nusabali

Kerajinan Bambu Warisan Turun Temurun Warga Sidetapa, Kecamatan Banjar, Buleleng

Pantang Tebang Bambu di Hari Minggu

  • www.nusabali.com-kerajinan-bambu-warisan-turun-temurun-warga-sidetapa-kecamatan-banjar-buleleng
  • www.nusabali.com-kerajinan-bambu-warisan-turun-temurun-warga-sidetapa-kecamatan-banjar-buleleng
  • www.nusabali.com-kerajinan-bambu-warisan-turun-temurun-warga-sidetapa-kecamatan-banjar-buleleng

SINGARAJA, NusaBali - Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, salah satu dari 5 desa Bali Aga di Gumi Panji Sakti, hingga kini tetap mempertahankan warisan leluhurnya yakni produk kerajinan anyaman bambu.

Sejumlah produk kerajinan anyaman bambu asal Sidetapa pun tidak usah diragukan lagi. Tidak hanya digunakan sebagai alat keseharian rumah tangga dan sarana upacara, tetapi kini sudah melebarkan sayap memenuhi kebutuhan pendukung pariwisata.

Kegiatan menganyam bambu dapat ditemui hampir di seluruh rumah warga desa setempat. Menganyam bambu dilakoni tidak punya batasan, baik pria, wanita, tua muda bahkan anak-anak. Selain menjadi mata pencaharian, kegiatan menganyam bambu di Desa Sidetapa juga sebagai upaya melestarikan warisan leluhur mereka.

Biasanya para remaja putri, ibu rumah tangga hingga lansia membuat sejumlah anyaman bambu seperti bakul nasi, nyiur, kukusan, topi, tempat sendok, tempeh hingga bokor dan sokasi yang digunakan tempat sesajen. Sedangkan para pria menganyam kurungan ayam, sangkar burung, tutup lampu, hingga gedek.

Saking mahirnya, warga setempat dapat menganyam bambu dengan memejam mata. Gerakan tangannya pun tidak terhenti sekalipun sedang mengobrol dengan keluarga. Seperti yang dilakukan Luh Suareni, 40, warga Banjar Dinas Delod Pura, Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Buleleng.

Aktivitas menganyam bambu dilakukannya saban hari, usai berkegiatan di dapur. “Saya bisa menganyam sudah dari kecil. Semua warga di sini bisa menganyam. Itu (menganyam bambu, Red) sudah harus dipelajari sejak kecil,” ucap Suareni, beberapa waktu lalu.

Dalam sehari untuk anyaman sederhana seperti kukusan, dia bisa menghasilkan 25-30 buah biji. Sedangkan untuk sokasi ukuran sedang bisa diselesaikan dari penyiapan bahan sampai finish selama 2 hari. Biasanya ibu-ibu rumah tangga dan warga Sidetapa memasarkan produknya melalui pengepul, tetapi ada juga yang dijual langsung.

Ketua Kelompok Perajin Bambu Sinar Dewata Desa Sidetapa Putu Sinarjaya, 46, ditemui belum lama ini mengatakan, tidak diketahui pasti sejak kapan warga menggeluti kerajinan anyaman bambu. Diperkirakan saat ini adalah generasi kelima. Kerajinan anyaman bambu pun dapat ditemui di desa Bali Aga lainnya, seperti Desa Pedawa, Cempaga, Tigawasa, dan Banyuseri.

Menurut Sinarjaya, menganyam bambu adalah bakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Para muda mempelajarinya secara otodidak. Sinarjaya sendiri telah belajar menganyam sejak masih sekolah dasar.

“Rata-rata belajarnya otodidak, karena menganyam ditemui hampir di semua rumah. Saya sendiri awalnya melihat orang tua, lalu mencoba sendiri. Sekarang jadi kegiatan rutin,” ungkap Sinarjaya.

Warga Sidetapa sebelum menganyam terbiasa menyiapkan bahan baku sendiri. Mereka pun mencari bambu di kebun hingga ke jurang dan lembah. Meski batang bambu dicari hampir setiap hari, tetap tidak pernah habis karena memang sengaja ditanam dan dipelihara sejak dulu. Namun jika pesanan membeludak, warga biasanya memesan bambu dari luar desa hingga luar kabupaten.

Namun di sisi lain, warga Sidetapa memiliki kepercayaan hari terlarang menebang bambu yakni pada hari Minggu. Kepercayaan itu sudah diyakini turun temurun. Jika dilanggar, warga bisa kena bahaya saat menebang, atau produk yang dihasilkan tidak bagus dan bisa gagal.

Sementara itu produk anyaman bambu Desa Sidetapa menurut Sinarjaya tidak hanya dipasarkan di lokal Bali saja. Beberapa sudah menembus pasar ekspor. Terutama anyaman kap lampu, tempat peralatan makan hingga keranjang. Produk-produk tersebut diekspor di beberapa negara Asia Tenggara hingga Eropa.

Namun dua tahun pandemi Covid-19 melanda, ekspor kerajinan anyaman bambu terhenti. Meski demikian, kelompok perajin bambu Sidetapa tidak mau menyerah. Mereka pun akhirnya mengembangkan pemasaran melalui online di sejumlah marketplace.

Sementara itu kerajinan anyaman bambu di Desa Sidetapa terus dikembangkan. Perajin mulai berinovasi untuk menangkap peluang pasar dan memberikan produk terbaru. Seperti saat ini yang sedang ngetrend dan laku keras anyaman tas atau keranjang yang dijual sepaket dengan keben khas Bali. Satu set anyaman tersebut bisa laku dengan harga Rp 400.000. Perajin juga tidak jarang menyediakan anyaman custom yang dapat disesuaikan dengan minat konsumen. 7 k23

Komentar