nusabali

Dari Penaklukan Majapahit Hingga Silsilah Pasek

Isi Lontar Badeg Tengah Dibaca Unit Lontar Unud

  • www.nusabali.com-dari-penaklukan-majapahit-hingga-silsilah-pasek

DENPASAR, NusaBali
Pasemetonan Dadia Taman, Desa Adat Badeg Tengah, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, mengungkap isi materi lontar dan lempengan tembaga milik dadia.

Pengungkapan melalui diseminasi oleh Unit Lontar Universitas Udayana (Unud) di  di Kampus Fakultas Ilmu Budaya Unud, Jalan Pulau Nias, Denpasar, Jumat (30/9).  Acara tersebut dilakukan agar apa yang dituliskan leluhur pada lontar bisa diketahui oleh para pratisentananya. Setelah sekitar delapan bulan mengupayakan pembacaan lontar yang diserahkan Pasemetonan Dadia Taman, Unit Lontar Unud akhirnya melaksanakan diseminasi hasil alih aksara dan alih bahasa lontar Babad Badeg Pasemetonan Dadia Taman Desa Adat Badeg Tengah, Desa Sebudi itu.

Alih aksara dan alih bahasa yang dilakukan Unit Lontar Unud mengungkap kekuasaan Kerajaan Majapahit dan silsilah warga Pasek Badeg. Sekretaris Unit Lontar Unud Putu Eka Guna Yasa SS MHum, dalam pemaparannya menyampaikan naskah yang diserahkan pasemetonan Dadia Taman sebanyak tiga lontar (14 halaman) dan dua lempengan tembaga kondisinya sebagian mengalami kerusakan. Pihaknya harus melakukan konservasi terlebih dahulu sebelum melakukan pembacaan naskah agar hasil pembacaan bisa optimal.

Lontar kemudian dibagi menjadi tiga yakni lontar A, B, dan C. Pada akhirnya diputuskan hanya lontar B yang layak dieksekusi untuk dialihaksarakan dan dialihbahasakan. Namun demikian secara isi keempat naskah memiliki kemiripan. "Isinya dapat kami klasifikasikan menjadi dua. Pertama memuat informasi atau cerita tentang penaklukan kerajaan Bali yang saat itu dikuasai Sang Bedahulu oleh Kerajaan Majapahit. Kedua memuat tentang silsilah (klan) Pasek," ujar Guna Yasa.

Dikatakan, pada bagian penaklukan Majapahit di Bali menyebutkan agar warga Majapahit yang ikut ekspedisi penaklukan dan kemudian menetap di Bali agar tetap menjalankan adat istiadat seperti layaknya dilakukan Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa. Hal itu juga lantaran Sang Bedahulu sebagai penguasa Bali sebelumnya disebut telah melarang warganya melakukan persembahyangan di Pura Besakih. Setelah penaklukan Majapahit warga Bali juga disebutkan wajib membayar pajak dan seserahan kepada Kerajaan Majapahit.

Untuk diketahui, meski mengisahkan penaklukan Majapahit di Bali, naskah lontar tidak berisi kapan waktu pembuatannya, siapa yang membuat, maupun judul dari naskah lontar.  Di bagian lain, disebutkan juga terkait asal muasal warga klan Pasek di Bali adalah Pasek Gelgel. Diceritakan, Dewa Brahma beryoga maka lahirlah raja Bali yang juga seorang pendeta bernama Ki Apu Witadarma (Mpu Witadarma), yang selanjutnya menurunkan warga Pasek,  seperti Pasek Gelgel, Pasek Denpasar, Pasek Tangkas, Pasek Tohjiwa, Pasek Nongan, termasuk Pasek Badeg. "Dalam teks disebut 'Pasek Badeg Prasanak Puseh' (Pasek Badeg saudara dari Puseh)," sebut Guna Yasa yang juga dosen Sastra Bali FIB Unud. Dia menambahkan, kata Badeg setelah ditelusuri ternyata bermakna pohon enau atau pohon jaka.

Pada bagian akhir naskah lontar disampaikan bhisama (fatwa) yang berisi titah agar warga Pasek menjaga kewibawaan sebagaimana digariskan leluhur. Di samping itu warga Pasek juga diminta menjadi 'guru' bagi masyarakat Bali karena laku baik yang diwariskan leluhurnya.

Jero Bendesa Desa Adat Badeg Tengah yang juga warga Pasemetonan Dadia Taman, I Nyoman Sidia,51, menuturkan ihwal pihaknya meminta bantuan Unit Lontar Unud untuk menerjemahkan lontar yang secara turun-temurun disimpan oleh warganya. "Tiyang sendiri tidak tahu apa isinya itu, sudah dari dulu seperti itu. Secara geografis juga letak merajan (dadia, Red) tiyang halamannya jadi satu dengan halaman Pura Puseh (Desa Adat Badeg Tengah). Jabatan juga di desa tiyang jadi bendesa tetap dari dadia tiyang, pemangkunya juga dari dadia tiyang. Ada juga palinggih yang tiyang sungsung di Karangasem ada yang Bernama Ida Idiang Sakti yang konon merupakan balian desa," ungkap Jero Bendesa Nyoman Sidia.

Para tetua Dadia Taman, ujar Jero Bendesa, tidak memperbolehkan warganya untuk memperlakukan lontar yang disimpan secara sembarangan, termasuk berusaha membaca. Dia mengungkap selain empat lontar/lempengan tembaga yang diserahkan kepada Unit Lontar Unud, sejatinya masih ada lontar-lontar lain yang disimpan Pasemetonan Dadia Taman, seperti lontar usada dan kakawin. Namun, untuk sementara pihaknya hanya menyerahkan lontar yang kemungkinan bisa mengungkap silsilah keluarga.

Dadia Taman sendiri memiliki warga 118 KK yang sebagian besar tinggal di luar Desa Adat Badeg Tengah. Jero Bendesa Nyoman Sidia mengatakan hanya 18 KK warga Dadia Taman yang masih tinggal di wilayah Desa Adat Badeg Tengah.*cr78

Komentar