nusabali

SLBN Karangasem Gelar Pasraman Kilat

  • www.nusabali.com-slbn-karangasem-gelar-pasraman-kilat

AMLAPURA, NusaBali
Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Karangasem menggelar pasraman kilat jelang perayaan Saraswati pada Saniscara Kliwon Watugunung, Sabtu (22/10).

Pasraman melibatkan seluruh siswa dari SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa), dan SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa). Pasraman kilat dilaksanakan untuk memberikan pelajaran muatan lokal kepada siswa terkait tata cara membuat upakara, yang dikoordinasikan Kasek SLBN Karangasem Mudi Dwikorahesti di Lingkungan Telaga Mas, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Selasa (18/10). Pasraman kilat ini dibuka, Senin (17/10), berakhir pada Jumat (21/10).

Kegiatan pasraman kilat diawali mengajarkan siswa membuat porosan, taledan canang,  klatkat, sengkui, kulit tipat, katik sate, hingga matanding canang. 160 siswa dilibatkan dibagi tiga kelompok, yakni siswa SDLB 102 siswa, SMPLB 38 siswa dan SMALB 20 siswa. Guru pembina Cokorda Istri Komala  Dewi, I Gusti Ayu Erawati, Made Agus Sutarjana, dan lain-lain.

“Semua guru terlibat, memberikan materi tata cara membuat upakara, dengan bahasa isyarat. Semuanya wajib membawa pisau, dan semat untuk menusuk bahan upakara,” jelas Mudi Dwikorahesti.

Mudi Dwikorahesti mengatakan materi pelajaran pasraman kilat dimulai dari yang sangat sederhana agar mudah dipahami, dimengerti, dan dikerjakan siswa. Secara tidak langsung, memberikan pengetahuan tentang kebudayaan lokal Bali. Sebab, belajar tentang budaya Bali, sangat efektif langsung praktik. Begitu juga di masyarakat, belajar kebudayaan Bali, langsung terjun di masyarakat mana kala ada acara adat di masyarakat.  “Sebab, belajar secara khusus membuat porosan, membuat sengkui, dan matanding canang, tidak ada tempat pelatihan. Itulah pentingnya menggelar pasraman kilat, materinya sesuai kebutuhan,” tambahnya.

Pasraman kilat baru pertama kali dilaksanakan, papar Mudi, mampu memotivasi siswa agar aktif ambil bagian. Walau siswa yang ada semuanya berstatus berkebutuhan khusus, tetapi semangat dan motivasinya ingin mengetahui bagian dari sisi kebudayaan Bali, sangat antusias.

Apalagi katanya, hasil dari karyanya mereka, kemudian digunakan untuk upacara, rasa memiliki dan kebanggaan lebih terasa. “Nantinya sehari sebelum Saraswati, hasil karya siswa digunakan untuk pelengkap upacara di acara matanding banten,” jelasnya. *k16

Komentar