nusabali

Family Day Sanggar Cudamani di Museum Puri Lukisan

  • www.nusabali.com-family-day-sanggar-cudamani-di-museum-puri-lukisan

GIANYAR, NusaBali
Sanggar Cudamani di Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, menggelar Family Day di Museum Puri Lukisan Ubud, Minggu (24/4).

Ragam aktivitas seni digelar mulai Pukul 13.00 Wita sampai malam. Mulai dari festival menggambar dan kuis, pementasan tari tabuh dan kunjungan ke dalam museum. Museum sengaja dipilih sebagai lokasi kegiatan agar anak-anak sanggar beserta keluarga tertarik melihat-lihat karya lukisan maupun wayang koleksi Museum Puri Lukisan.

Pendiri Yayasan Ratna Wartha Ubud Tjokorda Gde Putra Artha Astawa Sukawati mengatakan Puri Lukisan Ubud terbuka dalam pelestarian seni budaya Bali. "Kami membuka diri, setelah hampir dua tahun vakum karena pandemi. Kali ini para seniman ingin bangkit menampilkan pementasan yang kreatif, inovatif, mengangkat seni tradisi tanpa mengurangi pakem," jelas Panglingsir Puri Agung Ubud yang akrab disapa Cokorda Putra ini.

Family Day, bagi Cokorda Putra sangat tepat diselenggarakan di museum. Selain menyaksikan putra-putri mereka menari, orangtua juga bisa sekaligus mengunjungi museum. Cokorda Putra berharap aktivitas berkesenian terus menggeliat seiring dengan melandainya kasus Covid-19. Upaya pelestarian seni juga dengan sendirinya akan dilirik wisatawan. Turut hadir menyaksikan pementasan itu, Tjokorda Gede Raka Sukawati, Camat Ubud, Bendesa Adat Pengosekan, praktisi seni dan undangan terkait.

Produser Sanggar Cudamani Judy Mitoma menjelaskan Sanggar Cudamani berkiprah hampir 25 tahun. Pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia, telah membuat aktivitas sanggar dan pementasan redup. Kini, anak-anak sanggar menyambut gembira untuk tampil dihadapan orangtua dan masyarakat pasca pandemi. Judy mengatakan sanggar ini non komersil. Semangat anak-anak belajar menari Bali didedikasikan untuk ngayah di pura dan puri. Beberapa kali, anggota sanggar kategori dewasa juga sering diajak pentas ke Amerika. "Mungkin ada 10 kali, aekaa gong dewasa ini saya bawa ke Amerika. Disana penontonnya waow, bisa berdiri kasi aplause lima sampai 10 menit," ungkapnya.

Judy juga berharap apresiasi yang sama diberikan oleh penonton di Bali untuk para seniman yang tampil. "Di sini, semua setuju ada pemberdayaan budaya Bali untuk ngayah tidak untuk komersil. Dan mereka sebelumnya sudah pernah ngayah di Pura Taman Pengosekan, pertama anak ini naik pentas. Bagus. Sesudah itu saya pikir, bikin sesuatu agar anak-anak maju semakin semangat," jelasnya.

Dengan Family Day ini, maka anak-anak sanggar mulai usia 5 - 22 tahun pentas menari dan menabuh gambelan. "Saya buat spesial Family Day, agar remaja, orangtua, anak-anak, kak dan Ninik mereka bisa ikut bersama menonton. Tempatnya luas, enak. Saya ingin semua masuk galeri, tidak hanya lihat pementasan tapi bisa kemana mana," ujar Judy. Sebagai seorang produser, Judy mengaku punya banyak pengalaman bagaimana menarik minat penonton untuk setia menyaksikan pementasan dari awal sampai akhir. Bahkan bisa mengapresiasi.

Ragam kesenian yang ditampilkan yakni Tabuh Telu Crukcuk Punyah, Tari Penyambutan Pendet, Tari Sekar Jepun, Baris Combo, Gender Wayang Kontemporer, Tabuh Gilak, Tari Puja Santi, Tari Satya Brasta, Body Cak, Selonding, Legong Lasem, Tabuh Cudamani, Legong Pengeleb dan Jauk Longor.

Praktisi seni Prof Wayan Dibia dalam sambutannya mengatakan Family Day Sanggar Cudamani ini merupakan hari yang spesial. "Saya dekat sekali dengan Sanggar Cudamani. Dalam perjalanannya, Cudamani punya komitmen tinggi terhadap tiga hal yakni edukasi, promosi dan eksibisi seni," bebernya.

Sanggar Cudamani menekankan edukasi seni melalui pelatihan seni dengan satu model yang sangat spesial. Dalam hal promosi, setiap kali ke luar negeri kental dengan tradisi tapi yang tidak mati. "Selalu hidup, inovasi tanpa kehilangan karakter," jelas Prof Dibia. Sementara saat eksibisi, Prof Dibia mengaku sudah beberapa kali berkolaborasi dengan Sanggar Cudamani. "Saya sangat beruntung punya partner seperti Judy. Karena ide saya bisa diterjemahkan dengan apik oleh anggota sanggar. Mudah-mudahan ini bisa berlanjut di kemudian hari, menyajikan seni pertunjukan di museum," harap praktisi seni asal Desa Singapadu ini. *nvi

Komentar