nusabali

Obati Kerinduan Masa Kejayaan Gong Kebyar Kabupaten Buleleng

Tiga Tari Hasil Rekonstruksi Ditampilkan di Parade Gong Kebyar PKB XLIV

  • www.nusabali.com-obati-kerinduan-masa-kejayaan-gong-kebyar-kabupaten-buleleng
  • www.nusabali.com-obati-kerinduan-masa-kejayaan-gong-kebyar-kabupaten-buleleng

Pementasan gong kebyar dipertahankan dan diperjuangkan, meskipun biaya operasionalnya tinggi, karena gong kebyar merupakan identitas kesenian Buleleng.

SINGARAJA, NusaBali

Seniman Kabupaten Buleleng mendapatkan kesempatan menampilkan garapan seni tari dan gamelan di Parade Gong Kebyar Pesta Kesenian Bali XLIV (44) di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Bali (Art Centre) Denpasar, Minggu (26/6) malam. Tiga sekaa gong kontingen Buleleng tampil mebarung dalam satu panggung. Masing-masing sekaa menyuguhkan hasil rekonstruksi tabuh dan tari yang diciptakan maestro Buleleng sebagai penampilan spesial.

Ketiga sekaa gong duta Kabupaten Buleleng ini, yakni Gong Kebyar Dewasa yang diwakili Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya, Banjar Paketan, Desa Adat Buleleng, Kecamatan Buleleng menempati panggung di sebelah kanan panggung terbuka itu. Gong Kebyar Wanita, Sanggar Seni Wahana Santhi, Desa Umejero, Kecamatan Busungbiu tampil di tengah-tengah depan gapura megah dari panggung berarsitektur tradisional itu. Sementara, Gong Kebyar Anak-anak, Padepokan Seni Dwi Mekar, Desa Banyuning, Kecamatan Buleleng menempati panggung di sebelah kiri panggung.

Padepokan Seni Dwi Mekar, Desa Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng mengawali pementasan. Duta gong kebyar anak-anak Buleleng ini membawakan satu garapan seni istimewa, yakni tabuh dan Tari Pudak Sinunggal yang merupakan hasil rekonstruksi.

Penampilan istimewa disambung Sekaa Gong Wanita Wahana Santi, Desa Umajero, Kecamatan Busungbiu, Buleleng. Sekelompok wanita berbusana nuansa hitam ini juga tidak mau kalah. Mereka menandingi garapan seni rekonstruksi Tari Pudak Sinunggal Padepokan Seni Dwi Mekar dengan tabuh dan Tari Kebyar Buleleng Dauh Enjung.

Kesempatan terakhir dituntaskan oleh Sekaa Gong Dewasa Eka Wakya dari Kelurahan Banjar Paketan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Mereka tampil dengan garapan hasil rekonstruksi tabuh dan Tari Kebyar Buleleng Dangin Enjung. Pertunjukan gong kebyar mebarung Kabupaten Buleleng ini pun disaksikan ribuan pasang mata. Gubernur Bali Wayan Koster, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Wakil Bupati I Nyoman Sutjidra, Sekda Buleleng Gede Suyasa dan seluruh pimpinan OPD Pemkab Buleleng menikmati suguhan seni di kursi VIP hingga usai.

FOTO: Gong Kebyar duta Buleleng .-IST
 
Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Wayan Sujana mengatakan dalam PKB Buleleng tidak pernah absen pada kesenian gong kebyar. Pementasan gong kebyar tetap dipertahankan dan diperjuangkan, meskipun secara hitung-hitungan biaya operasional sangat tinggi. Hal itu disebut Sujana, karena gong kebyar merupakan identitas kesenian Buleleng.

“Buleleng adalah tempat lahirnya gong kebyar di Bali. Diciptakan oleh maestro-maestro hebat di Buleleng pada masa itu dengan persaingan seni yang sangat dinamis. Sehingga muncul istilah karya Dangin Enjung (Buleleng timur) dan Dauh Enjung (Buleleng barat). Sebagai bentuk penghargaan kami kepada maestro dan seni itu sendiri penampilan gong kebyar Buleleng tidak pernah absen di PKB,” ungkap Sujana.

