nusabali

Oversharing di Medsos, Secara Kejiwaan Disebut Sedang Mencari Dukungan

  • www.nusabali.com-oversharing-di-medsos-secara-kejiwaan-disebut-sedang-mencari-dukungan

MANGUPURA, NusaBali.com – Tentu sudah tidak asing dengan tingkah laku para pengguna media sosial yang sering kali membagikan hal-hal terlalu pribadi di ranah umum. Secara kejiwaan, pengguna media sosial seperti ini dinilai tengah mencari dukungan dan pembenaran atas perspektifnya.

Membagikan informasi di luar batas kewajaran baik secara kuantitas maupun tingkat keintiman informasi sering disebut dengan istilah ‘oversharing’. Perilaku seperti ini nampak cukup sering terjadi ketika dunia maya sudah merangsek dunia nyata pengguna media sosial.

Cukup sering terlihat, beberapa pengguna media sosial nampak nyaman membagikan terlalu banyak informasi tentang kehidupan mereka baik tentang kebahagiaan maupun permasalahan kepada pengikut.

Kebiasaan berbagi informasi khususnya yang mengarah ke permasalahan semakin bergeser ke hal-hal yang terlalu pribadi, mulai dari urusan hubungan romansa, rumah tangga, ranjang, hingga kondisi jasmani.

Menurut ahli kejiwaan dari Klinik RSD Mangusada, dr Putu Risdianto Eka Putra SpKJ, perilaku oversharing ini bisa jadi dilatarbelakangi oleh beberapa motivasi dari si pengguna media sosial.

“Itu bisa karena ingin mendapatkan dukungan dari teman-temannya atau ingin mendapatkan pembenaran dari perbuatannya,” kata dr Eka ketika ditemui di Klinik Kejiwaan RSD Mangusada, Senin (3/10/2022).

Kata dr Eka, jika tujuannya adalah mencari dukungan dan si pengunggah ini merupakan korban dari permasalahan maka keputusan tersebut cenderung baik. Permasalahan yang terlalu besar dan susah ditanggung sendiri memang akan lebih baik jika mendapat sokongan. 

Dukungan maupun masukan yang positif terhadap masalah tersebut bisa jadi penyemangat untuk menghindari keputusan yang jauh lebih buruk daripada membocorkan masalah pribadi ke publik yakni bunuh diri.

“Tetapi bisa juga si pengguna itu memerlukan dukungan pembenaran dan pembelaan atas apa yang sudah ia perbuat,” terang dokter yang pernah bertugas di RS Ari Canti, Gianyar ini.

Namun, berlebihan dalam membagikan informasi pribadi ke publik dapat memunculkan permasalahan baru dari informasi mengenai permasalahan yang diunggah. Karena diubar ke ranah publik, tentu tidak semua pengguna media sosial mampu memberikan pandangan yang tepat. Kata dr Eka, bisa saja audiens dari unggahan tersebut memiliki maksud tersembunyi.

“Ini bisa jadi kolam untuk orang-orang yang ingin memancing di air keruh. Misalnya, kalau romansa, sengaja dikompori supaya putus terus dia yang nanti mendekati,” tutur dr Eka sembari melepaskan tawa.

Selain itu, jika menyindir atau menyerang seseorang di media sosial kemudian tidak jelas arah yang dituju juga dapat membuat masalah baru seperti kesalahpahaman bagi orang-orang yang merasa tersindir.

“Mungkin saja orang yang merasa diserang itu bukan satu orang. Ada orang lain yang merasa disindir. Ini kan menambah masalah baru,” ucap dr Eka.

Orang-orang yang oversharing ini pada prinsipnya memerlukan dukungan dan sokongan atas keputusan mereka. Kebiasaan ini dapat diminimalisir melalui komunikasi langsung yang lebih intens dengan si pelaku oversharing. Komunikasi langsung ini dapat menjadi salah satu jalan bagi mereka karena memerlukan teman yang dapat dipercaya untuk meluahkan isi hati. *rat

Komentar