nusabali

'Bali Diminta Dorong Genjot Ekspor'

Dibayangi Lonjakan Omicron

  • www.nusabali.com-bali-diminta-dorong-genjot-ekspor

DENPASAR,NusaBali
Ekspor produk perikanan dan komoditas lain disarankan lebih digenjot  sebagai kompensasi sektor pariwisata yang dibayangi ancaman Omicron.

Untuk itu harus dituntaskan dulu persoalan shipping, seperti keterbatasan kontainer yang selama ini salah satu persoalan yang menghambat volume ekspor Bali.

Pengamat ekonomi Profesor  Ida Bagus Raka Suardana atau Raka Suardana, menyampaikan, Senin (24/1). Menurut Raka Suardana, jika perkembangan kasus omicron meningkat ada kemungkinan out look pertumbuhan ekonomi Bali terhambat.

“Bisa jadi perkiraan pertumbuhan tak sesuai dengan harapan, ” ujar guru besar  Fakultas Ekonomi dan Manajemen Undiknas Denpasar.

Karena itulah  kata Raka Suardana, mesti dicarikan sumber pengganti paling tidak untuk sementara, bisa menambal atau menyuntik perekonomian Bali. Untuk itu kata  Raka Suardana, peluang di luar sektor pariwisata yang harus bisa digenjot sebagai pengganti. Ekspor komoditas produk perikanan diantaranya tuna salah satu yang potensial untuk kompensasi itu.

“Tuna itu kan  terbilang laris permintaanya dari luar,” kata Raka Suardana sambil menyebut beberapa negara tujuan ekspor tuna dari Bali. Diantaranya Jepang, Amerika Serikat, Australia dan yang negara lainnya.

Namun problem shipping atau pengiriman karena keterbatasan kontainer harus dituntaskan. Karena sebagaimana diketahui, lanjut Raka Suardana, masalah transportasi keterbatasan kontainer yang dihadapi eksportir menjadi kendala tersendiri ekspor-impor Bali  di masa pandemi. Keterbatasan tersebut menyebabkan biaya pengiriman  menjadi  tinggi. “Persoalan ini yang mesti diselesaikan,”  kata Raka Suardana.

Ditegaskan Raka Suardana, Bali  memang tidak mungkin bisa berpaling dari sektor pariwisata, karena  selama ini meniadi  sektor dominan perekonomian Bali.

“Istilah kita, Bali sudah kadung macebur (sudah memutuskan) di sektor pariwisata,”  ujarnya.  Namun karena sampai saat ini  pariwisata belum memungkinan memberikan kontribusi sebagaimana sebelumnya, sektor-sektor non pariwisata harus lebih ditingkatkan.

Terpisah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi I Made Sudarsana mengatakan koordinasi atau pendekatan terkait penyediaan kontainer untuk  ekspor ikan  sudah pernah dilakukan. “  Sekitar  dua atau tiga tahun lalu,”   ujarnya.

Problemnya kata Sudarsana, terjadi ketimpangan antara kontainer yang keluar dengan kontainer yang masuk. “Sederhananya  volume barang yang keluar dan yang masuk ke Bali tidak seimbang. Sehingga kita sering kekurangan kontainer,”  jelasnya.

Kadang harus   menunggu kedatangan kontainer dari Surabaya. Selain butuh waktu, juga perlu biaya lagi.  Karena itulah pengiriman lewat laut ( dari Pelabuhan Benoa) tidak berlanjut. “Sehingga banyak yang mengirim langsung lewat Surabaya,” jelas Sudarsana.

Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi pada 2020 hingga bulan Oktober 2021) menunjukkan volume ekspor perikanan meningkat  6,36 persen, yakni dari 18.755,26 ton pada 2020 menjadi 21.139,80 ton pada 2021. Namun nilainya  mengalami penurunan -6,69 persen, dari  119.884.958,97 dollar  turun menjadi 103.854.864,12.  Sedang khusus  untuk ekspor tuna, volume maupun nilainya meningkat.

Pada tahun 2020 volume ekspor tuna 6.205,42 ton dengan nilai ekspor 51.634.329,33. Kemudian tahun 2021 volumenya 10.233,43 ton dengan nilai 62.989.122,53. Kenaikannya 32,46 persen volume dan 10,03 persen  kenaikan nilai ekspor. Tuna ekspor tersebut terdiri dari  tuna segar dan tuna beku.  Pasarnya Jepang, USA dan Australia. *K17

Komentar