nusabali

Krama Tegenungan Gelar Pacaruan

  • www.nusabali.com-krama-tegenungan-gelar-pacaruan

Pascamaut Putra Camat Kuta di Air Terjun Tegenungan

Peringatan berupa bendera merah kecil itu belum cukup, petugas harus tegas.

GIANYAR, NusaBali
Pasca insiden maut putra Camat Kuta, Badung, I Gede Arsa Kusuma Wijaya,14, krama Desa Pakraman Tegenungan menggelar upacara Pacaruan Alit di sekitar objek wisata Air Terjun Tegenungan, Banjar Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Kamis (16/3). Upacara dipuput Pamangku Desa Pakraman Tegenungan.

Pengelola objek wisata Air Terjun Tegenungan I Gusti Made Raka, menjelaskan Pacaruan ini masih tingkat alit (kecil). Karena 10 hari ke depan akan dilaksanakan upacara Rsi Gana, dipuput Ida Pedanda Gede Griya Kawan Batuan, Sukawati. "Upacara ini dilaksanakan untuk menetralisir dan menyucikan kawasan air terjun ini, setelah Rabu terjadi musibah warga meninggal karena tenggelam," ungkapnya.

Pacaruan Alit melibatkan seluruh krama desa pakraman ini  dilaksanakan pukul 16.00 Wita, disaksikan para pengunjung objek wisata Air Terjun Tegenungan. Selain Pacaruan Alit, pagi harinya pihak keluarga korban I Gede Arsa Kusuma Wijaya menggelar upacara Ngulapin, pukul 10.00 Wita. ‘’Upacara ini bermakna memanggil roh korban dari lokasi tenggelam itu," ungkap Gusti Raka.

Pasca kejadian maut itu, pengunjung objek wisata Air Terjun Tegenungan ini tidak terpengaruh. Gusti Raka mengatakan kunjungan pada hari-hari biasa antara 400 - 500 pengunjung. Saat liburan bisa 800 pengunjung. "Kami rasa insiden kemarin tak mempengaruhi kunjungan," ujarnya.

Insiden tewas karena tenggelamnya putra Camat Kuta merupakan kejadian ketiga. Sebelumnya kasus serupa pernah terjadi pada tahun 1996 dan 2005. Sekitar 6 bulan lalu, seorang wisatawan cedera setelah meloncat dari tebing dan jatuh di bawah air terjun. "Wisatawan tidak tahu kapan sungainya dangkal dan dalam. Kondisi air sewaktu-waktu bisa berubah, kami sudah peringkatkan namun memaksa," jelasnya.

Secara terpisah, Kapolres Gianyar AKBP Waluya mengatakan pengawasan dan infrastruktur keamanan di kawasan air terjun Tegenungan memang perlu di tingkatkan. Diakui pihak sudah berkoordinasi dengan pihak pengelola untuk memperbanyak memasang spanduk imbauan. “Kami tidak ingin ada korban lagi, jadi alangkah baiknya dipasang baliho larangan berenang dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Peringatan berupa bendera merah kecil itu belum cukup, petugas harus tegas mengingatkan," jelasnya.

Kapolres juga memantau masih kurangnya infrastruktur keamanan di objek wisata tersebut. Seperti di bagian tebing yang belum diisi besi pembatas, sehingga cukup membahayakan wisatawan. “Infrastruktur ini yang utama, karena banyak sekali saya lihat wisatawan kurang memperhatikan kondisi sekitar," ujar Kapolres.

Kepala Dinas Pariwisata Gianyar Anak Agung Ari Brahmanta mengakui sistem pengelolaan objek wisata air terjun ini masih konvensional. “Standar pengelolaan dan pengamanan di objek ini mestinya ditingkatkan,” ujarnya.

Kata dia, ke depan pemerintah menekankan akan memberikan pengamanan berupa fasilitas tambahan di objek wisata seperti ini. “Sekarang harus melengkapi fasilitas lainnya, seperti pengamanan tangga, keamanan di air terjun misalnya disediakan tali melintang, tangga dan sebagainya,” jelasnya.

Termasuk jika bisa diatur, per tiket bisa diberikan asuransi. “Nanti perlahan kami perbaiki lagi. Yang jelas harus sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur),” jelasnya.  * e

Komentar