nusabali

Kuintet Mahasiswa Universitas Pelita Harapan Curi Perhatian di UVJF 2022

  • www.nusabali.com-kuintet-mahasiswa-universitas-pelita-harapan-curi-perhatian-di-uvjf-2022

GIANYAR, NusaBali.com – Panacea, grup band beranggotakan lima (kuintet) mahasiswa Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta mencuri perhatian pendengar yang mayoritas warga negara asing di Ubud Village Jazz Festival 2022.

Membawakan lima lagu, kumpulan pemenang National Jazz Competition 2022 yang digelar UPH pada 23 April-14 Mei 2022 itu berhasil mengundang penonton di ARMA Museum Ubud bergoyang seiring hentakan musik Afro-Amerika itu pada Jumat (12/8/2022) petang.

Seperti diungkapkan Bruce Beeley, 68, mengaku terkesan dengan penampilan para mahasiswa jurusan musik dari Fakultas Ilmu Seni UPH yang rata-rata berusia 21 tahun.

“Mereka adalah grup dengan kombinasi yang baik. Mereka membawakan hasil karya mereka sendiri dan beberapa dari itu sangat menginspirasi,” kata Beeley yang terlihat bergoyang mengikuti hentakan lagu Panacea.

Beeley yang juga seorang penari dengan pengalaman 30 tahun itu berpendapat, lagu-lagu yang dibawakan Panacea mendobrak batas-batas musik Jazz dengan penambahan ritme yang ia rasa bernuansa tradisional layaknya versi spontan dari Acid Jazz yang tidak terjebak pakem ritme tertentu.

Selain itu, pria asal Amerika Serikat itu juga mengatakan lagu-lagu yang dibawakan cukup enak untuk ditarikan, sebab dikemas dengan begitu kreatif seperti Jazz dengan aliran Avant-garde yang eksperimentalistis. Meskipun Beeley mengakui gaya musik Jazz yang dibawakan tidak sepenuhnya cocok dengan gaya tari yang ia tekuni.

Lana Joy, 21, pianis dari kuintet tersebut mengakui gaya Jazz yang dibawakan bandnya memang eksperimentalis dengan memadukan musik yang lahir di akhir abad ke-19 itu dengan beberapa aliran musik lainnya.

Salah satu lagu yang dibawakan Panacea bertajuk ‘Pinarak’ merupakan perpaduan Jazz modern dengan musik tradisional dari Madura yaitu Tong-Tong Kerapan. Kata Lana yang mengomposisikan lagu tersebut, ia mengambil bagian ritmis dari musik yang juga disebut Penthongan itu.

“Kalau untuk lagu yang kami bawakan tadi itu ada judulnya ‘Pinarak’ itu komposisi saya sendiri, memang terinspirasinya dari campuran musik Jazz dengan musik dari daerah Madura. Ritmisnya saya ambil dari Tong-Tong Kerapan,” jelas perempuan asal Jawa Timur.

Selain ‘Pinarak,’ Lana juga menciptakan komposisi dari dua lagu lainnya yaitu ‘Tsuki’ dan ‘Abditory.’ Ketiga lagu tersebut dibawakan di UVJF 2022 bersama dua lagu Jazz standar yang diaransemen ulang, yakni ‘Nardis’ karya Miles Davis tahun 1958 dan ‘Amour, t'es là?’ dari Banda Magda yang dirilis tahun 2013.

Lana sendiri tidak menyangka bisa tampil bersama rekannya, Rainer James, 20 (saksofon), John Eleazar, 21 (trompet), Joseph Elnando, 21 (bass), Kenny Eliezer, 21 (drum) dan vokal tambahan mereka, Khansa Aretha, 21, di UVJF 2022, dengan penonton yang begitu antusias. 

Ia berharap UVJF 2022 mampu menjadi pintu untuk Panacea semakin melebarkan sayap di dunia musik.

Meski mengaku belum membicarakan tentang akan dibawa ke mana kuintet berbakat itu ke depannya, Lana berharap UVJF tidak menjadi satu-satunya festival yang bisa melihat potensi mereka.

“Kami berharap bisa ikut festival-festival lainnya, dan dari festival-festival itu kami bisa bertemu orang-orang musik di luar sana; bisa membangun koneksi dan dari situ kami bisa berkontribusi terhadap musik Indonesia,” ungkap Lana.

Pianis berbakat yang terinspirasi dari pianis Armenia, Vardan Ovsepian itu juga berpesan untuk mulailah mendengarkan Jazz karena musik tersebut akan memberikan sesuatu yang baru setiap didengarkan, sebab, meskipun lagunya sama ketika dibawakan oleh orang yang berbeda maka nuansa lagunya juga akan berbeda.

Sebabnya, ketika menekuni musik Jazz, Lana mengaku bisa terus berimprovisasi dan menyentuh berbagai aliran musik tanpa ia sendiri sadari. *rat

Komentar