nusabali

Anak-anak Desa Penyelamat Lukisan Gaya Batuan

  • www.nusabali.com-anak-anak-desa-penyelamat-lukisan-gaya-batuan

GIANYAR, NusaBali
Pendirian Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan berawal keprihatinan para pelukis Batuan.

Sebab semakin hari pelukis gaya Batuan semakin berkurang. Lukisan Batuan sedikit orang menggandrungi karena tekniknya yang rumit dan lama. Kondisi ini membuat segelintir penerus yang tersisa gelisah. Memikirkan bagaimana cara menjaga eksistensi.

"Akhirnya kami menyatukan diri bentuk wadah. Perkumpulan Baturulangun, resmi dibentuk tahun 2012. Salah satu tujuannya, agar lukisan gaya Batuan eksis. Karena ini warisan yang kami terima dari leluhur kami," jelas Ketut Sadia, Ketua Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan.

Tiga tahun pertama, pelukis yang tersisa kembali digugah untuk berkarya dan berpameran. Namun, para pelukis pun kembali khawatir dengan masa depan perkumpulan sehingga muncul inisiatif merekrut anak-anak. Hanya saja tak semudah yang dibayangkan. "Awalnya kami rekrut begitu saja agar ada yang melakoni. Tapi ternyata jumlahnya menyusut dari hari ke hari, karena teknik melukis ini rumit, anak-anak cepat bosan," ujarnya.

Hingga akhirnya setahun kemudian, perkumpulan menemukan cara agar anak-anak betah melukis. Melalui kerjasama dengan Pemerintah Desa Batuan dan empat Sekolah Dasar di Desa Batuan, melukis dimasukkan ke dalam kurikulum. "Nilai ekstra melukis masuk dalam raport, kerjasama ini berhasil. Sasarannya anak-anak kelas 3 sampai 6 SD," terangnya.

Ketika itu ada sekitar 80 siswa SD yang ikut ekstra melukis. Dijadwalkan setiap hari Sabtu di sekolah dan hari Minggu di balai desa. "Kini sudah berjalan hampir tujuh tahun, anak-anak betah dan mencintai teknik yang kita ajarkan. Bahkan mereka sangat bersemangat saat ini," ujarnya. Anak-anak yang lukisannya bagus, memengaruhi teman-temannya untuk ikut belajar melukis. Terlebih kini Lukisan Gaya Batuan sudah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. *nvi

Komentar