nusabali

Bibit Siklon Tropis Picu Peningkatan Intensitas Hujan di Bali

  • www.nusabali.com-bibit-siklon-tropis-picu-peningkatan-intensitas-hujan-di-bali

MANGUPURA, NusaBali
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) memonitor adanya peningkatan intensitas sirkulasi udara yang berpotensi menjadi satu sistem Bibit Siklon Tropis 99S.

Kondisi itu mulai terbentuk di sekitar Laut Timor sebelah utara Australia, tepatnya di posisi 12.6°LS 128.3°BT. Akibatnya, siklon tersebut bisa memicu gelombang tinggi dan intensitas hujan cukup deras di Pulau Dewata.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, mengatakan berdasarkan pantauan citra satelit cuaca Himawari-8 kanal IR terlihat adanya penumpukan awan-awan konvektif yang telah bertahan selama 12 jam terakhir. Dari analisis angin per lapisan, terpantau pembentukan sirkulasi pada lapisan permukaan hingga menengah. Pembentukan pola sirkulasi angin yang meningkat menjadi sistem bibit siklon tersebut diperkuat dengan adanya faktor konvektifitas udara yang signifikan di wilayah timur Indonesia sebagai dampak dari aktifnya fenomena gelombang atmosfer, yakni Madden Julian Oscilation (MJO), Gelombang Kelvin, serta Gelombang ER (Equatorial Rosbby) di wilayah timur Indonesia.

“Data model prediksi BMKG menunjukkan bahwa pergerakan sistem sirkulasinya menuju ke arah Selatan dan menjauhi wilayah Indonesia,” jelas Guswanto, Jumat (25/2).

Diakuinya, kondisi tersebut berpotensi tumbuh menjadi siklon tropis dalam periode 24-48 jam ke depan dalam kategori menengah. Untuk periode 72 jam ke depan, hal itu berpotensi kembali meningkat dengan sirkulasi yang semakin terorganisir. Bibit siklon dapat dikatakan meningkat menjadi siklon tropis apabila kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai minimal 35 knot atau 65 km/jam.

Keberadaan sistem sirkulasi tersebut dapat membentuk daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagian Jawa-Bali, NTB, NTT. “Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah pertemuan dan belokan angin tersebut,” jelas Guswanto.

Dalam periode 24 jam ke depan, dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang di wilayah Indonesia. Di antaranya, potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat, petir, dan angin kencang yang dapat berdampak pada potensi terjadinya bencana hidrometeorologi mulai dari banjir bandang, longsor dan sebagainya di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku bagian barat daya. Kondisi itu juga berpotensi memicu gelombang tinggi yang mencapai 1,25-2,5 meter.

Adapun wilayah perairan dimaksud adalah, Perairan Kepulauan Selayar, Laut Flores, Perairan utara Kepulauan Flores Laut Sawu, Perairan Kupang sampai Pulau Rotte, Selat Ombai, Samudra Hindia selatan NTT, Perairan Fakfak hingga Kaimana, Perairan selatan Pulau Buru hingga Pulau Seram, Laut Seram, Perairan Kepulauan Kei hinggga Kepulauan Aru, Laut Arafuru bagian timur. Sedangkan ketinggian gelombang 2,5-4,0 meter (Rough Sea) berpotensi terjadi di Laut Banda, Perairan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar, Laut Arafuru bagian tengah. “Sementara untuk tinggi gelombang 4-6 m (Very Rough Sea) berpotensi terjadi di Laut Timor dan Laut Arafuru bagian barat,” katanya lagi.

Dalam waktu yang bersamaan, sistem Bibit Siklon 90S juga terbentuk di perairan Samudra Hindia barat daya Sumatra tepatnya di 13.0°LS 95.9 °BT. Kecepatan angin maksimum siklo. 90S mencapai 30 knot atau 56 km/jam, dengan tekanan udara minimum di sekitar pusatnya mencapai 1003 mb. Dari analisis angin perlapisan, tampak sirkulasi mulai dari lapisan bawah hingga menengah. Berdasarkan Model Prediksi BMKG, intensitas siklon 90S dalam 24 jam ke depan cenderung menunjukkan penurunan dengan pergerakan sistem ke arah barat hingga barat daya dengan menjauhi wilayah Indonesia.

Potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori menengah. Dampak tidak langsung yang dapat ditimbulkan dari keberadaan Sistem 90S adalah potensi gelombang tinggi 1.25-2.5 meter (Moderate) di beberapa wilayah, seperti di perairan barat Kepulauan Mentawai, Perairan Pulau Enggano hinga Bengkulu, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan dan barat, Perairan selatan Pulau Jawa, dan Samudra Hindia barat Sumatra hingga selatan Jawa. “Kita terus melakukan pemantauan terkait tumbuhnya siklon tersebut,” kata Guswanto. *dar

Komentar