nusabali

Pamangku Paling Sepuh di Pura Kiduling Kreteg Besakih Tutup Usia

  • www.nusabali.com-pamangku-paling-sepuh-di-pura-kiduling-kreteg-besakih-tutup-usia

AMLAPURA, NusaBali
Pamangku paling sepuh di Pura Kiduling Kreteg Besakih asal Banjar Kreteg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, yakni Jro Mangku Srinaja  tutup usia.

Jro Mangku Srinaja meninggal di usia 89 tahun, Rabu (12/10) karena sakit tua. Pamangku yang ngayah sejak tahun 1957 ini sebelumnya menggantikan orangtuanya Jro Mangku Sabda dan diwinten di Pura Penataran Agung Besakih. Rencananya upacara ngaben akan digelar pada Anggara Paing Watugunung, Selasa (18/10) mendatang. Salah satu cucu almarhum, yakni I Nyoman Manik Suastika mengungkapkan hal tersebut di kediamannya Banjar Kreteg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Kamis (13/10).

Almarhum meninggalkan 8 anak, 20 cucu dan 18 cicit. Jro Mangku Srinaja lahir pada tahun 1933. Dia tercatat dua kali sempat ngayah saat Karya Agung Eka Dasa Rudra pada tahun 1963 dan tahun 1979. Sedangkan ngayah di saat Karya Agung Panca Balikrama pada tahun 1969, tahun 1989, tahun 1999 dan tahun 2009. Karya Agung Eka Dasa Rudra digelar setiap 100 tahun sekali, hanya saja, saat karya tahun 1963 berdasarkan perhitungan dinilai kurang tepat sehingga diulangi pada tahun 1979.

Sedangkan Karya Agung Panca Balikrama di Pura Besakih diselenggarakan setiap 10 tahun sekali. Di samping itu, juga kontinyu ngayah setiap Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali bertepatan Purnama Kadasa.

Sedangkan saat Karya Agung Panca Balikrama tahun 2019, almarhum secara fisik tidak kuat lagi ngayah. Posisinya kemudian digantikan sang putra kandung Jro Mangku Ketut Suarnika. Manik Suastika menambahkan sebelum puncak ngaben dilaksanakan, terlebih dahulu menggelar upacara mukak lawang atau membuka jalan di perempatan agung, agar dibukakan jalan sebelum menggelar ngaben.

Upacara Mukak lawang dilaksanakan pada Saniscara Wage Dukut, Sabtu (15/10). Selanjutnya ngaben bertempat di Setra Kanginan, Desa Adat Besakih pada Anggara Paing Watugunung, Selasa (18/10). Dikatakan prosesi puncak ngaben diawali di rumah duka dengan menggelar mabersih, munggah tumpang salu, meras cucu, kemudian berangkat ke Setra Kanginan, Desa Adat Besakih.

“Kakek saya sejak 5 tahun lalu tidak lagi aktif ngayah, karena secara fisik tidak kuat lagi. Sebelumnya ngayah di Pura Kiduling Kreteg Besakih yang merupakan salah satu Pura Catur Lawa Besakih,” jelas Manik Suastika.

Jro Mangku Srinaja selama ini dikenal dekat dengan seluruh sulinggih yang sempat katuran muput upacara di Pura Kiduling Kreteg Besakih, maupun di Pura Penataran Agung Besakih.

Bukan saja ngayah di Pura Kiduling Kreteg Besakih, dan Pura Penataran Agung Besakih, Jro Mangku Srinaja juga aktif ngayah di Pura Dalem Puri, Pura Ulun Kulkul, Pura Gelap, Pura Batumadeg, Pura Basukihan, Pura Pengubengan, dan pura lainnya. Seperti diketahui di Pura Besakih terdapat 87 pura, terdiri dari 18 pura umum, 4 Pura Catur Lawa, 11 Pura Pedharman, 6 pura non pedharman, 29 pura dadia, 7 pura berkaitan dengan pura dadia dan pura lainnya. *k16

Komentar