nusabali

Belasan Desa di Buleleng Rawan Kekeringan

  • www.nusabali.com-belasan-desa-di-buleleng-rawan-kekeringan

Prediksi BMKG, puncak kemarau di Bali akan terjadi dari bulan Agustus, September dan Oktober mendatang.

SINGARAJA, NusaBali

Sebanyak 19 desa di delapan kecamatan wilayah Buleleng masuk dalam daftar desa rawan kekeringan dampak musim kemarau. Pemetaan itu dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng. Potensi terbanyak tersebar di Kecamatan Banjar dan Tejakula.

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi dihubungi Jumat (12/8) mengatakan, belasan desa itu rata-rata berada di dataran tinggi. Air bersih yang masih didominasi pengelolaannya melalui PAM Desa, mengalami penurunan debit di musim kemarau dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di dataran yang lebih tinggi.

Seperti di Desa Cempaga, Tigawasa, Pedawa Sidatapa, Tampekan dan Kaliasem di Kecamatan Barat. Topografi dengan masalah kekeringan juga terjadi di Desa Tembok, Sambirenteng, Pacung, Sembiran, Penuktukan, Madenan di Kecamatan Tejakula.

Kemudian Desa Bukti dan Bengkala di Kecamatan Kubutambahan, Desa/Kecamatan Sawan, Desa Pelapuan di Kecamatan Busungbiu, Desa Selat di Kecamatan Sukasada, Desa Pangkung Paruk di Kecamatan Seririt dan Desa Banyupoh di Kecamatan Gerokgak.

“Daerah berpotensi rawan kekeringan ini memang kami petakan untuk langkah antisipasi. Sejauh ini ketika terjadi, yang dilakukan adalah menyuplai air bersih ke desa yang bersangkutan melalui permohonan pemerintah desa,” ucap Ariadi.

Namun hingga awal Agustus ini, BPBD Buleleng belum menerima permintaan khusus dari desa untuk suplai air bersih. “Kemarin sempat ada ke Desa Sinabun dan Sawan, tetapi itu karena sedang ada perbaikan instalasi. Kalau yang dampak kekeringan belum ada,” jelas mantan Camat Gerokgak ini.

Menurut Ariadi, dampak kekeringan di Buleleng mengalami tren penurunan setiap tahunnya. Beberapa daerah yang biasa menjadi langganan kekeringan sudah teratasi. Salah satunya dengan program Pamsimas dari program Kementerian PUPR melalui Dinas PUTR Buleleng.

“Kami merasakan ada tren penurunan, karena biasanya bulan-bulan Juli-Agustus sudah ramai desa yang memohon disuplai air bersih. Sedangkan untuk tahun ini, masih belum ada yang memohon,” kata Ariadi.

Meskipun demikian, masyarakat Buleleng di desa berpotensi rawan kekeringan diimbau untuk bijak memakai air. Masyarakat disarankan mulai memikirkan untuk membuat tempat penampungan air skala rumah tangga. Sehingga cadangan air bersih itu dapat digunakan saat situasi puncak musim kemarau tiba.

“Prediksi BMKG puncak kemarau di Bali akan terjadi selama tiga bulan  yakni dari bulan Agustus, September dan Oktober mendatang. Tetapi walaupun ada permintaan lebih saat itu, kami siap dibackup armada PDAM, PMI dan juga BPBD Provinsi siap membantu,” papar Ariadi. *k23

Komentar