nusabali

Setelah Banten, Jakarta Juga Lepas dari PDIP

  • www.nusabali.com-setelah-banten-jakarta-juga-lepas-dari-pdip

Begitu Anies-Sandi menang Pilgub DKI Jakarta 2017, pendukung langsung teriakkan yel-yel ‘Prabowo Presiden 2019’

Anies-Sandi ‘Menangi’ Pilgub, Ahok-Djarot Ucapkan Selamat

JAKARTA, NusaBali
Seperti diprediksi berbagai lembaga surevei sebelumnya, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi) akhirnya memenangkan tarung putaran kedua Pilgub DKI Jakarta 2017, Rabu (19/4). Semua quick count (hitung cepat) yang dilakukan berbagai lembaga survei menyatakan Anies-Sandi ungguli pasangan incumbent Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-Djarot Syaiful Hidayat (Ahok-Djarot) dengan suara cukup telak. Maka, runtuhlah kekuasaan PDIP di Tanah Jawa.

Berdasarkan quick count Lingkaran Survei Indonesdia (LSI), Anies-Sandi (pasangan calon nomor urut 3 yang diusung Gerindra-PKS-PAN) meraup 55,41 persen suara. Sedangkan Ahok-Djarot (incumbent yang diusung PDIP-Golkar-Hanura-NasDem-PPP-PKB) hanya kebagian 44,59 persen suara. Berkaca dari quick count tarung putaran pertama Pilgub DKI, 15 Februari 2017 lalu, hasilnya tidak jauh beda dengan penghitungan resmi KPU. Saat itu, quick count versi LSI menyatakan Ahok-Djarot dapat 43,2 persen suara, sementara Anies-Sandi kebagian 39,9 persen suara, dan pasangan Agus Harimurthi Yudhoyono-Sylviana Murni yang akhirnya tersingkir di putaran pertama, kebagian 16,3 persen suara.

Dalam tarung putaran kedua Pilgub DKI, 19 April 2017, perolehan suara Ahok-Djarot naik tipis dibanding putaran pertama. Namun sebaliknya, suara Anies-Sandi melonjak drastis. Keunggulan telak Anies-Sandi di putaran kedua ini kemungkinan besar karena pendukung Agus-Sylvi (yang semula diusung Demokrat-PAN-PPP-PKB) menmgalihkan dukungan kepadanya.

Naiknya Anies-Sandi ke kursi Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 ini merupakan kemebangan besar bagi Partai Gerindra. Ini pelipurlara, setelah Ketua Umum DPP Gerindra, Prabowo Subianto, sebelumnya kalah tarung Pilpres 2014 ketika dipecundangi Joko Widodo (Jokowi) yang diusung PDIP.

Tak heran jika Prabowo langsung dielu-elukan jadi Presiden RI 2019, seuasi Anies-Sandi memenangkan Pilgub DKI versi quick count, Rabu kemarin. "Prabowo jadi Presiden 2019!" teriak simpatisannya yang terus menggema di Aula Kantor DPP Gerindra, Jakarta Selatan kemarin.

Prabowo sendiri tidak menanggapi yel-yel simpatisannya itu. Prabowo hanya me-ngucapkan terimakasih atas kerja keras seluruh tim yang telah memenangkan Anies-Sandi. Menurut Prabowo, keberhasilan ini tak terlepas dari peran Ketua Timses Anies-Sandi, Mardani Alisera.

"Kalau dalam tentara dulu, kemenangan yang hebat itu karena panglimanya yang hebat. Dan, panglima pemenangan ini tak lain adalah Mardani Alisera. Terimakasih, nanti kamu langsung naik dua pangkat," tandas Prabowo dalam jumpa pers yang ditayangkan langsung TVOne kemarin. "Mardani jadi Timses 2019. Prabowo Presidennya," sambung yel-yel pendukungnya.

Sebaliknya, kekalahan Ahok-Djarot di Pilgub DKI 2017 menjadi pukulan telak bagi PDIP. Sebab, Ahok-Djarot mengikuti jejak rekannya yang juga berstatus incumbent di Pilgub Banten 2017, Rano Karno-Embay Mulya. Dalam Pilgub Banten, 15 Februari 2017 lalu, Rano-Embay langsung rontok di putaran pertama, karena dipecundangi jago Golkar pasangan Wahidin Halim-Andika Hazrumy dengan selisih suara 1,86 persen. Berdasarkan hasil real count KPU, Rano-Embay meraih 49,07 persen suara, sementara Wahidin-Andika dapat 50,93 persen suara.

Itu artinya, kuku kekuasaan PDIP di Tanah Jawa runtuh. Saat ini, dari 6 provinsi yang ada di Jawa, PDIP tinggal berkuasa di Jawa Tengah melalui Gandjar Pranowo, yang naik ke kursi Gubernur melalui Pilgub Jateng 2012. Sedangkan Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan DI Jogjakarta dikuasai kepala daerah dari luar PDIP.

Hingga tadi malam, belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, ke media terkait kekalahan Ahok-Djarot. Namun, Tim Sukses Ahok-Djarot mengungkapkan Megawati sempat menanyakan kekalahan jagonya yang jomplang di puataran kedua.

Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Prasetio Edy Marsudi, merasa ada indikasi intimidasi di tiap TPS. Menurut Prasetyo, hal ini juga menjadi salah satu hal yang dibahas bersama Megawati di kediaman Ketua Umum DPP PDIP tersebut, tadi malam.

"Ada suatu pemikiran saya, indikasinya adalah di tiap TPS ada intimidasi. Tapi, ya masyarakat sudah memilih dan sementara quick count sudah menghasilkan. Ini tunggu dari hasil KPU saja," ujar Prasetio dilansir detikcom di kediaman Megawati tadi malam. "Saya normatif dipanggil menjelaskan masalah hasil hari ini. Bagaimana lapangannya, bagaimana permasalahannya, kok sampai jomplangnya terlalu jauh," imbuhnya.

Prasetio mengakui, saat tarung putaran pertama, Ahok-Djarot memperoleh hasil suara yang tidak terlalu jauh dari Anies-Sandi. Namun, dalam tarung putaran kedua ini, Ahok-Djarot justru tertinggal kisaran 10 persen suara. "Kan kelihatan saat putaran pertama kita nggak terlalu jauh posisinya. Tapi, ternyata pas di putaran kedua ini, kok bedanya sampai 10 persen?"

Sementara, pasangan incumbent Ahok-Djarot menerima dengan lapang dada keka-lahannya dari Anies-Sandi. Mereka pun sudah mengucapkan selamat atas kemenangan Anies-Sandi. "Kita sudah melihat hasil perhitungan secara quick count dan tentunya nanti kita akan juga menunggu hasil hitungan dari real count yang nanti akan diumumkan KPU DKI," ungkap Djarot dalam konferensi pers di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Rabu kemarin.

Djarot pun menyampaikan ucapan selamat kepada Anies-Sandi, yang sebelumnya sudah angkat bicara soal kemenangan mereka. Djarot meminta kepada seluruh pendukung untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik dalam melampiaskan kekecewaan. "Berdasarkan quick count, Pak Anies dan Pak Sandi, saya sampaikan ucapkan selamat kepada beliau, sambil kita menunggu nanti hasil penghitungan secara real count yang secara resmi akan dikeluarkan KPU," ujar politisi PDIP ini.

"Kami berharap semua pihak bisa menahan diri dan menjaga rasa kebersamaan yang sudah terbangun saat ini. Kami rasakan perjuangan dari kader-kader, relawan dan masyarakat yang berusaha berjuang sampai akhir dan tadi memberikan hak suaranya. Kami apresiasi warga Jakarta yang telah memilih dan menciptakan kedamaian," imbuhnya.

Sedangkan Ahok menegaskan pihaknya tidak akan melakukan gugatan sengketa Pilkada ke Mahkamah Konstitusi (MK). "Saya kira nggak ada niat gugat ya. Kalau memang sudah kayak begitu, ya sudah, saya kira," ujar tokoh fenomenal yang masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga Oktober 2017 ini di Kantor DPP Nasdem, Jakarta Pusat, Rabu kemarin.

Terkait adanya kecurangan yang ditemukan oleh tim suksesnya selama proses penco-blosan, Ahok mengatakan itu urusan Timses. Dia sendiri mengaku belum bertemu dengan Timses untuk membicarakan hal tersebut. "Saya nggak tahu (soal kecurangan), nanti urusan timses. Saya belum ketemu Timses," ujar Gubernur DKI Jakarta 2014-2017 yang mantan Bupati Bangka Balitung ini.

Isyarat senada untuk tidak gugat ke MK juga disampaikan Ketua Timses Ahok-Djarot, Prasetio Edy Marsudi. Prasetio mengatakan timnya mencoba rasional dengan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei ini. "Kita lihat nanti hasil resmi KPU DKI, kita ada catatan-catatan. Tapi melihat hasil quick count yang sudah berjalan ini kecenderungannya terlau jauh. Kalau dia menang, kita mesti support (dukung) dia (Anies-Sandiaga) juga sebagai pemenang Pilkada. Jakarta perlu pembangunan, masih banyak yang perlu dibereskan," kata Prasetio.

Sementara itu, Anies Baswedan mengatakan ikhtiar yang dilakukan bukan sekadar untuk memenangkan Pilkada. Ikhtiar sesungguhnya adalah mengembalikan dan menghadirkan kesejahteraan bagi warga DKI Jakarta. "Ini adalah satu perjalanan menuju ikhtiar tadi, karena itu komitmen kita. Dan, kita akan terus konsisten memfokuskan pada keadilan sosial," kata Anies.

Artinya, lanjut Anies, mereka akan membereskan masalah-masalah yang sekarang menimpa Jakarta, seperti ketimpangan dan lain-lain. Selain itu, Anies mengatakan Jakarta merupakan kota yang paling bhinneka di Indonesia. Pihaknya berkomitmen untuk menjaga kebhinnekaan di Jakarta.

"Bukan hanya menjaga kebhinnekaan, tapi juga memperjuangkan persatuan di Jakarta. Kita ingin merayakan kebhinnekaan dan merayakan persatuan pada saat yang bersamaan," tandas mantan Mendikbud 2014-2016 ini. * k22

Komentar