nusabali

Sukses Pimpin TPS 3R, Kini Warga Disiplin Pilah Sampah dari Rumah

Sosok Kartini Bidang Lingkungan Hidup, Ni Kadek Suyatni Terima Penghargaan dari OASE

  • www.nusabali.com-sukses-pimpin-tps-3r-kini-warga-disiplin-pilah-sampah-dari-rumah

Bukti nyata dari hasil kerja keras Suyatni, yakni sama sekali tak ada bau sampah di TPS 3R Panca Lestari, tidak seperti di tempat pembuangan sampah pada umumnya.

MANGUPURA, NusaBali

Para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE) pada Hari Kartini 2022, Kamis (21/4) lalu memberikan penghargaan bagi 514 perempuan berjasa dan berprestasi di berbagai bidang yang tersebar di seluruh Indonesia. Satu di antaranya adalah Ni Kadek Suyatni yang diusulkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung sebagai perempuan inspiratif di bidang lingkungan hidup. Lewat tangan dinginnya memimpin Tempat Pengolahan Sampah-Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) Panca Lestari Desa Adat Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, kini dia berhasil menggerakkan kesadaran masyarakat untuk disiplin memilih sampah dari rumah.

Ditemui di TPS 3R Panca Lestari belum lama ini, Suyatni bersama para pegawai perempuan terlihat sedang sibuk menerima sampah dari masyarakat. Kala itu, sedang berlangsung kegiatan bank sampah, di mana masyarakat menyerahkan sampah yang sudah terpilah dengan baik di tingkat rumah tangga. Sampah yang masih bernilai eknomis akan ditimbang dan hasilnya akan dinikmati dalam bentuk tabungan. Sedangkan sampah yang sudah tak ternilai langsung diolah menjadi kompos.

Rupanya, Suyatni getol menggerakkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah dari rumah untuk menangani permasalahan sampah di Desa Adat Tanjung Benoa. Buktinya, sama sekali tak ada bau sampah di TPS 3R Panca Lestari. Tidak seperti di tempat pembuangan sampah pada umumnya.

Kepada NusaBali, Suyatni menuturkan, sejatinya tak pernah terpikir akan diberikan kepercayaan langsung oleh Bendesa Adat Tanjung Benoa untuk memimpin TPS 3R Panca Lestari yang baru terbentuk setahun lalu. Pasalnya, perempuan kelahiran 20 Mei 1963 tersebut selama ini lebih dikenal aktif dalam organisasi sosial seperti PKK Kelurahan Tanjung Benoa sejak 1981 hingga kini. Selain itu, dia juga aktif di KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan), bahkan saat ini menjabat Bendahara II di KTNA Provinsi Bali. Termasuk sekarang juga aktif menjadi Ketua PAKIS (WHDI) Desa Adat Tanjung Benoa.

Namun untuk menangani permasalahan sampah diakuinya merupakan pengalaman baru. Apalagi saat menerima tanggung jawab tersebut, Suyatni mengaku benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan dalam pengelolaan TPS 3R. Bahkan Suyatni sampai mengaku tak bisa tidur memikirkan apa tupoksi setelah menjabat Ketua TPS 3R Panca Lestari. “Khawatir tapi rasanya tak berhak untuk menolak. Apa sih tupoksi saya? Sampai saya tidak bisa tidur memikirkannya. Belum ketemu polanya, sehingga kami ini melangkah dari nol sekali,” tutur Suyatni.

Perempuan asal Banjar Anyar, Desa Adat Tanjung Benoa tersebut melanjutkan, permasalahan yang ditemukan pertama kali adalah banyak sampah yang berserakan. Masyarakat masih ditemukan membuang sampah sembarangan di pantai, jalanan, dan ada juga yang dibakar. Parahnya lagi, segala jenis sampah dicampur begitu saja sehingga menimbulkan bau tak enak dan polusi udara. Dari situ, Suyatni terpikir untuk menguatkan penyuluhan tentang pemilahan sampah. Jika sampah terpilah dengan baik, maka tak akan ada bau menyengat.

Pemilahan sampah ini dinilai penting. Lantaran dari hasil survei bersama pendamping penyuluh, dari 1.000 KK di Desa Adat Tanjung Benoa, tidak semua sampah itu masuk ke TPS yang luasnya hanya 6 are. Jika tak dipilah di rumah, maka pengelolaan di TPS 3R akan kacau dan menimbulkan bau. Apalagi TPS 3R Panca Lestari ada di antara pemukiman penduduk, warung, dan vila. Jika TPS 3R sampai bau, maka keberadaannya akan sangat mengganggu.

“Setelah diberikan kepercayaan memimpin TPS 3R, saya langsung bergerak menunjuk bendahara, sekretaris, unit pengangkutan, unit composting, serta penyuluh. Nah, langkah pertama yang saya lakukan adalah concern mengedukasi masyarakat untuk memilah sampah. Karena menurut saya, di sini (sampah di tingkat rumah tangga) sumber utama penyelesaian masalah sampah ini,” terang Suyatni.

Meskipun ada sanksi yang diatur dalam pararem Desa Adat Tanjung Benoa terkait larangan membuang sampah sembarangan, namun Suyatni lebih memilih pendekatan secara persuasif untuk menyadarkan masyarakat agar sampah dipilah dari rumah masing-masing. Malang melintang di organisasi PKK, rupanya memberikan keuntungan tersendiri bagi Suyatni. Kesadaran memilah sampah pun dimulai dengan mengambil hati para ibu yang tergabung dalam PKK Desa Adat Tanjung Benoa.

