nusabali

Pentas Bergilir di Acara Pemerintahan

  • www.nusabali.com-pentas-bergilir-di-acara-pemerintahan

Sebelum ada Yayasan Seni Jegog, hanya sekaa jegog tertentu yang kecipratan dana pembinaan dalam mengisi acara yang difasilitasi Pemkab.

NEGARA, NusaBali

Pelestarian jegog di Kabupaten Jembrana semakin menggeliat pasca terbentuknya Yayasan Seni Jegog pada Maret 2021. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan yayasan yang menggilir sekaa jegog dalam mengisi acara Pemkab. Selain memberi rasa keadilan, kebijakan pemerataan itu juga menambah spirit para sekaa dalam melestarikan kesenian khas Gumi Jegog ini.

Maka, keadaan menjadi berbanding terbalik dengan sebelumnya. Sebelum ada Yayasan Seni Jegog, hanya sekaa jegog tertentu yang kecipratan dana pembinaan dalam mengisi acara yang difasilitasi Pemkab. "Kalau dulu yang tampil hanya sekaa-sekaa yang dekat dengan orang Kebudayan. Tapi sekarang, setelah ada yayasan, kita semua dapat giliran," ujar Koordinator Kecamatan (Korcam) Yayasan Seni Jegog Kecamatan Mendoyo, I Made Suwirta,42, saat ditemui mendampingi Sekaa Jegog Candi Suara yang tampil mengisi acara launching Jembrana Satu Data Dari Desa (JSDDD) di Gedung Mendopo Kesari, Keluharan Banjar Tengah, Kecamatan Negara, beberapa waktu lalu.

Menurut Suwirta, dalam mengatur giliran sekaa, juga diberlakukan secara adil. Sebelum semua sekaa jegog mendapat giliran, tidak ada satupun sekaa jegog yang diberikan tampil mengisi acara Pemkab lebih dari satu kali. "Setiap sekaa hanya satu kali. Nanti setelah semua dapat, baru diulang lagi," ucap Suwitra yang merupakan Ketua Sekaa Jegog Suara Kerthi dari Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo ini.

Suwitra menjelaskan, dalam menentukan giliran tampi, diprioritaskan kepada sekaa yang terdekat dengan lokasi acara. Terkecuali ketika semua sekaa terdekat sudah mendapat giliran atupun dari Korcam di lokasi acara memastikan belum ada yang siap tampil, maka  dikoordinasikan ke Korcam lainnya. "Kami berkoordinasi antarkorcam. Kalau memang tidak ada yang terdekat, dialihkan ke kecamatan lain," ujar Suwitra.

Seperti saat mengisi acara launching JSDDD yang dihadiri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) di Gedung Mendopo Kesari, Negara, Selasa lalu. Sekaa Jegog Candi Suara yang tampil membawakan tetingklikan jegog dalam acara tersebut, adalah sekaa jegog dari Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo.  

"Terkadang belum siap karena acara mendadak. Ada juga yang kadang anggota sekaa tidak bisa semua ikut sehingga dikoordinasikan ke korcam lainnya untuk mencari yang siap tampil. Tapi yang jelas nanti semua pasti dapat giliran. Kalau yang tidak bisa mendadak, nanti diminta mengisi acara yang sudah terencana," ucap Suwitra.

Suwitra mengatakan, dalam mengisi acara Pemkab, sekaa jegog mendapat uang pembinaan Rp 3 juta. Ongkos tampil itu pun dinilai sangat bermanfaat. Terlebih untuk pemeliharaan perangkat jegog yang membutuhkan biaya cukup besar.

"Kalau dulu kan banyak jegog yang mati karena hampir tidak pernah dapat dana dari Pemkab. Tetapi sekarang semua dapat, masih bisalah bertahan kalau tidak dapat undangan di luar acara pemerintah. Otomatis ini juga membawa semangat bagi pelestari jegog (Sekaa jegog) yang juga banyak ada di desa-desa," ujar Suwitra.

Dari data Yayasan Seni Jegog, saat ini ada sebanyak 84 sekaa jegog di Kabupaten Jembrana. Saat tampil mengisi acara Pemkab, yayasan turut mengatur agar sekaa menampilkan jegog klasik. "Yang dimaksud jegog klasik itu, murni tetingklikan jegog maupun jegog gerantangan. Tanpa ada embel-embel perangkat lain. Ini sengaja kita atur demikian agar semangat kita benar-benar melestarikan jegog yang memang asli jegog," ucap Suwitra.*ode

Komentar