nusabali

Penari Sang Hyang Dedari Menari di Tiang Bambu

  • www.nusabali.com-penari-sang-hyang-dedari-menari-di-tiang-bambu

AMLAPURA, NusaBali
Desa Adat Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem mementaskan Tari Sang Hyang Dedari di perempatan Desa Adat Geriana Kauh pada Saniscara Umanis Watugunung atau Hari Saraswati, Sabtu (26/3).

Pementasan Tari Sang Hyang Dedari sebagai bentuk rasa syukur karena diberkati kesuburan. Tarian ini dipentaskan jelang panen padi tahun. Penari yang karauhan memanjat bambu dan menari di tiang bambu.

Bendesa Adat Geriana Kauh, I Nyoman Subrata, menjelaskan pementasan Tari Sang Hyang Dedari mencari dewasa ayu atau hari baik pada Sasih Kadasa. Tari ini dipentaskan saat padi berumur tiga bulan atau disebut padi masa. Tari Sang Hyang Dedari sebagai penolak bala atau nangluk merana. “Tarian ini juga berarti bentuk rasa syukur atas kesuburan yang dikaruniai Ida Bhatara Dewi Sri,” ungkap Nyoman Subrata, Senin (28/3). Tari Sang Hyang Dedari ditarikan enam penari yang masih siswa SD. Dari enam penari itu, lima di antaranya dimasuki roh suci.

Pementasan Tari Sang Hyang Dedari diawali menghias enam penari di jaba Pura Puseh. Penari memakai gelung terbuat dari rangkaian bunga gumitir, sandat, dan cempaka. Para penari diantar satu per satu menuju Pura Pajenengan. Di Pura Pajenengan matur piuning, selanjutnya menuju Pura Paibon Dalem Tarukan. Di Pura Dalem Tarukan itulah, seluruh penari duduk rapi bersimpuh mengikuti ritual ngukup atau nusdus depan pasepan yang menyala sebagai sarana prosesi nedunang roh suci. Ngukup dipimpin Jro Mangku Mudita. Selama prosesi ngukup, sebanyak 30 ibu-ibu menyanyikan kidung untuk menarik roh suci agar turun masuk ke jiwa para penari.

Setelah roh suci masuk ke tubuh penari, ditandai para penari hilang kesadaran. Selanjutnya dikawal menuju perempatan jalan desa untuk masolah (menari). Di tengah perempatan jalan desa, telah disiapkan dua tiang bambu yang ditancapkan cukup tinggi. Penari tanpa sadar menari dengan mata terpejam, mampu memanjat batang bambu. Mereka menari di tiang bambu. “Tari sakral ini ada kaitannya dengan mohon berkah kepada Ida Bhatara Dewi Sri sebagai tempat mohon kesuburan,” jelas Nyoman Subrata.

Pementasan Tari Sang Hyang Dedari tiga kali setahun. Khusus tahun ini bertepatan Saraswati, Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (26/3), disusul pementasan kedua di hulu Desa Adat Geriana Kauh, Anggara Wage Sinta, Selasa (29/3), dan terakhir saat nyineb di Pura Pajenengan, Sukra Paing Sinta, Jumat (1/4). Penari biasanya menganut garis keturunan, tetapi dicari dari anak-anak atau remaja yang masih suci. Tarian akan berakhir setelah pamangku memercikkan tirtha dan penari sadar kembali seperti semula. *k16

Komentar