nusabali

Perajin Perak Pupuan Tuangkan Asta Kosala Kosali Lewat Miniatur Rumah Bali

Progres 70 Persen, Bakal Diresmikan Sandiaga Uno dalam Museum Perak UC Silver Tohpati

  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali
  • www.nusabali.com-perajin-perak-pupuan-tuangkan-asta-kosala-kosali-lewat-miniatur-rumah-bali

GIANYAR, NusaBali.com – Perajin perak asal Banjar Calo, Desa Pupuan, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Komang Suryambawa, 35, sedang mengerjakan miniatur rumah Bali untuk mengenalkan kembali konsep dan nilai Asta Kosala Kosali.

Miniatur tersebut terbuat dari hampir 100 persen logam perak dan merupakan bagian dari Museum Perak UC Silver Tohpati. Museum tersebut direncanakan bakal diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno.

Miniatur rumah Bali ini ditarget sudah rampung pertengahan bulan November 2022 ini lantaran peresmian dan kunjungan Menparekraf ke Museum Perak diplot akan dirangkaikan dengan agenda pertemuan G20.

“Saya membuat miniatur rumah Bali berbahan perak ini karena saya rasa rumah Bali memiliki keunikan dari segi arsitektur, tata letak, dan tata ruangnya. Ini berdasarkan konsep Asta Kosala Kosali yang sudah lumrah sebenarnya namun perlu diedukasi dan diperkenalkan kembali,” tutur Suryambawa yang akrab disapa Komang Apel ini, dijumpai di studionya pada Selasa (1/11/2022) pagi.

Menurut pria pemilik Naga Sanga Studio ini, gagasan membuat miniatur rumah Bali berbahan perak tersebut berasal dari idenya sendiri meskipun pembuatannya disponsori oleh UC Silver. Ketika dikunjungi NusaBali.com, Komang Apel dan kawan-kawan sudah berhasil menyelesaikan 70 persen miniatur rumah Bali dengan ukuran 120 x 70 cm tersebut.

Tampak, tembok panyengker karang sudah terbangun pada area samping dan depan. Sedangkan komponen bangunan seperti Gedong berukuran 23 x 19 cm, Loji berukuran 26 x 18 cm, dan Jineng berukuran 14 x 12 cm sudah berdiri dalam kondisi setengah jadi. Keempat bangunan tersebut rata-rata kurang bagian atap dan beberapa elemen detail lainnya.

Sementara itu, bangunan lain seperti Merajan Alit berukuran 35 x 35 cm, dapur Bali atau Pawon berukuran 18 x 12 cm, dan beberapa komponen lain seperti palinggih di area natah (pekarangan rumah), bedogol apit lawang (patung penjaga pintu), dan elemen detail pada Angkul-Angkul (pintu masuk) dan tembok panyengker tengah dikebut oleh Komang Apel dan tujuh rekannya yang lain.

Dari keseluruhan bangunan miniatur, Merajan bakal jadi bangunan dengan komponen paling tinggi yakni sekitar 27 cm dari fondasi kayu setebal 10 cm. Fondasi kayu tersebut digunakan sebagai podium dari keseluruhan luas miniatur.

“Semua komponen bangunan tersebut memiliki makna dan simbolnya masing-masing. Inilah yang saya ingin kenalkan lebih dalam kepada masyarakat luas termasuk masyarakat internasional karena akan dipajang dalam salah satu museum perak terbesar di Bali,” ujar Komang Apel.

Pria kelahiran 28 Januari 1987 ini menjelaskan beberapa simbol dan makna komponen bangunan. Misalnya, Gedong merupakan bangunan bagi tetua keluarga yang berada pada area utara natah. Bangunan ini hanya boleh ditempati oleh orang yang paling tua dalam keluarga sedangkan bagi yang lebih muda ataupun sudah menikah diperkenankan menempati Loji, bangunan di sisi barat Gedong dan area natah.

Kemudian Semanggen sendiri atau balai adat merupakan bangunan yang digunakan untuk upacara adat keagamaan di rumah. Upacara seperti Manusa Yadnya maupun Pitra Yadnya biasanya menggunakan Semanggen sebagai inti dari kegiatan yadnya tersebut.

Oleh karena itu, untuk mengakomodasi misi pengenalan makna dan simbol tersebut, miniatur rumah Bali ini dibuat dengan format knockdown atau bongkar-pasang. Dengan format ini, bagian dalam bangunan dapat dilihat masing-masing komponennya. Lantaran, komponen di dalam bangunan pun memiliki makna dan simbol tersendiri.

Meskipun baru mencapai progres 70 persen, miniatur rumah Bali tersebut sudah menghabiskan biji perak seberat 15 kilogram. Jika ditotal hingga miniatur tersebut rampung, biji perak yang bakal dihabiskan diprediksi mencapai 30 kilogram.

“Soal biaya, kami belum bisa memastikan berapa biaya yang akan dihabiskan. Dari bahan baku saja sudah habis Rp 300 juta. Itu belum termasuk biaya operasional dan tenaga dari para perajin di sini,” cetus Komang Apel menerka-nerka.

Ayah satu anak ini mengaku selama membuat karya miniatur tersebut tantangan terbesarnya adalah mencari bentuk. Berbeda dengan bangunan berbahan bata maupun ukiran berbahan kayu, bahan perak memerlukan langkah-langkah pemrosesan lebih banyak dan perhitungan yang lebih mendalam.

Bahan baku dari biji perak tersebut harus dipanaskan hingga mencair dengan suhu kurang lebih 1.000 derajat Celsius. Kemudian, dibentuk sesuai kebutuhan komponen masing-masing bangunan. Khususnya bangunan yang memerlukan detail ukiran, bahannya adalah perak pipih dengan ketebalan 30 mikron.

Lempengan perak tipis ini kemudian dipalu di atas gala (cairan aspal kenyal) menggunakan pahat tumpul. Proses pemahatan dilakukan dua kali, pertama dipahat ke bawah hingga membentuk cekungan (pelud) sesuai pola gambar. Lempengan cekung ini kemudian dibalik sehingga terlihat pola dasar yang timbul. Pola timbul ini lantas diberikan detail dengan pemahatan kembali di atas pola dasar yang timbul tersebut.

“Kalau semua komponen sudah selesai nanti akan dipoles. Komponen ini dipanaskan dulu setelah itu direndam pada cairan aki zuur (asam sulfat) berwarna merah. Kemudian, digosok hingga bersih. Setelah bersih dan terlihat warna perak alaminya, diberi cairan obat hitam agar tekstur ukirannya lebih terlihat,” terang Komang Apel.

Meskipun bukan proyek pertama yang ia buat berdasarkan kerja sama dengan UC Silver, Komang Apel berharap mendapatkan ruang lagi untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk lain menggunakan perak. Sebelumnya, sekitar tahun 2013, Naga Sanga Studio sudah pernah membuat tujuh patung naga dengan total berat 750 kilogram.

Oleh karena itu, Komang Apel ingin memanfaatkan ilmu yang dipelajari dari pamannya dari Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Made Arsa Nata ini untuk berkarya dan menjelajahi bentuk-bentuk yang belum pernah dilirik oleh perajin perak. *rat

Komentar