nusabali

Pelaku Pariwisata Diminta Berkomitmen Lestarikan Budaya Bali

Tak Berbusana Adat Bali, Gubernur Koster Tegur Seorang Manajer Hotel

  • www.nusabali.com-pelaku-pariwisata-diminta-berkomitmen-lestarikan-budaya-bali

MANGUPURA, NusaBali
Gubernur Bali, Wayan Koster tak main-main dengan kebijakan ‘wajib’ setiap hari Kamis, Purnama dan Tilem serta Hari Jadi Pemerintah Provinsi Bali menggunakan Busana Adat Bali.

Seperti saat membuka acara ‘Deklarasi Bersama Mewujudkan Peradaban Baru Penyiaran Melalui Informasi Berkualitas’ di The Westin Resort, Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung pada Wraspati Pon Wariga, Kamis (12/5), Gubernur Koster tak segan menegur salah seorang manajer hotel yang tak mengenakan busana adat Bali. Gubernur Koster pun meminta pelaku usaha pariwisata di Bali berkomitmen menjalankan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali yang sejalan dengan semangat Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali dan Perda Nomor 5 Tahun 2020 tentang Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali.

Dalam sambutannya di hadapan Ketua Komisi I DPR RI Meautya Hafid dan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Agung Suprio, Gubernur Koster menjelaskan Provinsi Bali saat ini sudah mulai menggeliat kepariwisataannya sejak 7 Maret 2022 yang lalu. Baik wisatawan domestik (Wisdom) maupun wisatawan mancanegara (Wisman) sudah mulai berdatangan, karena pandemi Covid-19 di Bali sejak awal tahun sampai Mei 2022 ini sudah melandai dan stabil. Tanda-tanda melandainya pandemi Covid-19 di Bali sudah menunjukkan hasil, dimulai pasca adanya keterlibatan banyak orang di upacara adat di Bali, seperti di Pura Agung Besakih maupun sebelumnya saat perayaan Hari Suci Nyepi 3 Maret yang lalu di semua Kabupaten/Kota di Bali ada perayaan ogoh-ogoh yang melibatkan banyak orang, tapi ternyata kasus Covid-19 tidak mengalami lonjakan. “Jadi tetap stabil sampai saat ini. Begitu juga ketika hari libur Idul Fitri dan cuti bersama, banyak yang ke Bali dan sampai hari ini saya amati kasusnya tetap stabil,” ujar orang nomor satu di Pemprov Bali ini yang disambut tepuk tangan.

Melandainya pandemi Covid-19, kata Gubernur Koster disebabkan karena masyarakat Bali tertib menjalankan protokol kesehatan dan vaksinasi boosternya sekarang sudah hampir 70 persen. “Jadi ini vaksinasi booster tertinggi di Indonesia,” ujarnya seraya menyebut dari parameter itulah, Bali sejatinya sudah sangat kondusif dikunjungi oleh Wisdom dan Wisman.

Mengenai pariwisata Bali, mantan Anggota DPR RI tiga periode dari Fraksi PDIP ini menyebut bahwa Pulau Bali tidak didesain secara khusus dengan suatu perencanaan, tapi berkembang secara alamiah. Sehingga karena budayanya, menjadikan Bali berkembang pariwisatanya. Namun terlalu lama pariwisata di Bali tidak diarahkan dengan satu kebijakan yang tepat, sehingga perkembangannya menjadi kurang baik, compang-camping, dan di sana-sini ada yang kurang. Tetapi karena budaya Bali ini menarik bagi masyarakat luar, membuat Bali tetap menjadi perhatian dan pilihan nomor satu masyarakat dunia untuk berkunjung.

Atas hal itu, Gubernur Bali jebolan ITB ini membayangkan Pariwisata Bali yang dikelola secara tidak baik saja, dulu orang masih rajin berkunjung ke Bali, apalagi dikelola dengan baik. “Itulah sebabnya, saya sekarang ini betul-betul menata pariwisata Bali secara fundamental dan komprehensif berbasis pada budaya, serta berorientasi pada kualitas dan bermartabat. Ini yang ingin kami tekankan betul," tegas Koster.

