nusabali

Garap Lukisan Kamasan dengan Jempol Jari

  • www.nusabali.com-garap-lukisan-kamasan-dengan-jempol-jari

I Gusti Made Lanang Agung,23, penyandang disabilitas lumpuh di Banjar Kanginan, Desa Manduang, Kecamatan/Kabupaten Klungkung.

Kreasi Penyandang Disabilitas, I Gusti Made Lanang Agung


SEMARAPURA, NusaBali
Ia tidak mau terpuruk dengan kondisi yang menimpanya. Di tengah keterbatasan fisik, Lanang berkreasi dengan membuat lukisan klasik Wayan Kamasan, Klungkung.

Karena fungsi jari tangannya melemah, sejak tahun 2004 ia tak lagi melukis dengan kuas di atas kanvas. Namun ia tidak mau menyerah. Lanang akhirnya berkreasi melukis lukisan klasik Wayang Kamasan menggunakan laptop yang dibelikan ayahnya.

“Jempol jari saya masih bisa digerakkan untuk menggeser touchpad Laptop untuk membuat lukisan (desain) Wayang Kamasan,” ujar Gusti Lanang, kepada NusaBali, saat ditemui Jumat (17/3). Karyanya juga dilirik wisatawan asing. Bahkan beberapa sudah ada yang dibeli dan dipamerkan di Swiss dalam bentuk postcard. Karena wisatawan tertarik proses pembuatan lukisan oleh Lanang yang bergerak dengan kursi roda itu. Tamu asing tersebut dikenalkan oleh rekan ayahnya, karena sang ayah bekerja sebagai sopir freelance pariwisata.

Lanang mengaku lebih sulit menggarap lukisan menggunakan laptop ketimbang manual dengan kuas di atas kanvas. Karena menggerakkan touchpad di laptop cukup sulit karena tidak stabil. Atas usaha kerasnya pun membuahkan hasil dengan menciptakan berbagai kreasi lukisan Wayang Kamasan, yang sudah dicetak dengan printer. “Saya memang memiliki hoby melukis sejak kecil, tapi sekarang sudah tidak bisa menggunakan kuas,” kenangnya.

Lanang anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan I Gusti Ngurah Purwana dan Dewa Ayu Adiyani. Saudaranya pertama dan ketiga sudah meninggal, sedangkan dua saudari putrinya Gusti Ayu Ketut Nadya dan Gusti Ayu Setyawati, normal. Namun kondisi serupa atau disabilitas juga dialami sauadara bungsunya, Gusti Ngurah Putra Pramana, sejak kecil.

Menurut ibunda Lanang, Dewa Ayu Adiyani, saat dalam kandungan, bayi Lanan, tidak ada masalah. Namun beberapa bulan setelah lahir, kakinya lemas hingga mengalami kelumpuhan. Pihak keluarga sudah berobat ke sana ke mari, baik medis maupun non medis. Namun tetap tidak membuahkan hasil. “Saya juga pernah mengajaknya berobat sampai ke Sulawesi,” katanya.

Kata dia, Lanang sempat masuk sekolah TK, namun ketika hendak melanjutkan ke SD, pihak sekolah tidak menerimanya dan menyarankan untuk di sekolahkan di SLB. Sayangnya, beberapa hari di SLB, ia sempat dipukul teman-temannya yang notabene penyandang disabilitas. Ia pun tidak mau sekolah lagi. “Kalau secara mental anak saya normal, cuman fisiknya saja yang terbatas,” kata Dewa Ayu. Sedangkan adik bungsunya juga hanya tamat TK saja, dia merasa minder untuk melanjutkan sekolah lagi.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta kagum dengan kegigihan dan kemampuan Lanang saat menggelar bedah desa di Desa Manduang, Jumat kemarin. Bupati Suwirta pun mengoleksi karya Lanang dengan mengganti sejumlah uang. Bupati berjanji akan memberikan kesempatan kepada Lanang untuk tampil dalam even-even besar di Klungkung. *wa

Komentar