nusabali

Tiket Pesawat Mahal Hambat Sektor Pariwisata

  • www.nusabali.com-tiket-pesawat-mahal-hambat-sektor-pariwisata

Harga tiket tak mungkin turun, Pemerintah diminta cari jalan keluar

JAKARTA, NusaBali
Pengamat Penerbangan Arista Atmadja menyatakan kenaikan harga tiket pesawat akan menjadi simalakama bagi pariwisata tanah air. Dia menyebutkan, pemerintah memiliki program pariwisata 10 destinasi unggulan. Sembilan dari 10 lokasi pariwisata unggulan terletak di luar Pulau Jawa.

"Saat ini kepercayaan masyarakat untuk bepergian meningkat dan animo melakukan perjalanan cukup tinggi, sehingga kenaikan tiket pesawat ini menjadi simalakama. Sebagai contoh, perjalanan dari Jakarta ke Bunaken yang biasanya Rp 2,5 juta sudah pulang pergi, sekarang hanya sekali perjalanan," tutur dia seperti dikutip dari Kontan.co.id, Rabu (6/7).

Arista menambahkan, pemerintah perlu mencari jalan keluar karena maskapai penerbangan tidak mungkin menurunkan harga tiket. Hal ini, menurut Arista, bisa dilakukan apakah dengan tidak menaikkan tarif penginapan hotel atau kuliner di daerah tujuan wisata.

Arista menjelaskan, kenaikan harga tiket pesawat ini juga didorong dan dipicu oleh kenaikan bahan bakar avtur yang menjadi turunan minyak mentah. Sejak perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, harga minyak dan avtur melesat.

Tahun lalu hingga kini, kenaikan harga sudah mencapai 100%. Avtur memakan biaya 40% dari komponen pesawat selain tarif parkir, tarif mendarat, navigasi, gaji karyawan dan pilot, dan lainnya. Sehingga bisa dimaklumi harga tiket pesawat menjadi melambung dibandingkan di saat Covid-19.

Hal itu juga diakui oleh Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA),  Denon Prawiraatmadja. Denon menjabarkan sejumlah faktor yang berperan besar dalam mendorong kenaikan harga tiket pesawat, salah satunya kenaikan harga avtur.

“Harga avtur ini sangat  berpengaruh terhadap beban operasi kegiatan penerbangan,” ujar Denon kepada Kontan.co.id (6/7).

Sejalan dengan penuturan Denon, harga avtur memang mengalami kenaikan. Mengutip pemberitaan Kompas.com (1/7), harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta periode 15-30 Juni 2022 sebesar Rp 17.362 per liter. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan periode 15-30 Maret 2022 yang sebesar Rp 13.677 per liter.

Menurut Denon, biaya avtur dan biaya leasing menjadi 2 komponen biaya dengan porsi paling besar dalam biaya operasional. Porsi keduanya mencapai sekitar 60% dalam pos beban tersebut.

Selain avtur, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang mendekati Rp 15.000 per dolar AS juga turut menambah beban maskapai, sebab biaya sewa pesawat dibayarkan dengan menggunakan mata uang dolar AS.

Faktor lainnya, pasokan pesawat yang beroperasi saat ini terbatas akibat efek menyusutnya permintaan akibat pagebluk Covid-19 sebelumnya. Denon mengaku tidak mempunyai hitungan pasti berapa persisnya jumlah pesawat yang aktif beroperasi saat ini, namun ia memperkirakan jumlahnya berkisar 50%-60% dari jumlah pesawat yang beroperasi saat sebelum pandemi Covid-19 dulu.Hal ini juga ditambah dengan kurangnya jumlah pesawat di Indonesia. Akibat kemampuan pembayaran cicilan yang tidak lancar akibat Covid-19 dalam dua tahun terakhir dan tidak mampu membayar armada, beberapa pesawat dikembalikan ke pihak penyewa. Akhirnya, jumlah pesawat saat ini hanya sekitar 400 unit dari 900 unit hingga 1.000 unit.

"Semua stakeholders harus duduk mencari jalan tengahnya. Jika perang Rusia dan Ukraina akan berlangsung lama, maka harga avtur dan tiket susah untuk diturunkan dalam waktu cepat. Kalau pun turun, paling tidak signifikan. Untuk menjaga arus pariwisata, harus ditentukan mana yang harus direm kenaikannya, apalagi ini sudah melewati libur sekolah, di semester kedua akan ada Natal dan libur bersama lagi," pungkas dia. *

Komentar