nusabali

Mapepada Wewalungan Songsong Karya Tawur Tabuh Gentuh

  • www.nusabali.com-mapepada-wewalungan-songsong-karya-tawur-tabuh-gentuh

AMLAPURA, NusaBali
Sebagai rangkaian Karya Tawur Tabuh Gentuh,  prosesi mapepada wewalungan dilaksanakan di Bencingah Agung Pura Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Anggara Umanis Wayang, Selasa (1/3), pukul 11.00 Wita.

Dua sulinggih muput upacara itu, yakni, Ida Pedanda Nyoman Gede Jelantik Dwaja, dari Geria Jelantik, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem dan Ida Pedanda Gede Manu Singaraga dari Geria Taman Sari, Banjar/Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sidemen, Karangasem.


Mapepada wewalungan itu dilaksanakan, sehubungan akan digelar Karya Tawur Agung di Bencingah Agung Pura Besakih, puncaknya Buda Paing Wayang, Rabu (2/3).

Upacara mapepada wewalungan dilaksanakan dengan menghadirkan beragam kurban, di antaranya:  kebo (kerbau) yakni kebo angrek wulan,  godel, 3 ekor kambing hitam, bebek, 3 ekor angsa, petu (monyet hitam), kijang, menjangan, dan lain-lain.

Seluruh wewalungan terlebih dahulu diperciki tirtha untuk dilukat. Selanjutnya kedua sulinggih mapuja, matur piuning (pemberitahuan) sehubungan hendak menggelar upacara mapepada wewalungan. Berlanjut dalam puja sang sulinggih itu, ngaturang (mempersembahkan) seluruh roh kurban ke Sang Maha Pencipta.

Selanjutnya seluruh pamedek menggelar pamuspaan, yang dikoordinasikan I Gusti Mangku Jana, pamangku di Pura Penataran Agung Besakih dan petugas dari Kantor Kementerian Agama, I Gusti Ngurah Ananjaya.

Prosesi berikutnya, dengan mengelilingkan seluruh kurban tiga kali di areal Bencingah Agung Pura Besakih, kemudian seluruh wewalungan itu diperciki tirta pamarisudha (pembersihan).

Pedanda Jelantik Dwaja mengatakan, sebelum seluruh wewalungan disemblih untuk pelengkap banten  Bhuta Yadnya terlebih dahulu disucikan dengan dilukat. "Kurban itu sebenarnya dibunuh dua kali, disupat gunakan puja sulinggih dan dibunuh secara fisik," jelas Pedanda Jelantik Dwaja.

Esensinya, setiap kurban yang disemblih, mesti diupacarai terlebih dahulu. Apalagi untuk upacara, dengan harapan roh kurban kelak statusnya meningkat saat kembali berreinkarnasi statusnya naik jadi manusia.

I Gusti Mangku Jana mengatakan, usai seluruh kurban disemblih, nantinya kurban tersebut digunakan untuk banten caru, misalnya kerbau dan godel untuk caru dan titi mahmah. Sedangkan binatang suci seperti: itik, telur dan ulam (daging) agung, untuk pelengkap banten di sanggar surya.

"Seluruh kurban diolah, untuk pelengkap upacara. Setelah semua banten nantinya tuntas dikemas, berlanjut menggelar upacara menben, yang disebut mawinangun urip, Selasa malam," jelas Gusti Mangku Jana. *k16

Komentar