nusabali

Luruskan Stigma Raksasa Goa Sanggulan

Sanggar Haridwipa Siapkan Pentas di PKB 2022

  • www.nusabali.com-luruskan-stigma-raksasa-goa-sanggulan

TABANAN, NusaBali
Pemprov Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali  akan menggelar Pesta Kesenian Bali (PKB) ke – 44 pada 12 Juni – 10 Juli 2022, di Taman Budaya, Kota Denpasar.

PKB dengan tema ‘Huluning Amreta’ (memuliakan air sumber kehidupan) ini akan  menampilkan delapan materi pokok, yakni pawai, pergelaran, lomba, pameran, workshop/lokakarya, sarasehan, dan penghargaan pengabdi seni.

Sejumlah sekaa kesenian yang ditunjuk sebagai duta kesenian di setiap kabupaten/kota di Bali, kini sedang giat-giat berlatih. Duta kesenian Tabanan, misalnya, kini sedang sibuk berlatih menampilkan yang terbaik. Duta kesenian Tabanan mempercayakan Sanggar Hardwipa Gamelan Group akan mementaskan Gong Kebyar Anak-Anak pada PKB nanti.

Sanggar ini nantinya akan membawakan dua tabuh kebyar yakni Tabuh Lima Gambur Anglayang dan Tabuh Kreasi Hujan Kasanga. Tabuh ini akan dilengkapi dengan ‘Tarian Kreasi Tongkin’.

Ketua Sanggar Haridwipa Gamelan Group I Gusti Nengah Hari Mahardika mengatakan persiapan anggota timnya yang dilatih untuk pementasan di PKB mendatang, sudah 90 persen. Seluruh koreografi yang dibuat sudah klop. “Kami sudah mulai latihan sejak November 2021,” ujarnya saat ditemui Jumat (20/5).

Dia mengatakan pementasan Gong Kebyar Anak-Anak diperkuat 50 pelaku seni mulai dari usia TK hingga usia 15 tahun. Seluruh pelaku seni ini adalah anak-anak yang sudah diajak berlatih sebelum pandemi Covid-19 menjangkiti Bali, Maret 2020. Karena itu, melatih mereka untuk persiapan ke PKB, tidak begitu menemukan kesulitan.

“Biasanya kalau melatih anak-anak itu biasanya mengikuti mood mereka. Namun kini kami tidak menemukan kesulitan untuk berlatih karena kami sudah ajak anak-anak berlatih sebelum pandemi,” jelasnya.

Untuk pementasan PKB mendatang, tambah Hari Mahardika, untuk Tabuh Kreasi Hujan Kesanga akan dilengkapi pementasan Tari Kreasi Tongkin. Tongkin yang dimaksud ini diceritakan adalah penghuni pertama di Bali. Dia ini hidup di goa-goa dengan realita nyata jejak kehidupan masyarakat Sanggulan, Tabanan.

Stigma Raksasa Sanggulan melarikan penari rejang yang terakhir di temukan di Goa Sanggulan menjadi aktualisasi antara fiksi dan kenyataan. Tafsir realita merujuk pada terbunuhnya raksasa terakhir dengan membakar. Pura Peneduh Sanggulan stana Raksasa Sanggulan dengan wabah yang melanda ketika itu, serta kutukan pohon timbul pembunuh raksasa menjadi unsur antara sugesti dan realita. Ironinya, kedamaian dan keharmonisan muncul ketika Pura Peneduh dengan wangsupada atau air suci penetralisir wabah dan mara bahaya. Maka kehidupan menjadi seimbang dan harmonisasi. “Untuk itu kami membuat tari kreasi ini agar diketahui seluruh masyarakat,” jelasnya.

Kini pihaknya tengah menyiapkan segala keperluan untuk pementasan mulai properti, pakaian penari dan penabuh, hingga persiapan gladi bersih. Rencananya,  dalam gladi bersih maupun gladi kotor dia berencana menggunakan pakaian lengkap layaknya pementasan. Ini digunakan untuk melihat kekurangan sebelum dipentaskan saat hari H. “Kami akan tampil total dalam pementasan sebagai duta Tabanan,” katanya.

Terkait anggaran yang diberikan oleh Pemkab Tabanan,  diakui Hari Mahardika, masih menjadi sedikit kesulitan dalam mengatur. Maklum saja Pemkab Tabanan dalam PKB tahun 2022 hanya menganggarkan Rp 750 juta. Oleh karena itu, untuk menutupi kekurangan biaya  pengadaan sejumlah perlengkapan, maka dibuatkan donasi.

Jelas Hari Mahardika, sesungguhnya anggaran tak selalu menjadi masalah. Sebab orientasi yang ditanamankan kepada anak-anak peserta adalah mengedukasi mereka untuk menampilkan seni terbaik sebagai duta Tabanan. “Kami tidak ingin juga tampil glamour. Kami manfaatkan potensi yang ada, kemudian meracik menjadikan pementasan seni yang berkesan. Kemudian anak-anak mendapat pengalaman manggung,” tandasnya. *des

Komentar