nusabali

Berkaitan Perjalanan Dalem Putih Jimbaran, Pamedek Sering Datang Mohon Keturunan

Pura Dalem Solo atau Pura Kepuh Kembar di Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung

  • www.nusabali.com-berkaitan-perjalanan-dalem-putih-jimbaran-pamedek-sering-datang-mohon-keturunan

Pura Dalem Solo dulunya hanya disungsung keluarga Pamangku saja, kini disungsung oleh Desa Adat Kapal dan Pujawali dilaksanakan setiap Buda Kliwon Pahang.

MANGUPURA, NusaBali

Memiliki keturunan merupakan dambaan setiap pasangan suami istri setelah mengikrarkan janji suci pernikahan. Namun, mendapatkan keturunan adalah kehendak Tuhan, sedangkan manusia hanya bisa berusaha. Dalam usahanya mendapatkan keturunan, masyarakat Hindu di Bali ada yang memiliki kepercayaan untuk memohon keturunan di pura-pura tertentu. Termasuk ke Pura Dalem Solo atau yang juga dikenal sebagai Pura Kepuh Kembar di Banjar Tambak Sari, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung yang cukup sering didatangi oleh umat untuk meminta kemudahan jalan memohon keturunan.

Pura Dalem Solo di Desa Adat Kapal ini lebih populer dengan sebutan Pura Kepuh Kembar. Namun sejatinya menurut Bendesa Adat Kapal, I Ketut Sudarsana, pura ini bernama asli Pura Dalem Solo sebagaimana yang tertulis dalam prasasti pura tersebut. “Disebut Pura Kepuh Kembar karena masyarakat yang menamai demikian, supaya lebih gampang menyebut. Karena di sana memang awalnya tumbuh dua pohon kepuh yang berdampingan seperti candi bentar. Tapi sekarang sudah tidak ada. Namun kalau secara sastra, nama sebenarnya adalah Pura Dalem Solo," ujar Sudarsana ditemui belum lama ini.

Lanjutnya, dalam Prasasti Pura Dalem Solo menyebutkan, keberadaan pura tersebut erat kaitannya dengan perjalanan Dalem Petak (Putih) Jimbaran setelah perjalanannya menemui Dalem Solo di Jawa. Dikisahkan, Dalem Putih Jimbaran memiliki seorang saudara bernama Dalem Ireng Jimbaran. Keduanya sama-sama tak mengenal karena terpisah sejak kecil. Bahkan sempat terjadi peperangan di antara mereka karena tidak tahu ternyata bersaudara.

Mereka masing-masing melakukan perjalanan keliling Bali. Dalem Ireng berhasil membangun tempat-tempat suci, salah satunya Pura Ulunsuwi di Jimbaran. Sedangkan Dalem Putih Jimbaran kala itu merasa kurang mendapatkan kedudukan yang layak sebagai penguasa. Akhirnya beliau memutuskan untuk pergi ke Jawa Tengah, tepatnya Solo. Namun setibanya di Solo, kedatangannya justru diberi saran oleh penguasa Solo agar tidak tinggal menetap di Solo.

“Disuruh kembali ke Bali. Karena itu, Dalem Putih Jimbaran memutuskan untuk kembali ke Bali dan turun dalam pelayaran di Pantai Seseh, Munggu. Dari sana beliau melakukan perjalanan ke arah utara. Di mana beliau pernah napak tilas atau pernah diam/tinggal, maka dibangunlah tempat pemujaan. Dan yang pertama di Pura Dalem Solo ini, dibangun pada tahun 1636 Masehi,” terang Sudarsana.

Karena kedatangannya dari Solo, masyarakat pada zaman itu kemudian menyebut Dalem Putih Jimbaran dengan gelar Dalem Solo. Maka, akhirnya pura tersebut disebut dengan Pura Dalem Solo yang dibangun di atas tebing bernama Pangkung Nyuling. Setelah di sana, Dalem Putih Jimbaran melanjutkan tirtayatra hingga membangun Pura Gunung Agung di wilayah Kapal. Termasuk melanjutkan perjalanan ke Pura Sada yang sudah ada lebih dulu dari Pura Dalem Solo.

