nusabali

Kunjungan Wisatawan ke Agrowisata Stroberi di Pancasari Meningkat

  • www.nusabali.com-kunjungan-wisatawan-ke-agrowisata-stroberi-di-pancasari-meningkat

SINGARAJA, NusaBali
Kunjungan wisatawan ke destinasi Agrowisata Kebun Stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng, meningkat.

Bahkan peningkatan terjadi hingga berkali-kali lipat meski masih dalam suasana pandemi Covid-19.  Peningkatan kunjungan itu mulai dirasakan sejak pembukaan gerbang pariwisata internasional. Dibarengi dengan kelonggaran syarat untuk pelaku perjalanan dalam negeri. Salah satu destinasi agrowisata yang mulai ramai dikunjungi wisatawan adalah Wiwanda Agro milik Gede Adi Mustika. Mustika menyebutkan sejak pariwisata mulai dibuka, banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke kebun stroberi miliknya. Jumlah kunjungan itu cukup membeludak dalam sehari bisa mencapai 100 wisatawan.

FOTO: Pemilik agrowisata stroberi Wiwanda Agro, milik Gede Adi Mustika .-ZAKKY

"Per hari rata-rata ada 70 sampai 100 orang yang berkunjung. Kalau dulu waktu penerbangan masih ditutup, jumlah kunjungan 70 orang per minggu. Itu pun hanya wisatawan lokal. Kalau saat ini, sudah ada wisatawan mancanegara yang datang. Tamu luar negeri yang datang sebagian besar dari Rusia, Arab, dan Cina," jelas Mustika, ditemui Minggu (26/6) siang.

Menurut Mustika, kenaikan pengunjung yang datang ke agrowisata miliknya sudah terjadi sejak Maret lalu. Saat Pemerintah mulai membuka kembali penerbangan internasional. Kunjungan pun semakin membludak dengan musim libur sekolah saat ini. Kata dia, sudah ada bookingan dari beberapa agen travel, yang akan mengirim wisatawannya ke Wiwanda Agro jauh-jauh hari sebelumnya.

Mustika mengaku sudah tujuh tahun menggeluti usaha agrowisata kebun stroberi. Kebun tersebut juga dikemas menjadi wisata edukasi. Kata dia, bisnis wisata petik buah stroberi ini mulai digeluti saat dirinya ditantang oleh Kementerian Pertanian RI melalui Balai Buah Sub Tropical yang melakukan riset di Desa Pancasari.

Kepada Mustika, pihak Kementerian saat itu menyebut, orang Bali sejatinya mampu membuat trobosan baru, menanam stoberi tidak hanya di tanah, serta menggunakan cangkul. "Akhirnya saya mencoba membudidayakan stroberi melalui sistem hidroponik fertigasi tetes. Dimulai dari luasan lahan sekitar 2.5 are, dengan jumlah bibit stroberi 4.500," ungkap Mustika.

Seiring berjalannya waktu, rencana budidaya stroberi melalui sistem hidroponik tersebut berbuah manis. Kini Mustika mampu mengembangkan bisnis agrowisata petik buah stroberinya hingga setengah hektar. Bahkan, Mustika terus mengembangkan budidaya, dengan menyediakan berbagai macam jenis stroberi. Seperti jenis Sachinoka dan Jumbo.

Stroberi jenis Sachinoka, sudah dikembangkan Mustika sejak beberapa tahun belakangan. Dia mendatangkan bibit stroberi jenis ini langsung dari Jepang. Stroberi jenis ini memiliki tampilan yang sedikit berbeda dari stroberi pada umumnya. Jika sudah matang, buahnya akan berwarna putih kemerahan, seperti diselimuti salju. Rasanya lebih manis, dan memiliki tekstur lembut.

Diakui Mustika, tak heran, harga jual stroberi sachinoka ini cukup mahal. Dia sendiri mematok harga Rp 140 ribu per kilogram. Sebelumnya dia sempat membandrol dengan harga Rp 60 ribu per kilogram. "Harganya saya naikin Karena peminatnya banyak, agar tidak dibawa pulang. Cukup dipetik dan dikomsumsi di tempat. Untuk rasanya memang lebih manis," ungkapnya.

Sedangkan jenis stroberi Jumbo, memiliki ukuran yang sangat besar. Bahkan tak jarang ukuran stroberi jenis ini seukuran telur ayam. Stroberi ini mulai dikembangkan oleh Mustika sejak delapan bulan yang lalu. Dari segi rasa, stroberi jumbo tidak terlalu manis, bahkan lebih hambar. "Namun tamu tergiur melihatnya, karena ukurannya yang lebih besar," kata Mustika. *mz

Komentar