nusabali

Tamat SMA Berkat Jualan Semat, Jadi PNS Pertama dari Banjar Gulinten

I Wayan Paing SPd, Kasek SDN 1 Bunutan, Kecamatan Abang, Karangasem

  • www.nusabali.com-tamat-sma-berkat-jualan-semat-jadi-pns-pertama-dari-banjar-gulinten

AMLAPURA, NusaBali
Perjalanan I Wayan Paing SPd, 39, menjadi seorang pendidik sungguh berliku. Tantangannya berat, apalagi pendahulu dan teman sebaya di kampungnya jarang melanjutkan ke jenjang SMA/SMK.

Mayoritas setamat SMP, remaja di Banjar Gulinten memilih merantau sebagai buruh ke Denpasar dan Tabanan.  Wayan Paing bersama 18 temannya dari Banjar Gulinten setamat SDN 6 Bunutan tahun 1996 semuanya melanjutkan ke SMPN 3 Abang di Desa Bunutin, Kecamatan Abang. Saat menempuh pendidikan SMP, ada yang memilih berhenti total, ada istirahat selama satu tahun dan melanjutkan kembali sehingga tamat SMPN 3 Abang hanya 12 orang. Wayan Paing dan kawan-kawan berangkat sekolah dari Banjar Gulinten menuju SMPN 3 Abang dengan menuruni bebukitan. Berangkat dari kampung pukul 05.00 Wita, tiba di sekolah sekitar pukul 07.30 Wita. Para siswa berjalan kaki menuju sekolah dengan jarak tempuh sekitar 12 kilometer.

Di antara 12 orang yang tamat SMPN 3 Abang, hanya Wayan Paing dan dua temannya melanjutkan ke SMA. Andai tidak dapat beasiswa miskin berprestasi, kemungkinan besar juga Wayan Paing mengikuti jejak teman-temannya merantau sebagai buruh ke Denpasar maupun Tabanan. “Faktor ekonomi membuat kami kesulitan melanjutkan pendidikan,” ungkap Wayan Paing, Jumat (27/5).

Menurut Wayan Paing, selain faktor ekonomi, rendahnya motivasi melanjutkan pendidikan karena belum terbayang akan masa depan. “Kelak jadi apa setelah tamat sekolah? Itu belum terjawab,” tutur suami Ni Ketut Sari ini. Wayan Paing bisa melanjutkan ke jenjang SMA karena kebetulan. Waktu kelas 3 SMP, belum ada bayangan melanjutkan ke SMA. Namun disuruh ikut tes potensi akademik di SMAN 2 Amlapura oleh Kasek SMPN 3 Abang, I Komang Oka. “Saya menginap di rumah beliau selama dua malam. Diajak keliling melihat-lihat sekolah SMA yang ada di Amlapura untuk menambah motivasi melanjutkan pendidikan,” tutur Wayan Paing.

Tumbuhlah keinginan Wayan Paing melanjutkan ke SMA. Tapi keinginan itu pasti terbentur biaya. “Kebetulan saat itu ada beasiswa miskin berprestasi untuk melanjutkan sekolah. Akhirnya saya diterima di SMAN 2 Amlapura,” kenang penulis buku kumpulan cerpen Cor ini. Beasiswa miskin berprestasi yang didapatkannya cukup besar, kisaran Rp 110.000 per bulan. Celakanya, Wayan Paing mengira beasiswa miskin berprestasi itu didapatkannya hingga tamat SMA. “Ternyata dapat beasiswa selama satu tahun,” tutur putra pertama I Nengah Sukada dengan Ni Nengah Suka ini.

Maka Wayan Paing harus ekstra keras untuk menamatkan pendidikannya. “Saya anggap beasiswa itu sebagai izin dari orangtua untuk bisa sekolah SMA,” kata penulis prosa berbahasa Bali ‘Gancaran Mersun’ ini. Pasca putus beasiswa, Wayan Paing akhirnya jualan semat (terbuat dari bambu untuk alat tusuk rangkaian janur saat buat sesaji). Selama sekolah di SMAN 2 Amlapura, Wayan Paing tidak ngekos, namun tinggal dengan famili di kota Amlapura. Dekat rumah famili ada pasar pagi, di situlah dia menjajakan semat yang dibawanya dari kampung. “Akhirnya saya tamat berkat jualan semat,” kenang ayah tiga anak ini.

Berkat jualan semat juga, Wayan Paing bertemu dengan guru BK SMAN 2 Amlapura, I Nengah Tirta, di Pasar Amlapura. Guru BK inilah yang menyarankan ayah I Nyoman Tirthapraja Mahardika ini kuliah Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Maka pada hari terakhir, pemuda dari Banjar Gulinten itu memasukkan lamaran ke IKIP Negeri Singaraja. Belajar selama dua tahun, tamat tahun 2004. Sempat praktek mengajar selama 4 bulan di SD Lab Undiksha Singaraja. “Saat kuliah saya tidak jualan semat lagi, tapi fokus belajar. Sering bantu teman seperti mengetikkan tugas sehingga dapat upah,” kenangnya.

Setamat IKIP Negeri Singaraja, Wayan Paing menjadi guru bantu di SDN 6 Bunutan selama 4 bulan dari Januari hingga April 2005. Saat ada bukaan CPNS, mencoba peruntungan dan akhirnya menjadi PNS di SDN 6 Bunutan pada tahun 2005. Setelahnya, sempat mengajar selama 6 bulan di SDN 2 Tiyingtali, Kecamatan Abang kemudian ditugaskan ke SDN 4 Ababi dari tahun 2017-2021. Lulus Guru Penggerak Angkatan I tahun 2021 hingga akhirnya menjadi Kasek SDN 1 Bunutan sejak 21 September 2021. Selain sebagai guru, Wayan Paing dikenal sebagai sastrawan. Aktif di berbagai kegiatan sastra. Sebagai penggiat literasi, pernah meraih juara I Best Practicce guru SD pada peringatan Hardiknas Tahun 2020 tingkat Kabupaten Karangasem. *k21

Komentar