“Kenapa kami pendekatan kepada perempuan? Karena mereka lebih concern untuk menjaga lingkungan. Di samping memang perempuan juga yang menghasilkan sampah tertinggi di rumah tangga. Jadi TPS 3R ini terbentuk bulan April 2021, namun launchingnya Agustus 2021. Nah, selama bulan April hingga mendekati launching, kami genjot terus edukasi tentang memilah sampah,” terang anak keempat dari 4 bersaudara dari pasangan Alm I Ketut Rangkun dan Alm Ni Ketut Resik ini.

Namun, upaya penyuluhan tersebut bukan tanpa rintangan. Suyatni mengaku bapak-bapak justru meragukan kemampuan timnya, apakah bisa mengumpulkan peserta penyuluhan se-Desa Adat Tanjung Benoa. Maklum, saat itu sedang ganas-ganasnya tambahan kasus Covid-19 di Pulau Dewata, termasuk di Badung. Meski sempat diragukan, namun Suyatni dan tim tak patah semangat. Justru hal tersebut menjadi api semangat bagi mereka.

“Karena sudah lama berkecimpung di PKK Tanjung Benoa, jadi saya sudah tahu karakter-karakternya. Saya coba rangkul mereka semua. Karena masih dalam kondisi pandemi saat itu, kami pun siasati. Jadi kami ambil beberapa kelompok dalam satu penyuluhan. Setiap sesi pesertanya dibatasi,” terang ibu dari Agus Willy Radityawan dan Ni Kadek Regina Novelyanti ini.

Alhasil, saat launching TPS 3R bulan Agustus tahun 2021, penyuluhan tentang pemilahan sampah itu membuahkan hasil. Masyarakat secara disiplin membuang sampah yang sudah dipilah ke TPS 3R. “Yang lucunya lagi menurut saya, saat launching justru bapak-bapak yang membuang sampah. Ibu-ibunya takut kena omel. Karena mungkin saja mereka ada salah menerima informasi saat penyuluhan, sehingga hasil pemilahan sampahnya jadi keliru. Tapi, lambat laun mereka jadi terbiasa menempatkan sampah sesuai jenisnya. Karena setiap harinya kami juga berikan sosialisasi ketika buang sampah di TPS 3R,” jelasnya sembari menyebut edukasi juga diberikan kepada pelajar dan Sekaa Teruna.

Selain membuang sampah, warga juga bisa menjual sampah yang masih bernilai ekonomis. Pasalnya, di TPS 3R Panca Lestari juga ada program bank sampah. “Bank sampah kami tetap jalan setiap bulan. Walaupun nilai jualnya agak rendah, tapi bagi kami yang penting warga tidak membuangnya dengan sembarangan. Selain itu, ada kerajinan tangan yang juga kita buat berbahan dasar sampah kertas,” kata perempuan yang sempat menjabat sebagai Kepala Sekolah TK Jaladi Kumara Tanjung Benoa ini.

Untuk lebih mendisiplinkan warga dalam membuang sampah, Suyatni pun memiliki cara yang unik. Yakni membuat absensi warga dari masing-masing banjar. Jadi, setiap hari warga wajib membuang sampahnya sendiri ke TPS 3R. Kecuali jika berbayar, maka sampahnya akan dijemput oleh petugas. Dari absensi itu, akan kelihatan warga yang jarang buang sampah dan patut dipertanyakan kemana yang bersangkutan membuang sampahnya.

“Setiap hari dicek. Kalau misalnya hari ini tidak bawa sampah, kemana dia bawa sampah? Kalau sampai ada sampah yang bercecer, ada indikasi dia jadi sumber masalah. Jadi warga tidak bisa membantah. Evaluasi ini akan dikirim setiap satu bulan dikirim ke kepala lingkungan masing-masing. Nah, penyuluh juga bertugas memberitahu siapa orang yang tidak pernah buang sampah,” kata Suyatni sembari menyebut sebagai apresiasi kepada warga, biasanya saat Hari Raya Galungan warga dapat daging babi atau ayam gratis serta bumbu dapur Rp 50.000 dari bendesa.

Bagi Suyatni, kaum perempuan tak boleh menyerah terhadap tantangan yang baru yang akan membawa perempuan naik level. Jadikan pengalaman sebagai guru yang berharga. Karena dengan begitu, maka tantangan itu akan bisa ditaklukan. Dirinya pun tak menyangka jika permasalahan sampah yang pelik, dan bahkan jadi permasalahan nasional, bisa dia temukan solusinya. Kendati demikian, dirinya mengaku terus belajar untuk menyempurnakan pengelolaan TPS 3R yang menurut beberapa kementerian yang bertandang ke sana di nilai sudah sangat bagus.

Suyatni sendiri juga tak akan menyangka jika jalan hidupnya akan seperti ini. Pernah bercita-cita menjadi Polwan dan atletik, namun kandas karena menikah muda. Namun demikian, Suyatni tak mengeluh. Dirinya justru banyak mendapatkan pengalaman sejak berkecimpung di organisasi PKK dan KTNA. Justru di situlah Suyatni dapat berkeliling Indonesia menambah pengalamannya. Bahkan dirinya juga sempat menjadi kepala sekolah, kendati hanya lulusan SMA. “Ambil kesempatan dan peluang yang ada. Apapun tantangan ke depan, hadapi dan jadikan pengalaman. Pengalaman demi pengalaman akan menempa diri kita,” tutupnya. *ind

Komentar