nusabali

Berbicara Konsep Penyatuan, Pertemuan Kawisesan dan Kawiwekan

Bedah Buku Siwanggama, Antologi Puisi dr Dewa Putu Sahadewa SpOG K

  • www.nusabali.com-berbicara-konsep-penyatuan-pertemuan-kawisesan-dan-kawiwekan

Dari gaya bahasa, menurut Prof Darma Putra, dr Sahadewa mengekplorasi istilah-istilah kedokteran khususnya dokter ahli kandungan sebagaimana profesinya.

GIANYAR, NusaBali

Dokter Dewa Putu Sahadewa SpOG K launching buku Siwanggama di Puri Langon Ubud, Minggu (29/5) sore. Merupakan antologi puisi tunggal yang keempat, buku ini berisi kumpulan puisi yang ditulisnya sejak tahun 1980 silam. Ini menarik, karena menyangkut dokter yang berkesenian dan sangat aktif dalam setiap event seni kontemporer.

Kesehariannya, dr Dewa Putu Sahadewa bertugas di pelayanan kesehatan RSIA Dedari di Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun setiap saat berada di Bali hanya demi kesenian. Ratusan puisi yang dirangkum dalam buku ini dibedah oleh Prof Dr Nyoman Darma Putra. Menurut Prof Darma Putra, seorang dokter menjadi sastrawan itu bukanlah hal baru. Namun demikian, dokter sebagai penyair tetap memiliki keistimewaan. Siwanggama, berdasarkan prediksinya adalah sebuah persandian.

"Sandi kode rahasia. Sandi juga pertemuan dua vokal yang berubah bunyi. Ketika itu persandian, kita bisa melihat simbol tempat Sahadewa menyampaikan gagasan. Bagaimana teknik persandian jadi suatu ciri dalam puisi," terang Prof Darma Putra. Namun dalam puisi ini, bukan pertemuan dua kata yang ditemukan, melainkan pertemuan laki-laki dan perempuan. "Dan demikian memang isi puisi ini. Ada banyak puisi yang temanya searah. Bagaimana perempuan dan laki-laki bertemu lahir buah hati jadi dewasa, bertemu kembali. Saya lihat sebagai siklus kelahiran, percintaan," ujar Prof Darma Putra.

Dari gaya bahasa, menurut Prof Darma Putra, dr Sahadewa mengekplorasi istilah-istilah kedokteran khususnya dokter ahli kandungan sebagaimana profesinya. "Ada istilah yang tidak bisa menyembunyikan profesi. Misal, muncul angka 23. Ternyata setelah saya cari itu kaitannya dengan kromosom, saya baca merupakan unsur informasi genetik manusia. Mulanya 23 saya kira rahasia aksara Bali, ternyata bukan. Ini mengantarkan kita mencari makna bahasa metafora seorang dokter," jelasnya.

Sementara dr Sahadewa mengungkapkan Buku Puisi Siwanggama merupakan antologi puisi yang keempat, karya tunggalnya. "Berisi kumpulan puisi yang meretrospeksi dari awal tiyang menulis puisi dari tahun 1980-an, ada terkumpul beberapa puisi sampai puisi yang terakhir saya gabung dan kita pilih untuk bisa berbicara khususnya adalah bagaimana konsep konsep penyatuan," jelas dokter ahli kandungan kelahiran Denpasar, 23 Februari 1969 ini.

Penyatuan yang dimaksud antara lain penyatuan purusa-pradana, kawisesan dan kawiwekan pertemuan kecerdasan dan kesaktian, penyatuan bibit-bibit semesta dan alam. "Penyatuan diri kita dengan alam dan sang pencipta. Walaupun cara bicaranya sangat banyak berbagai macam sudut kita ambil bahkan ada bicara secara bahasa kedokteran kesehatan juga masuk dan pemujaan," terang Sahadewa yang sejak remaja aktif bermain teater ini. Dalam Siwanggama ini, dr Sahadewa mengaku banyak mengungkapkan isi hati dalam pencarian diri dan ingin menemukan dan pada akhirnya mengharmonisasikan diri dengan alam semesta dan sang pencipta. Puri Langon dipilih sebagai panggung pertunjukan karena menurutnya tempat ini sangat artistik indah dan unsur mistis.

"Saya ingin memaksimalkan efek puisi yang ada di buku. Memang bukan tempat biasa, kita setting panggung memanfaatkan keindahan Puri. Tidak ada panggung khusus, tidak ada kursi, tidak ada meja, membaur saja semuanya menyatu. Di sanalah penyatuan kita, menyatu dengan tempat ini," terang Sahadewa.

Beberapa penyair hingga pelukis dilibatkan dalam peluncuran buku ini. Sebut saja Gitaris Wayan Balawan, Made Sumadiasa, Sunylokha, Sahabhiseka, April Artison, Jengki Sunarta, Mira MM Astra, Harsharani. Spesial performance Cokorda Ngurah Suyadnya, Prof Dr I Wayan Dibia, Paras Paros Seni Bali. "Banyak teman sih yang ingin performance, cuman lihat durasi waktu akhirnya yang komunikasi intensif sejak penciptaan puisi sampai penerbitan itu yang saya prioritaskan ikut memeriahkan," jelas Sahadewa.

Buku setebal 133 halaman ini tidak diperjualbelikan. Sahadewa mempersembahkan sebagai bentuk tanggung jawabnya setelah mendapat Anugerah Bali Jani Nugraha Tahun 2021. "Terimakasih ibu Putri Suastini, Pemprov Bali melalui Disbud sehingga kita dimotivasi, support untuk berkarya dan menerbitkan karya," ujarnya.

Selaku tuan rumah, Cokorda Ngurah Suyadnya yang akrab disapa Cok Wah mengapresiasi peluncuran buku ini. Cok Wah mengaku bertemu dua bulan lalu dengan dr Sahadewa yang datang menyampaikan ide ini. "Ke depannya atas seizin keluarga besar, kami buka pintu selebar-lebarnya tempat ini. Seandainya ada even seni, jangan sungkan ewuh pakewuh. Seni itulah sebenarnya kekayaan kita. Jadikan Puri Langon base tonjolkan kepentingan seni," ujarnya. *nvi

Komentar