nusabali

Alumni SMM Negeri Denpasar Gelar Reuni Angkatan 1986–1997

  • www.nusabali.com-alumni-smm-negeri-denpasar-gelar-reuni-angkatan-1986-1997

DENPASAR, NusaBali
Bali sempat memiliki Sekolah Menengah Musik (SMM) pada periode 1986–1997. Para alumninya kini tersebar di seluruh Bali bahkan di luar Pulau Dewata.

Untuk mempererat tali silaturahmi, mereka mengadakan reuni (perdana) pada Minggu (14/8), bertempat di lokasi SMM terdahulu di SMKN 5 Denpasar Jalan Ratna Nomor 17, Desa Sumerta Kauh, Denpasar Timur.

Ratusan alumni hadir pada kesempatan tersebut. Selain para alumni, mantan kepala sekolah SMM Negeri Denpasar dan beberapa guru juga hadir.

Selain dimeriahkan dengan acara bernyanyi bersama, di penghujung acara juga dilakukan pemotongan nasi tumpeng untuk memperingati didirikannya SMM Negeri Denpasar 33 tahun silam.

Ketua Panitia Reuni Komang Darmayuda SSn, MSi, menyampaikan sesuai dengan tema reuni ‘Berbagi Cerita Saling Menguatkan’, bertujuan agar sesama alumni SMM bisa saling mendukung terlepas dari perbedaan generasi yang cukup panjang. Darmayuda mengatakan ada sekitar 260-an alumni SMM Negeri Denpasar yang terdata dan diundang.

“Ada kerinduan untuk bertemu, melihat kembali sekolah. Tapi karena kesibukan bekerja, baru kali ini bisa diselenggarakan,” ujar Darmayuda yang saat ini menjabat Ketua Jurusan Seni Musik ISI Denpasar.

Darmayuda menuturkan bagaimana SMM Negeri Denpasar memulai ekosistem pendidikan musik di Bali lebih dari tiga dekade yang lalu. SMM Negeri Denpasar bermula dari Konservatori Karawitan (Kokar), sekolah kesenian yang dibangun pada 1960. Kokar kemudian berganti nama menjadi Sekolah Menengah Kesenian Indonesia (SMKI) Negeri Denpasar yang sejak 1986 salah satu jurusannya adalah seni musik. Sebelum akhirnya SMKI Negeri Denpasar resmi berganti nama menjadi Sekolah Menengah Musik (SMM) Negeri Denpasar pada 1989.

Darmayuda yang merupakan angkatan pertama SMM Negeri Denpasar (1986), mengisahkan pada saat itu minat mengambil jurusan musik sangat minim. Beberapa calon siswa yang tertarik dengan seni tari dan karawitan akhirnya ditawarkan belajar seni musik. Pada angkatan pertama tersebut ada 70 orang yang diterima. SMM Negeri Denpasar, ujarnya, terus eksis hingga akhirnya pada 1998 dilebur ke dalam SMKN 3 Sukawati (Gianyar) sebagai salah satu jurusan yang bisa dipilih siswa.

“SMM Negeri Denpasar cuma berganti nama, sekarang menjadi SMKN 3 Sukawati jurusan musik. Gurunya sama, kurikulumnya sama,” ungkap Darmayuda.

Dikatakan seni musik memiliki prospek yang cerah untuk digeluti. Alumnus SMM Negeri Denpasar sebagian besar menjadi guru seni musik, selain sebagai musisi langsung. Dia pun menyambut baik dengan semakin banyak guru musik ataupun sekolah musik di Bali.

Menurutnya minat generasi muda sangat tinggi untuk belajar musik. Namun sebagian orangtua masih ada yang menganggap dunia musik identik dengan gaya hidup yang urakan. Padahal sebaliknya, musik mulai dari musik klasik hingga modern, jika mendapat bimbingan yang baik dan tepat akan menghasilkan satu kemampuan (skill) yang bisa dihargai tinggi oleh masyarakat.

“Bisa mengajar, bisa juga bermain musik,” ujar Darmayuda yang juga telah menciptakan beberapa buah lagu.  Dia mengajak generasi muda Bali yang memiliki minat dengan dunia musik untuk tidak takut belajar musik secara serius. Darmayuda menyebut orang Bali harus menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Hal ini karena banyak kegiatan di Bali yang membutuhkan kehadiran musisi, sehingga peluang tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan musisi-musisi dari Bali sendiri.

Mantan Kepala Sekolah SMM Negeri Denpasar I Wayan Madra Ariyasa MA, 84, berharap tali silaturahmi para alumni jangan sampai putus.  “Jangan putus sampai ke liang kubur. Tali ini mempunyai ikatan yang sangat erat sekali kalau kita bersama-sama menyadari bahwa bermasyarakat tidak bisa hanya diri sendiri, perlu lingkungan,” ujarnya. *cr78

Komentar