nusabali

Musim Kemarau Diawali dari Nusa Penida

BBMKG Sebut Secara Umum Musim Kemarau Mulai April – Mei

  • www.nusabali.com-musim-kemarau-diawali-dari-nusa-penida

Meski masuk musim kemarau, namun hal itu tidak lantas membuat Bali sama sekali tidak turun hujan. Peluang hujan masih bisa muncul dengan kondisi pada umumnya atas normal.

MANGUPURA, NusaBali

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, memperkirakan awal musim kemarau di Pulau Dewata dimulai dari wilayah Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Musim kemarau di daerah ini diperkirakan mulai pada dasarian III Maret. Sedangkan secara umum musim kemarau di Bali terjadi pada April-Mei 2022.

Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana, Aminudin Al Roniri, mengatakan awal musim kemarau tahun 2022 pada umumnya terjadi pada April dan Mei. Dari 15 Zona Musim di Bali, sebanyak 6,6 persen (1 ZOM) wilayah Bali memasuki musim kemarau pada dasarian III Maret. Daerah tersebut yaitu wilayah Nusa Penida. Kemudian pada dasarian I - III April, ada 7 ZOM atau 46,7 persen wilayah Bali yang menyusul masuk musim kemarau. Meliputi Buleleng bagian barat, Jembrana, Tabanan bagian selatan, Bangli bagian utara, Buleleng bagian timur, Karangasem bagian utara, Karangasem bagian timur, Gianyar bagian selatan, Klungkung bagian selatan, Karangasem bagian selatan, Tabanan bagian selatan, Badung bagian selatan dan Kota Denpasar.

Sementara pada dasarian I - III Mei, 7 ZOM memasuki musim kemarau atau sekitar 46,7 persen. Wilayah tersebut meliputi Jembrana bagian barat, Buleleng bagian selatan, Jembrana bagian utara, Tabanan, Badung, Gianyar bagian utara, Bangli bagian tengah, Bangli bagian barat laut Buleleng bagian utara dan Karangasem bagian tengah. Adapun puncak musim kemarau pada 2022 di 15 ZOM Bali terjadi pada Juli dan Agustus.

“Perkiraan sebagian besar musim kemarau seluruh Bali pada April-Mei. Tapi, untuk puncaknya pada Juli dan Agustus itu,” jelas Aminudin.

Masih menurut dia, jika dibandingkan antara rata-rata periode 1991-2020 dengan prakiraan Awal Musim Kemarau 2022, ada 2 ZOM atau 13,3 persen daerah yang memiliki kondisi sama (normal) dengan periode tersebut. Daerah itu meliputi Jembrana, Tabanan bagian selatan, Buleleng bagian timur, dan Karangasem bagian utara. Sedangkan 3 ZOM atau 20,0 persen lainnya maju lebih awal dari rata-rata periode tersebut. Yaitu meliputi Bangli bagian utara, Karangasem bagian timur, Tabanan bagian selatan, Badung bagian selatan, dan Kota Denpasar.

Sementara 10 Zom atau 66,7 persen relatif mundur dari normal, yaitu meliputi daerah Jembrana bagian barat, Buleleng bagian barat, Buleleng bagian selatan, Jembrana bagian utara, Tabanan, Badung, Gianyar bagian utara, Gianyar, Bangli bagian tengah, Bangli bagian barat laut, Buleleng bagian utara, Karangasem bagian tengah, Gianyar bagian selatan, Klungkung bagian selatan, Karangasem bagian selatan, dan Nusa Penida. “Secara keseluruhan kondisi kemarau tahun ini masih normal, sama dengan tahun sebelumnya,” sebut Aminudin.

Meski masuk musim kemarau, namun hal itu tidak lantas membuat Bali sama sekali tidak turun hujan. Peluang hujan masih bisa muncul dengan kondisi pada umumnya atas normal. Sebanyak 7 ZOM atau 46,7 persen sifat hujan musim kemarau di atas normal. Yaitu meliputi Buleleng bagian selatan, Jembrana bagian utara, Tabanan, Badung, Gianyar bagian utara, Gianyar, Bangli bagian tengah, Buleleng bagian utara, Bangli bagian utara, Karangasem bagian timur, dan Nusa Penida. Sedangkan 5 ZOM atau 33,3 persen, sifat hujan di kondisi normal. Yaitu Jembrana bagian barat, Buleleng bagian barat, Buleleng bagian timur, Karangasem bagian utara, Karangasem bagian tengah, Gianyar bagian selatan, Klungkung bagian selatan dan Karangasem bagian selatan.

“Untuk 3 ZOM atau 20,0 persen lainnya, sifat hujan musim kemarau berada di bawah Normal, itu meliputi Jembrana, Tabanan bagian selatan, Tabanan, Bangli bagian barat laut, Tabanan bagian selatan, Badung bagian selatan dan Kota Denpasar,” jelas Aminudin. *dar

Komentar