nusabali

Sukma Susiawan Pamerkan Lukisan Terinspirasi 'Kanda Pat'

  • www.nusabali.com-sukma-susiawan-pamerkan-lukisan-terinspirasi-kanda-pat

DENPASAR, NusaBali
Perjalanan spiritual pelukis Sukma Susiawan tergambar jelas dalam karya-karya terbarunya.

Lukisan-lukisannya kaya dengan guratan warna merah, putih, dan hitam. Sangat jelas bagaimana persentuhannya dengan spiritual Hindu di Bali. Karya-karyanya tersebut akan dipamerkan pada 28 Oktober–28 November 2022 di Tony Raka Gallery, Jalan Raya Mas, Ubud, Gianyar.

Susiawan pada konferensi pers di Kubu Kopi Denpasar, Selasa (25/10) mengakui jika lukisan-lukisan yang akan dipamerkannya terinspirasi kepercayaan Hindu di Bali mengenai 'Kanda Pat, yang dapat dimaknai sebagai 'empat saudara'. Ia mengatakan lukisan yang dibuatnya sebagai bentuk 'meditasi visual'.

"Pencarian itu tidak pernah berhenti, ini masalah hidup. Bali itu tempat yang sangat spesial bagi saya, di mana spiritualitas saya bisa berkembang dengan merdeka," kata Susiawan yang menetap di Bali sejak 2007.

Seniman yang sebelumnya lama tinggal di Kanada ini menambahkan, perkenalan pertamanya dengan 'Kanda Pat' sejatinya sudah terjadi jauh sebelumnya di masa kecilnya. Pria kelahiran Magelang dan tumbuh di Solo ini, menuturkan Kanda Pat juga dikenal di Jawa, tapi dengan nama lain. Susiawan pun kerap mendengar cerita Kanda Pat dari keluarganya.

Di Bali, berpuluh-puluh tahun kemudian, Susiawan diperkenalkan lebih jauh dengan Kanda Pat oleh seorang rekannya. Ia juga diantarkan ke sebuah pura yang dipersembahkan untuk Kanda Pat, yaitu Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari Pengideran Dewata Nawa Sangha yang berada di Peguyangan Denpasar.

"Jika mengunjungi pameran saya akan terlihat jelas bagaimana perkembangan ekspresi seni saya mengalir, dari warna sampai ke teknis," sebuat Susiawan.

Susiawan mengungkapkan, ada 27 lukisan yang akan ditampilkannya pada pameran nanti, yang dibuatnya sejak 2019. Selain dominan warna merah, putih, dan hitam, unsur visual yang juga tampil mencolok pada lukisan-lukisannya adalah pola-pola melingkar serupa pusaran arus. Pola-pola melingkar ini seperti mengisyaratkan tahap awal terbentuknya simbol sakral atau simbol mistis berbasis lingkaran yang biasa didapati dalam berbagai tradisi spiritual.

Lebih jauh disampaikannya, karya-karya yang akan ditampilkannya bermaksud untuk melawan arus komodifikasi seni yang saat ini mendominasi kesenian di seluruh dunia. Melalui karya-karyanya Susiawan menawarkan oasis penyembuhan di tengah gurun gering kehidupan kontemporer.

"Dalam alur kapitalisme lukisan jadi obyek, obyek pariwisata, obyek komersialisme. Saya di sini mengharapkan bahwa masyarakat bisa mengapresiasi lukisan secara lain, dengan intuisi, dengan batin, tidak dengan logika," harap Susiawan.

Pameran Susiawan ini dikurasi oleh budayawan Arief Bagus Prasetyo. Arief menjelaskan seni rupa Susiawan merupakan bagian dari arus kontemporer yang mencari jalan baru ke terciptanya kehidupan lebih baik di tengah keresahan global akibat mimpi buruk kapitalisme, perang, wabah, perubahan iklim, dan sebagainya.

"Seni rupa kontemporer seringkali dipandang orientasinya terlalu pasar. Ada gerakan kurasional untuk kembali mencari nilai-nilai spiritual untuk mengimbangi seni rupa yang semakin dalam masuk ke arus pusaran pasar," jelasnya. *cr78

Komentar