nusabali

Okupansi Hotel di Buleleng Tembus 90 Persen

  • www.nusabali.com-okupansi-hotel-di-buleleng-tembus-90-persen

SINGARAJA, NusaBali
Astungkara, pariwisata Bali, khususnya Kabupaten Buleleng bangkit setelah dua tahun mengalami pukulan.

Indikasinya terlihat pada libur Lebaran 1443 Hijriah, tingkat okupansi hotel mencapai angka 90 persen. Tingkat hunian hotel sepanjang masa libur Lebaran dan cuti bersama, meningkat drastis. “Tingkat hunian di hotel-hotel besar yang semula tak lebih dari 20 persen menjadi 80-90 persen. Bahkan di beberapa hotel yang yang mencapai 100 persen,” ungkap Ketua Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (DPC PHRI) Buleleng, Dewa Ketut Suardipa Kamis (5/5).

Persebaran kenaikan wisatawan ini dilaporkan terjadi di kawasan selatan seperti Munduk-Pancasari yang okupansinya  rata-rata 80-100 persen. Kondisi serupa juga terjadi di wilayah barat seperti Pemuteran dan sekitarnya. Sedangkan di Buleleng tengah, kawasan Lovina mencapai 90 persen. H”anya wilayah timur saja yang masih 10-20 persen. Karena pangsa pasarnya Eropa,” ucap Dewa Suardipa.

Pengusaha restoran ini juga menyebutkan wisatawan yang berkunjung selama liburan panjang kebanyakan wisatawan domestik dari Pulau Jawa. Mereka kebanyakan datang melalui jalur darat. “Ya dua tahun pandemi kita tahu bersama pelaku pariwisata kalang kabut secara finansial. Sekarang bisa ada tamu tentu kami tetap bersyukur,” kata Dewa Suardipa.

Sepanjang liburan panjang kali ini, puncak kunjungan ada pada tanggal 1, 2 dan 3 Mei lalu. Rata-rata wisatawan domestik yang datang menginap dua malam di Buleleng. Pergerakan sektor pariwisata yang menunjukkan trend positif, diharapkannya terus berlanjut. Suardipa pun berharap pandemi covid-19 segera ditetapkan menjadi endemi, sehingga pemulihan ekonomi dapat cepat tercapai.

Sementara itu Suardipa juga mengusulkan, berkaca dari dampak kunjungan wisatawan domestik saat ini, pemerintah sudah harus memikirkan potensi jumlah penduduk besar bangsa Indonesia. Menurutnya sebagian penduduk Indonesia saat ini sudah berada dalam taraf ekonomi menengah ke atas. Potensi ini menurutnya harus digarap maksimal untuk menggerakkan perekonomian nasional.

“Seperti China, AS, yang memiliki jumlah penduduk besar. Di sana tetap ramai karena selain menyuguhkan budaya pemerintahnya juga memberikan cuti tiga kali setahun. Ini yang dipakai kesempatan warga setempat saling mengunjungi sebagai sumber perputaran ekonomi. Harapan saya Indonesia bisa mengadopsi hal itu,” ungkap pengusaha asal Desa Pemaron, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini. *k23

Komentar