FOTO: Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng Wayan Sujana .-IST

Menurutnya suguhan garapan tabuh dan tari rekonstruksi dari tiga sekaa gong itu memang diagendakan Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng. Pemerintah selama ini bekerjasama dengan sanggar-sanggar seni produktif di Buleleng untuk melakukan rekonstruksi kesenian yang hampir punah di Buleleng.

Seperti Tari Pudak Sinunggal yang direkonstruksi Padepokan Seni Dwi Mekar Singaraja. Tari ini mulai direkonstruksi pada tahun 2014. Proses rekonstruksi memakan waktu yang sangat lama melibatkan seniman-seniman Bali Utara seperti Made Keranca, Carik dan I Made Pasca Wirsutha. Tarian yang terinspirasi dari bunga pudak tumbuh di dekat mata air Pura Bukit Sinunggal, Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, diciptakan oleh Bapa Sindu dan Bapa Putu Kuta.

Proses rekonstruksi yang memakan waktu cukup lama juga terjadi pada proses rekonstruksi Tari Kebyar Buleleng Dauh Enjung yang dibawakan Sekaa Gong Eka Wakya, Banjar Paketan. Tarian yang diciptakan pada tahun 1930 oleh I Wayan Paraupan alias Pan Wandres merupakan cikal bakal Tari Teruna Jaya. Kebyar Buleleng yang berdurasi hampir 30 menit ini, kemudian disederhanakan menjadi Tari Teruna Jaya. Karakter tari yang mengisahkan seorang pemuda energik, juga sempat ditampilkan di depan Presiden Pertama RI Ir Soekarno di Tampaksiring, Gianyar.

Sedangkan Kebyar Buleleng Dauh Enjung yang dibawakan Sekaa Gong Wanita Wahana Santi Umejero merupakan penyanding Tari Legong Kebyar Dangin Enjung masa itu. Seniman Buleleng Timur dan Buleleng Barat bersaing ketat untuk menciptakan seni. Sehingga hampir sebagian tari yang tercipta di Buleleng ada dua versi.

Tari Kebyar Buleleng Dauh Enjung ini diciptakan oleh Ketut Merdana dan I Nyoman Sukandia sekitar tahun 1949. Proses rekonstruksi dilakukan oleh Sanggar Suara Mustika sejak tahun 2019 lalu. Konten-konten komposisi Kebyar Buleleng Dauh Enjung dirasa sebagai substansi yang diniatkan menjadi karya seni proporsional. Durasi dalam musik telah menyediakan ruang reinterpretasi bagi lahirnya komposisi gerak yang ‘menarikan’ musik.

“Penampilan dengan konsep mebarung sekaa ini mengingatkan kembali pada masa kejayaan gong kebyar Buleleng pada abad 19. Sekali tampil sekaa mebarung 2 sampai 4. Penampilan hasil rekonstruksi sanggar-sanggar seni ini juga sebagai pengenalan dan pelestarian kesenian yang hampir punah,” imbuh Sujana.

Menurutnya program rekonstruksi yang dikerjasamakan pada sanggar-sanggar seni di Buleleng untuk memotivasi mereka tetap produktif berkesenian dan ikut melestarikan kesenian yang hampir punah. Kerjasama program rekonstruksi ini pun sangat dirasakan manfaatnya oleh Dinas Kebudayaan, terutama dari efisiensi anggaran.

“Tentu kami sangat terbantu. Kalau menunggu anggaran pemerintah, kesenian-kesenian lampau ini keburu punah. Rekonstruksi kendalanya adalah narasumber baik pencipta atau pelaku. Karena kesenian tua tentu narasumber yang ada tidak lagi muda, sehingga kejar-kejaran waktu,” tegasnya yang juga seniman topeng ini. Sebagai ungkapan terimakasih dan apresiasi pemerintah memberikan kesempatan kepada sanggar-sanggar yang turut berkontribusi dalam pelestarian seni, untuk tampil di sejumlah event kesenian. Salah satunya pada PKB event kesenian bergengsi di Bali. *k23, cr78

Komentar