nusabali

Jalan Tengah Antara Ngayah dan Bekerja untuk Keluarga

I Gusti Ngurah Jaya Putra, Bendesa Adat Sedang, Abiansemal, Badung

  • www.nusabali.com-jalan-tengah-antara-ngayah-dan-bekerja-untuk-keluarga

DENPASAR, NusaBali - Sebagai Bendesa Adat Sedang, Kecamatan Abiansemal, Badung, I Gusti Ngurah Jaya Putra, 47, berusaha mencari jalan tengah untuk melestarikan budaya ngayah dengan pekerjaan pokok sebagai tulang punggung keluarga.

Terinspirasi dari Pangempon Pura Dalem Desa Adat Sedang yang menggelar kegiatan ngayah pada malam hari, maka ada ide menerapkan hal sama di desa adat, ngayah digelar sore atau malam hari, saat krama adat usai melakoni pekerjaannya. Dengan ngayah di sore hari atau malam hari, krama tidak sampai meninggalkan pekerjaan utamanya. “Ini solusi sederhana agar budaya ngayah tetap eksis dan terjaga,” ungkap Gusti Ngurah Putra Jaya, Sabtu (5/3). 

Tradisi ngayah pada malam hari sekaligus usaha agar krama tidak mengambil jalan pintas saat menggelar yadnya, yakni beli banten. “Jika semua dibeli, ngayah sebagai ciri adat terancam punah,” tutur guru di SMP Widya Sakti, Penatih, Denpasar ini. Karena itulah, pergeseran waktu ngayah salah satu solusi agar rutinitas krama bekerja mencari kehidupan tetap jalan dan ngayah sebagai salah satu dari aktivitas adat tetap bertahan. “Jadi sama-sama jalan,” tegasnya. Gusti Ngurah Jaya Putra belum genap setahun menjabat sebagai Bendesa Adat Sedang. Mendapatkan Surat Keputusan (SK) Bendesa Adat Sedang dari Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali pada 26 Mei 2021. Saat memulai ngayah sebagai Bendesa Adat Sedang, ayah kandung I Gusti Ngurah Agung Wahyu Darmana Putra dan I Gusti Ayu Agung Putri Ananda Dwipayani mengaku canggung mengabdi. Rasa canggung itu muncul karena Gustii Ngurah Jaya Putra merasa wimuda atau masih muda untuk memangku jabatan yang lumayan berat di desa adat. Apalagi ada perubahan pola kerja di desa adat semenjak adanya MDA. 

Sebelumnya, desa adat fokus pada kegiatan adat dan budaya, sekarang ada pekerjaan administrasi. Pekerjaan administrasi menuntut seorang bendesa paham administrasi, informasi teknologi, dan sebagainya. “Kalau dulu administrasi desa adat cukup sampai di desa saja, sekarang banyak ada laporan,” tutur suami I Gusti Ayu Sriani ini. Untunglah, Gusti Ngurah Jaya Putra paham sedikit tentang komputer sehingga cukup membantu mengerjakan administrasi. “Kami mulai membuat administrasi di desa adat,” ungkap putra I Gusti Ketut Jaya (alm) dengan I Gusti Ayu Wiratni ini. Administrasi yang dikerjakan meliputi pendataan krama dan lainnya. Dalam melaksanakan pekerjaan administrasi tersebut, Gusti Ngurah Jaya Putra dibantu prajuru pendamping. 

Pada September 2022 nanti, Gusti Ngurah Jaya Putra berencana menggelar program nyekah massal. Tidak saja menunjukkan kebersamaan antar krama, nyekah bersama juga mengurangi pengeluaran biaya upacara dibanding menggelar upacara nyekah secara mandiri. Upacara nyekah massal beberapa kali dilaksanakan di Desa Adat Sedang. Namun rentang waktunya agak panjang, sekitar 5 tahun. Sekarang ini diperpendek menjadi 3 tahun. “Nanti juga rencananya melaksanakan metatah massal, matelu bulan, dan mapetik,” ungkap Gusti Ngurah Putra Jaya. 

Selain itu, melalui paiketan yowana (generasi muda), ada program persembahyangan bersama pada Purnama dan Tilem. “Tujuannya memperkuat keakraban antar sekaa teruna,” ujar jebolan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Udayana ini. Menurut Gusti Ngurah Jaya Putra, persembahyangan bersama inilah yang paling mungkin dilakukan dalam waktu dekat. “Persembahyangan bersama juga diikuti prajuru adat,” tutur lelaki kelahiran 23 Agustus 1974 ini. 7 k17

Komentar