sorgum atau jagung gimbal.

Sorgum disebut memiliki permintaan cukup tinggi. Apalagi, komoditas ini bisa dikembangkan sebagai bahan baku tepung pengganti gandum. Selain sebagai pangan alternatif, sorgum juga merupakan produk pertanian yang bernilai ekonomis.

Kabid Tanaman Pangan Distan Buleleng I Gusti Ayu Maya Kurnia menyebutkan, saat ini peminat sorgum cukup tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan itu, pihaknya melakukan pengembangan sorgum di lahan seluas 30 hektare di empat kecamatan. Yakni, 10 hektare di Kecamatan Gerokgak, 10 hektare di Kecamatan Kubutambahan, 5 di Kecamatan Tejakula, dan 5 hektare di Kecamatan Banjar.

"Nantinya, per hektare-nya akan digelontorkan 5 kilogram benih dari bantuan APBN. Untuk harga benihnya sekitar Rp 21.000 per kilogram. Saat ini permintaan sorgum sudah cukup tinggi. Bahkan sorgum juga kini sudah mulai diolah untuk berbagai jenis makanan ataupun jajanan," ujar I Gusti Ayu Maya Kurnia, Kamis (3/10).

Maya Kurnia menambahkan, sorgum bantuan pengembangan itu mulai ditanam pada November ini hingga Desember mendatang. Seluruh benih bantuan diharapkan bisa tuntas ditanam agar bisa mengajukan permohonan banyak dengan luasan lebih besar. Upaya ini juga untuk mengembangkan lagi olahan makanan berbahan dasar sorgum.

Dia menambahkan, dalam program tersebut Distan hanya menawarkan kepada petani yang bersedia menerima. Pihaknya juga memfasilitasi bibit sorgum serta penanamannya. Sedangkan lahan ditentukan sendiri oleh petani. "Nantinya untuk penanaman menunggu musim hujan. Untuk perawatannya, sorgum sama dengan halnya dengan jagung, tidak memerlukan banyak pupuk dan air," jelasnya.

Sebelum program ini ada, warga di Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, juga rutin menanam sorgum. Penanaman dilakukan di lahan seluar 10 hingga 15 hektare are. Bahkan, warga desa setempat masih mengolah dan mengonsumsi olahan sorgum. "Jagung gimbal tidak hilang sama sekali. Mereka tanam swadaya ditanam turun temurun wilayah Pejarakan. Selain masih konsumsi, karena juga terkait juga dengan sarana upacara," jelas I Gusti Ayu Maya Kurnia.*mz

Komentar