Sehingga Kami tidak ingin pariwisata ini mengorbankan budaya, justru pariwisata harus membangun budaya. Karena Bali tanpa budaya tidak akan mungkin bisa menjadi daerah wisata. “Selama ini yang memelihara pariwisata adalah budaya, seharusnya pariwisata yang memelihara budaya, karena pariwisata yang berkepentingan dengan budaya,” tegas Gubernur yang telah mengeluarkan Pergub Nomor 28 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Pariwisata Bali ini.

Maka sekarang mulai diseimbangkan antara pelaku pariwisata dengan masyarakat di Bali yang begitu kuat di dalam menjaga budayanya. Itulah sebabnya sekarang ini dalam membangun Bali Gubernur Koster tegaskan betul-betul menggunakan budaya sebagai hulunya pembangunan, menjadikan budaya sebagai mainstream pembangunan, karena Bali tidak mempunyai kekayaan apa-apa, seperti gas, batubara, hingga tidak punya tambang emas. Tapi Bali cuma punya kekayaan satu, yakni budaya saja. Kalau ini tidak dipelihara dengan baik, maka pariwisata itu akan tertinggal, orang tidak akan lagi beralih ke Bali untuk berwisata.

“Kalau alam indah, lebih indah dari Bali atau sama dengan Bali, di luar Bali banyak ada alam yang indah. Tapi yang membedakan Bali dengan daerah lain itu adalah budaya. Itulah sebabnya, saya sekarang mulai tegas dalam urusan budaya dengan menggunakan Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali yang diiringi dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali,” katanya.

Sementara untuk penggunaan Busana Adat Bali setiap hari Kamis, Purnama, Tilem dan Hari Jadi Pemerintah Provinsi Bali semua pelaku di Bali mulai dari pegawai negeri maupun swasta, hotel juga harus berbusana Adat Bali. “Maka tadi saya melihat manajer hotel tidak berbusana adat Bali, saya langsung tegur. Jadi saya tidak mau melihat perilaku-perilaku yang tidak tertib dan disiplin di Bali, tapi semua harus hormat dengan budaya Bali. “Kita butuh tata kehidupan yang tertib, disiplin dan betul-betul menghormati budaya, karena kita bangsa yang berbudaya, jadi budaya kita harus dihormati,” jelas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.

Mengakhiri arahannya terkait pariwisata Bali, Gubernur Koster menegaskan berwisata boleh, tapi harus menghormati budaya, jangan dia (pelaku pariwisata, Red) cuma mencari untung di Bali dengan tidak memelihara budaya. “I’m sorry. Saya tidak akan membiarkan itu,” pungkasnya. Sementara Ketua Komisi I DPR  RI, Meutya Hafid saat mendengarkan pidato Gubernur Koster dalam pandangannya mengungkapkan bahwa sebelum menjadi Gubernur sejak tahun 2004 ketika menjadi Anggota Komisi IX DPR RI, Wayan Koster sudah memperjuangkan kebudayaan.

“Saya senang sekali Bapak Gubernur, kebetulan mengikuti perkembangan di Bali, mulai kami datang, hotelnya dibuka khusus dan sampai sekarang dari Canggu menuju Tabanan macetnya luar biasa. Jadi kita berikan applause kepada Bapak Gubernur yang sudah membawa Bali, mudah-mudahan lebih baik lagi pasca pandemi Covid-19," kata Meutya.

Sementara dalam Deklarasi Bersama Mewujudkan Peradaban Baru Penyiaran Melalui Informasi Berkualitas yang digelar dalam rangka Forum Penyiaran 2022, selain dibuka Gubernur Koster juga diikuti oleh Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid, Ketua KPI Pusat Agung Suprio, Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo, Ketua KPID Bali I Gede Agus Astapa, Asosiasi Televisi di Indonesia, dan 12 Perguruan Tinggi di Indonesia yang memiliki kerjasama dengan KPI Pusat dalam Indeks Kualitas Siaran Televisi. *nat

Komentar