nusabali

15 Tahun Jualan Souvenir di Griya Santrian Sanur, Saat Pandemi Libur 2,5 Tahun

  • www.nusabali.com-15-tahun-jualan-souvenir-di-griya-santrian-sanur-saat-pandemi-libur-25-tahun

DENPASAR, NusaBali
Dewa Parta, 43, yang merupakan penjual souvenir harus menanggung beban karena selama 2,5 tahun harus libur berjualan akibat tidak ada tamu karena pandemi Covid-19.

Dia terlihat duduk di atas sebidang tikar di pojok tenggara ruang pameran Hotel Griya Santrian Sanur, Denpasar, Kamis (14/7).  Dewa Parta sedang membuat sketsa ukiran Bali di atas sepotong kayu jati. Potongan kayu yang diukir akan dipakai hiasan di atas pintu. Sudah 15 tahun Dewa Parta 'menghuni' kawasan hotel Girya Santrian ini sebagai penjual souvenir. “Dulu saya tidak punya pekerjaan, terus ada teman yang ngajakin. Saya daftar ke pihak hotel dan gratis di sini. Baik pemilik hotelnya di sini,” kata Dewa Parta.
 
Awal-awal di sana ia bersama seorang teman, namun karena tak kuat, si teman berhenti. Dan hanya dirinyalah yang bertahan sampai kini. Setiap hari, ia pulang pergi dari Desa Siangan Gianyar menuju ke Sanur. Biasanya berjualan mulai pukul 09.00 ataupun pukul 10.00 Wita hingga pukul 14.00 Wita.
 
Selama 15 tahun berjualan di sana, dirinya punya beberapa kenalan wisatawan. Bahkan ada yang beberapa kali datang ke sana untuk membeli souvenir darinya. “Yang membeli kebanyakan mereka yang menginap di sini, ada juga yang sedang nyari kamar hotel. Bahkan ada yang datang beberapa kali membeli souvenir saya,” imbuhnya.
 
Berbagai jenis souvenir dari kayu dan batok kelapa ia jual mulai dari bentuk gajah, Budha, jerapah, lukisan di atas batok kelapa, ayam dan sebagainya.
 
Ada yang dibuat sendiri, ada juga yang mengambil dari temannya. Souvenir ini dijual dengan harga Rp 150.000 hingga Rp 300.000. Di sela-sela berjualan, dirinya juga membawa alat pahat. “Sambil nunggu saya buat souvenir, sehari biasanya langsung jadi,” katanya.
 
Dalam sehari jika sedang ramai, ia bisa mendapat Rp 500.000 . Namun kadang pernah hingga tiga hari ia tak dapat berjualan. “Kalau sebulan ya dapat Rp 4 jutaan,” imbuhnya.
 
Ada satu patung yang selalu dibawanya namun tak dijual. Patung itu berbentuk barong dan sudah ditawar Rp 30 juta. “Ini punya nilai histori. Pemberian dari teman saya, sekarang sudah meninggal. Dulu sebelum meninggal dia berpesan agar tidak dijual. Tapi tetap saya bawa,” ujarnya.
 
Namun saat pandemi Covid-19, dirinya tak berjualan selama 2,5 tahun. Baru sejak 4 bulan lalu ia mulai berjualan lagi. “Selama tak berjualan saya di rumah buat papan nama dari kayu dan buat souvenir untuk stok," tandasnya. *mis

Komentar