Dari Pura Sada, Dalem Putih Jimbaran melanjutkan perjalanan ke daerah Tuban, Kecamatan Kuta, hingga menghembuskan napas terakhir dan moksa di sana. Oleh pengikut beliau kemudian dibangun sebuah pura bernama Pura Prasida. Sudarsana mengungkapkan, Pura Dalem Solo dulunya hanya disungsung oleh satu keluarga Pamangku saja. Kini, pura tersebut disungsung oleh Desa Adat Kapal. Pujawali dilaksanakan setiap Buda Kliwon Pahang. “Sesuai dengan aturan desa, bahwa pada tahun 1987, pura ini disungsung desa adat. Mengingat kalau pura tersebut ada di wilayah kita, mustahil rasanya pura disungsung satu kelompok,” katanya.

Terkait Pura Dalem Solo yang erat dikaitkan dengan kepercayaan mohon keturunan, Sudarsana menilai bahwa hal tersebut merupakan kehendak Tuhan. Menurutnya, Pura Dalem Solo atau Kepuh Kembar ini sebelumnya tak ada disebutkan sebagai pura yang dikhususkan untuk nunas keturunan. Namun jika Tuhan berkehendak dan bermurah hati, maka apapun bisa terjadi. Yang nangkil memohon keturunan ke pura tersebut pun tidak diketahui mendapat petunjuk dari mana.

“Keyakinan nunas nak alit (mohon keturunan) itu bukan di sini saja (Pura Dalem Solo, Red). Di pura lain pun ada. Pada intinya, dari uraian sastra-sastra Hindu, kalau tidak punya anak alit, nunas pada Ida (Tuhan) agar diberikan anugerah. Namun itu tidak terlepas juga dari normalnya kondisi pasangan tersebut,” kata Sudarsana.

Sementara itu Pamangku Pura Dalem Solo atau Kepuh Kembar, Mangku I Made Sujana, mengaku memang tak banyak mengetahui bagaimana sejarah pura tersebut bisa dikenal sebagai pura untuk memohon keturunan. Pasalnya, dirinya baru menjadi pamangku di pura tersebut sejak beberapa tahun terakhir.

Namun diakui, sejak dirinya muda sudah sering melihat banyak pasangan suami istri yang datang ke pura tersebut untuk memohon doa, agar dimudahkan jalannya mendapatkan keturunan. “Dari pendahulu saya memang tidak ada yang menyuruh pamedek itu datang ke pura ini. Justru mereka sendiri yang datang ke Pura Dalem Solo ini, entah mendapatkan petunjuk dari mana,” ucapnya.

“Yang jelas, atas kemurahan hati Beliau yang bersthana di sini, ada yang memang berhasil punya keturunan, ada yang bertahun-tahun belum juga dikaruniai, dan harus bersabar. Saya berbicara apa adanya, tidak berani melebih-lebihkan. Itu semua tergantung kehendak Tuhan dan juga karma yang tengah dijalani oleh yang bersangkutan,” ujarnya sembari menyebut para pamedek yang tangkil berasal dari berbagai daerah di Bali.

Adapun banten yang harus dipersiapkan oleh umat sebagaimana yang dilakukan juga oleh pamangku sebelumnya antara lain 2 peras daksina pejati, 1 bungkak kelapa gading berisikan bunga jempiring dan uang 11 kepeng, tipat dampulan, dan canang yang berisikan rarapan 10 tanding. “Tidak ada dilebihkan atau dikurangi. Ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pendahulu saya, ini banten yang harus disiapkan oleh pamedek,” katanya sembari menyebut selain nunas keturunan, banyak juga yang mohon kesembuhan dan agar tidak kebingungan pikiran. *ind

Komentar