nusabali

Memulai Tanpa Dewasa Ayu, Sering Gagal Buat Keris Pusaka

Kisah Perajin Keris di Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem

  • www.nusabali.com-memulai-tanpa-dewasa-ayu-sering-gagal-buat-keris-pusaka

AMLAPURA, NusaBali
Perajin keris, I Ketut Kota, 70, memulai pekerjaan membuat keris dengan mencari hari baik atau sesuai dewasa ayu. Perajin keris asal Banjar Gede, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem ini tidak berani sembarangan membuat keris.

Ketut Kota mengaku sering gagal buat keris ketika tidak sesuai dewasa ayu saat memulai membuat keris pusaka. Dewasa ayu membuat keris tergantung jenis keris dan peruntukkan keris tersebut.  Ketut Kota telah menekuni pekerjaan sebagai perajin keris sejak tahun 1970. Seratusan keris pusaka telah dibuat sesuai pesanan. “Pihak pemesan yang melakukan pasupati dan upacara lainnya agar keris pusaka lebih bertuah sesuai keinginan dan kegunaannya. Tuah keris akan muncul setelah diupacarai,” ungkap Ketut Kota, Minggu (17/4). Mengerjakan satu keris pusaka, Ketut Kota memerlukan waktu sekitar 2 sampai 3 bulan. Kakek seorang cucu ini hanya bekerja selama 4-5 jam sehari. Bekerja sesuai kleteg bayu atau inspirasi agar mendapatkan hasil karya berkualitas.

Perajin asal Banjar Gede, Desa Budakeling ini membuat keris berbahan baja. Keris karyanya berbahan baja. “Saya sering buat keris pusaka hingga menerima pesanan dari luar negeri. Rata-rata harganya Rp 14 juta, yang mahal biaya upacaranya,” ungkap Ketut Kota. Bahan baku membuat keris pusaka yakni besi, nikel, baja, pamor atau benda meteor. Semuanya dicampur, ditempa dari 7 lipatan hingga terakhir menjadi 224 lipatan. Ketut Kota mengaku sering gagal buat keris pusaka karena memulai pembuatannya bukan pada hari baik. Sehingga pembuatan keris berulang-ulang.

Terpisah, Jro Mangku Made Wardita dari Banjar Pande Tunggak, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem mengakui dewasa ayu memulai membuat keris pusaka tergantung dari jenis keris dan peruntukkan keris yang akan dibuat. “Buat keris menurut kebutuhan, untuk apa buat keris dibuat dan hari baik memulai pembuatannya menyesuaikan,” ungkap Jro Mangku Wardita. Alumnus STM Nasional Amlapura ini menjadi perajin keris pusaka sejak tahun 1997. Lebih sering menerima pesanan untuk membuat keris pajenengan. “Membuat keris pusaka mesti sejiwa dengan keris yang dibuatnya, sabar dan teliti agar setiap guratan keris sesuai keris pusaka yang diinginkan,” kata ayah dua anak kelahiran tahun 1972 tersebut.

Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Karangasem I Wayan Astika membenarkan perajin keris yang telah terbiasa membuat keris pusaka memulai pekerjaannya sesuai hari baik. Menyesuaikan dengan jenis keris pusaka yang akan dibuatnya. “Mengawali membuat keris pusaka juga ada ritualnya,” kata Wayan Astika yang juga dikenal sebagai pande ini. Agar keris bertuah, mesti diupacarai dan dipasupati. Setiap Tumpek Landep wajib diupacarai agar kekuatannya lebih tajam. *k16

Komentar